Part 18 : Rumah Sakit

13 6 0
                                    

"Rasa sakit di kepalanya mungkin tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. "


Kali ini Hani tidak melewatkan matahari terbit karena Ilana membangunkannya pagi tadi. Mereka bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta. Ilana tak menyangka jika dia akan mengalami hal itu saat berkemah di sana. Dia juga akan menjadikan ini sebagai pelajaran bahwa dirinya harus lebih menjaga dirinya sendiri.

"Lo masih trauma, Na?" tanya Hani saat mereka sudah berada di dalam mobil Cakra.

"Enggak kok. Cuma ya gue masih gak nyangka aja hal itu bakal terjadi."

"Yaudah lo istirahat aja," titah Hani.

Ya, dirinya butuh berehat sejenak. Baik itu tubuhnya ataupun hatinya. Berada di posisi ini membuat hatinya sangat lelah. Terkadang dia sangat membenci Cakra, namun Cakra pula yang membuat dirinya senang karena perlakuannya.

Dia memilih untuk memejamkan matanya dan berharap agar segera sampai. Awalnya Samuel sudah berpikiran jika Cakra dan Ilana hanya dekat biasa sebagai teman. Tetapi, pikirannya kembali berubah ketika Cakra sebegitu khawatirnya saat Ilana menghilang. Dan dia tidak pernah beranjak saat menunggu Ilana sadar. Saat di perahu pun dia tidak melepaskan pelukannya dan terus menggenggam tangan Ilana.

Samuel membutuhkan kejelasan dari Cakra. Tapi, jika dia bertanya saat ini, pasti dia akan mengelak. Dia harus menangkap basah Cakra dan membuat lelaki itu memberi pengakuan.

Ilana terbangun karena merasa mobil Cakra berhenti. Ternyata memang benar, dia berhenti di mini market. Hani yang tertidur pun tiba-tiba terbangun.

"Udah sampai?"

"Belum. Baru keluar tol si," jawab Ilana.

"Kalian berdua habis dari mana?" tanya Hani kepada Samuel dan Cakra yang kembali dari luar.

"Itu yang lain ada yang mau ke toilet. Jadi berenti dulu," jawab Samuel.

"Oh."

"Ilana bareng lo lagi?" kini Cakra yang bertanya.

Sempat-sempatnya dia bertanya seperti itu pada Hani. Memang sebenarnya Ilana pun belum bertanya mengenai hal itu pada Hani.

"Gue dijemput sama cowok gue si. Gue coba tanyain dia jemput gue pake apa," jawab Hani sambil mengetikan pesan kepada kekasihnya.

"Maaf nih, Na. Cowok gue bawa motor. Dan udah stand by di tempat janjian kemarin." Hani mendapatkan kabar dari kekasihnya, langsung merasa tak enak pada Ilana.

"Gak apa-apa, Han. Gue bisa pesan ojek online kok. Gampang sekarang."

"Jangan, Na," cegah Hani. "Cakra lo anterin Ilana ke kosannya ya," sambung Hani pada Cakra. "Gak ada tapi-tapian, Na. Cakra juga gak keberatan."

"Iya, Na. Lo pasti aman sama Cakra," timpal Samuel.

Setelah sampai mereka semua berpamitan untuk pulang ke tempatnya masing-masing.

"Ayo, Na." Cakra mengisyaratkan Ilana untuk masuk ke mobilnya.

Ilana masih canggung dengan Cakra. Hanya saja dia usahakan untuk menyembunyikannya.

Sebenarnya Cakra mengkhawatirkan kondisi Ilana. Pasalnya benturan di kepalanya belum diperiksa oleh dokter. Apa dia menyarankan untuk ke rumah sakit. Atau dia tak perlu izin pada Ilana, karena dia tahu jika Ilana akan menolak.

Ilana tersadar jika ini bukan jalan menuju tempat kosnya berada. "Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Ilana pelan.

"Ke rumah sakit dulu."

Feeling From The PastWhere stories live. Discover now