1. Awal Pertemuan

416 13 0
                                    

H A P P Y   R E A D I N G

“Ingat pesan Mama, Cha. Kamu nggak boleh benci sama laki-laki. Jadikan pengalaman Mama ini sebagai kehati-hatian kamu dalam memilih pasangan.”

Seorang gadis tengah duduk melamun di sebuah kamar, tangannya dengan kasar mengusap air mata yang berjatuhan di pipi tembamnya. Tubuhnya beringsut turun dari kasur dan beranjak ke kamar mandi.

“Gue, Fay.”

Matanya menelisik penampilannya yang baru dari cermin,  bibirnya tertarik mengukir senyum. “Maaf, Ma. Aku nggak bisa memenuhi pesan, Mama.”

Terdengar helaan napas yang amat kasar dari bibir mungilnya. “GUE BENCI LAKI-LAKI!”

Suaranya terdengar pilu, tapi bibirnya tetap mencoba mempertahankan senyuman, kakinya melangkah keluar kala seseorang menggebrak pintu dengan keras hingga menimbulkan suara yang tidak enak didengar.

“Mana uangnya? Katanya hari ini kamu bakal bayar semua tunggakan kontrakan!” Bu Sarina selaku orang yang punya rumah, menagih dengan tidak baik-baik, sesekali dirinya mengamati penampilan gadis di depannya. Matanya melotot kala melihat gadis itu malah dengan santainya masuk ke dalam rumah.

“Icha! Mau ke mana kamu? Jangan ditutup pintunya!”

Pintu terbuka dari dalam. “Berisik! Gue pergi dari sini, gue nggak punya duit. Satu lagi! Jangan panggil Icha, panggil gue, Fay.” Gadis dua puluh satu tahun itu berjalan dengan menggendong tas.  Tubuhnya dengan lincah menaiki motor ninja kesayangannya menembus keramaian kota.

“Gue bingung mau tinggal di mana. Semenjak mama meninggal, hidup gue jadi sial!” Tangan kanannya mencengkeram erat gas motor yang dikendarai, matanya menatap kosong ke depan, suara nyaring klakson dari pengendara lain tidak dia hiraukan. Bahkan teriakan-teriakan makian ketika dirinya menerobos lampu merah ia anggap angin lewat. Dia seperti orang tuli yang tak mendengar apa-apa sekarang.

Tin tin!

Brak!

Tubuhnya terpental jauh dari lokasi kejadian, motornya menggelinding hingga terdapat kerusakan di beberapa bagian yang bisa dibilang parah. Tubuhnya lemas seperti kehabisan tenaga, Memang tidak ada darah yang mengalir sedikit pun dari tubuhnya, tetapi remuk redam di sekujur tubuh yang dirasa. Dengan kondisi tubuh yang tiarap, matanya berkedip sangat pelan hingga akhirnya tertutup sempurna.

°•°

“Gilsha Faynara,” gumam seorang dokter yang tengah mengamati Kartu Tanda Pengenal milik pasiennya. Lenguhan seseorang membuatnya berdiri dari duduk dan berjalan menghampiri brankar milik gadis yang menjadi pasiennya.

“Apa ada yang sakit?”

“Nggak ada, gue mau pulang." Fay turun dari brankar hendak keluar.

“Gilsha! Kamu harus dirawat sementara,” ujar sang dokter membuat tubuh Fay diam di tempat.

“Dari mana lo tau nama gue?”

“Saya lihat di KTP.” Tubuh Fay berbalik menatap nyalang dokter muda di depannya, netranya melirik sekilas name tag yang tertera pada jas putih milik sang dokter.

“Tadi mobil saya yang kamu tabrak.”

“Terus?” jawabnya acuh.

“Saya sudah bawakan motor kamu ke bengkel, mungkin bisa diambil lusa, hari ini biar kamu saya antar pulang.”

“Nggak usah sok kenal! Mau nganter pulang, emang lo tau rumah gue, ha?!”

“Saya bisa tanya kamu di jalan nanti.”

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now