3. Al si Gadis Mungil

8.6K 562 8
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

"Bener-bener, ya tu orang. Nggak punya hati apa, ya?" Alana masih saja menggerutu kesal.

Sekarang Alana sudah berada di rumahnya sendiri. Alana tiba saat menjelang magrib. Memang dasar bosnya, membiarkan seorang gadis kembali ke rumah sendirian.

"Ya Allah, akhirnya bisa istirahat juga," gumam Alana.

Alana mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar miliknya. Rumah yang ditempati Alana bisa dibilang sangat sederhana, tidak ada lantai dua atau semacamnya. Hanya ada satu lantai, dan juga hanya ditempati oleh dua orang.

Saat berada di dalam kamar, perlahan Alana mulai menanggalkan pakaian yang ia kenakan dan menggantinya dengan pakaian rumah yang lebih santai. Setelah siap, Alana melanjutkan kegiatannya dengan tidur-tiduran di atas kasur.

Azan magrib sudah berkumandang tiga puluh menit yang lalu, tapi Alana belum keluar juga dari dalam kamar. Hal ini membuat sang Ibu begitu khawatir, takut terjadi apa-apa pada anak gadisnya itu.

"Alana! Alana! Bangun!" teriak sang Ibu dari luar.

Namun, Alana masih saja dengan posisi yang sama. Dirinya seakan enggan untuk beranjak bangun dari tidur indahnya.

"Alana! Bangun! Kamu nggak salat magrib?!" Kembali sang Ibu meneriaki anak gadisnya itu.

"Eungh ...." Alana melenguh pelan, lalu beranjak bangun dari kasur empuknya.

Kakinya melangkah pelan menuju pintu kamar. Dengan malas, Alana memegang kenop pintu dan membukanya.

"Apa, sih, Bu?" tanya Alana dengan suara parau miliknya.

"Apa, apa. Sana salat magrib!" titah sang Ibu lagi.

"Aduh, Bu, baru jam segi-aa! Udah jam segini?! Kenapa Ibu nggak bangunin aku, sih, Bu?!" pekik Alana kencang.

Buru-buru Alana berlari menuju belakang rumah dan mengambil wudu. Dengan berlarian kecil, Alana mencoba mencari tahu letak keberadaan ceret yang biasa ia gunakan untuk berwudu.

Bruk!

Alana terjatuh karena tidak memperhatikan sekitar. Yah, tempat yang biasa digunakan Alana untuk berwudu sudah ditumbuhi lumut di mana-mana. Jadi, siapa saja bisa terjatuh jika tidak berhati-hati.

"Awh ...," lirih Alana. Bokongnya benar-benar sakit saat ini. Alana mengibas-ngibaskan kotoran yang menempel pada celananya.

"Alana! Wudu aja, kok lama banget! Ngapain aja kamu?!" Kembali sang Ibu berteriak nyaring.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Where stories live. Discover now