Part 11 : Girlfriend

12 5 0
                                    

Pintanya pada Tuhan kini berubah. Untuk mengubah hatinya segera, agar tak patah


Bukan perkara yang mudah untuk menghilangkan perasaan ini. Anehnya, menghilangkan perasaan tidak bisa secepat saat jatuh hati. Apa itu terjadi agar seseorang tidak mempermainkan hatinya. Ah mungkin tidak juga. Itu hanya keinginan orang itu untuk tidak menghilangkan perasaannya.

Beberapa hari terakhir memang Cakra tidak menghubungi Ilana ataupun berbicara banyak dengannya di kelas. Sayangnya, hal itu kini menjadi hal yang menyakitkan untuk Ilana. Dia pun percaya jika perasaannya pada Cakra kedepannya akan biasa saja apabila dia terus seperti ini padanya.

Cakra akan berterus terang pada kekasihnya mengenai pertemuannya dengan Ilana.

"Tif, aku mau bilang sama kamu," ucap Cakra pada Tifani, kekasihnya.

"Bilang apa?" Tifani menolehkan pandangannya dari ponsel menuju Cakra yang berada di depannya.

"Aku ketemu sama temen lama aku."

"Siapa? Cowok?" tanya Tifani curiga.

"Cewek. Ilana namanya."

"Oh. Sekelas sekarang?"

"Iya."

Tifani hanya mengangguk tak memusingkan teman Cakra. Lagi pula dia hanya seorang teman lama. Mungkin Cakra pun sudah memberi tahu jika dia memiliki kekasih. Jadi, tidak perlu dia penasaran dengan perempuan itu.

Cakra pikir Tifani akan penasaran dengan Ilana, nyatanya tidak. Baguslah jika begitu. Dia benar-benar takut jika Tifani mengusik kehidupan pribadi Ilana, hanya karena dia teman masa lalunya.

"Temuin aku sama dia ya!" pinta Tifani. Dia berubah pikiran, ingin bertemu dengan Ilana. Bagaimana wajah perempuan itu.

Benar saja apa yang dia takutkan terjadi. "Iya." Cakra tak mungkin menolak. Bisa-bisa Tifani memiliki kecurigaan jika dia memiliki perasaan pada Ilana.

***

Di kelas tinggal tersisa Ilana dan Hani yang sedang merapikan barangnya untuk bersiap ke kantin. Baru saja Ilana bangkit dari duduknya dia melihat dua orang yang memasuki ruang kelas.

Hani sudah memicingkan matanya kepada perempuan yang dibawa oleh Cakra. Sepertinya sudah terbaca jika itu adalah kekasihnya.

Pasti pacarnya Cakra, pikiran Ilana tiba-tiba berbisik.

"Na, kenalin Tifani. Pacar gue," ucap Cakra memperkenalkan kekasihnya pada Ilana.

Ilana menjulurkan tangannya untuk bersalaman. "Ilana." Senyum yang dia pasang hanya untuk menutupi rasa sakit yang mulai menjalar di hatinya.

"Tifani." Gadis itu menyambut tangan Ilana dengan senyum sedikit tak suka.

"Kalian teman waktu kecil? Tetangga? Atau apa?" tanyanya penasaran.

"Kita teman waktu TK."

"Oh. Lo punya pacar?"

Ilana terheran mengapa Tifani menanyakan hal ini padanya. "Enggak."

"Waktu TK gak mungkin kan kalian saling suka?" Tifani memastikan hal itu karena dia tak mau kehadiran Ilana di hidup Cakra lagi membuat dirinya terancam.

"Kamu kenapa si nanya itu?" Cakra menginterupsi pertanyaan Tifani.

Hani hanya memperhatikan perbincangan mereka tanpa berminat untuk ikut berada di dalamnya. Dari pertama bertemu dengan Tifani, Hani tidak menyukai tampangnya yang seperti tidak ramah pada Ilana.

"Ya enggak. Nanya aja, emang salah?"

"Enggak si."

"Udah kan. Aku udah tahu dia. Ayo pergi." Tifani mengajak kekasihnya untuk keluar dari kelasnya.

"Gue duluan ya," pamit Cakra.

"Aneh banget si. Ngapain coba ngenalin pacarnya ke lo? Mana pacarnya gitu amat liatin lo," ucap Hani.

"Gatau gue juga bingung."

"Udahlah gak usah urusin mereka."

Ilana mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan menuju kantin.

Sementara itu, pikiran Ilana terus berkecamuk. Hatinya belum menerima jika Cakra benar-benar memiliki kekasih. Lantas apa yang harus dia lakukan pada perasaannya kini. Hanya bisa menggerutu dan menyalahkan diri sendiri yang dia lakukan saat ini.

***

Tifani harus bertindak untuk mengecilkan kemungkinan mereka memiliki perasaan satu sama lain. Dia tidak akan memberikan kesempatan sedikitpun pada kekasihnya untuk menyukai perempuan lain, apalagi Ilana.

"Jangan terlalu dekat sama dia."

"Siapa?" Cakra tak mengerti siapa yang Tifani maksud.

"Ilana lah siapa lagi," jawabnya kesal.

"Emang kenapa? Kita sekelas."

"Ya maksudnya kamu gak usah minta bantuan dia. Kalau dia minta tolong gak usah sama kamu lah. Temen kamu kan bisa. Pokoknya kamu jangan sampe berduaan sama dia," ujar Tifani mengingatkan Cakra.

"Kamu kenapa jadi gini si?"

"Ya aku gak mau aja, nanti kamu suka sama dia. Atau dia yang suka sama kamu."

Cakra terdiam mencerna ucapan Tifani. Mengapa kekasihnya bisa berpikiran sejauh itu.

"Kita temenan, Tif."

"Ya kan bisa aja. Gak ada yang namanya cewek sama cowok temenan tanpa ngelibatin perasaan salah satunya atau bahkan dua-duanya."

Cakra benar-benar tak habis pikir dengan apa yang Tifani katakan. Tapi, apa mungkin dia menyukai Ilana sekarang. Apakah Ilana berpikiran hal yang sama. Cakra tidak bisa berpikir jernih sekarang. "Gak semuanya, Tif."

"Kamu harus percaya sama aku," ujar Cakra meyakinkan. Walaupun hatinya sendiri tak yakin.

Gak akan gue biarin Cakra suka sama Ilana! Batin Tifani berkata. 


~~~

22-09-2021

Feeling From The PastWhere stories live. Discover now