Part 12 : Boncengan

11 5 0
                                    

"Ada rasa tak suka dalam diri ini ketika melihatnya dengan yang lain. Mengapa bisa seperti ini? Padahal aku sudah memiliki seseorang."

~ Cakra


Ilana benar-benar melancarkan niatnya untuk menjauh dari Cakra. Dia sudah berfikir ribuan kali akan hal ini. Dimulai dari dia berangkat lebih siang agar dia bisa mengetahui di mana Cakra duduk, dan dia bisa berjauhan dengannya.

Saat mereka mengajak pergi makan siang ke luar pun, Ilana memilih untuk ke perpustakaan dengan alasan mengerjakan tugas. Hani awalnya tak masalah dengan hal itu, lama kelamaan dia merasa ada yang aneh juga dengan Ilana.

"Gue pulang duluan ya, Han," pamit Ilana pada Hani yang sedang berada di parkiran.

"Gak bareng gue aja?"

"Enggak usah, Han. Gue mau ke kosan dulu kok."

Hani mengangguk mengerti. Namun, sebelum mengendarai motornya dia mengatakan sesuatu pada Ilana. "Kalau ada apa-apa lo boleh cerita sama gue, Na."

Rasa bersalah dalam hatinya kini mendominasi. Keegoisannya membuat dirinya harus menghidar pula dengan teman terdekatnya.

"Iya Han, nanti gue cerita." Senyum yang dia pasang seolah-olah untuk menutupi rasa bersalahnya dan juga kesedihannya.

"Hati-hati," pesan Hani pada Ilana.

Ilana berjalan cepat sebelum temannya yang lain menyadari dirinya yang menghilang.

Lagi-lagi Cakra melihat Ilana berjalan terburu-buru. Apa dia ada masalah ya? Pikirannya kembali bertanya-tanya tentang sikap Ilana yang seperti ini.

"Ilana mana? Bukannya sama lo?" tanya Samuel pada Hani.

"Pulang."

"Bukannya sore kalau ke kafe?" tanya Samuel lagi.

"Waktu itu si dia bilang, kalau setiap dia pulang kampus dia harus ke sana si," jelas Hani mengingat ucapan yang pernah Ilana katakan padanya.

"Yah gue kira jam kerjanya sore," ucap Samuel kecewa.

"Kenapa emang?" tanya Cakra curiga.

Samuel menoleh ke arah Cakra. "Ya dia gak ikut kita nongkrong. Kan gue juga pengen kenal sama dia, deket sama dia."

"Terus kalau udah deket?" pancing Cakra.

"Ya siapa tahu dia mau sama gue kan," ucap Samuel percaya diri. Samuel sengaja melakukan ini untuk membuktikan apa yang dia curigai.

"Oh lo mau deketin Ilana?" tanya Hani tak percaya.

"Iya. Lo setuju kan?"

"Setuju aja si. Tapi, lo tahu kan dia gak mau pacaran?"

"Tahu."

Cakra terdiam seribu bahasa dengan pertanyaan Samuel. Dia memilih untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun. Karena, dia sendiri bingung harus bereaksi bagaimana.

Samuel menunggu jawaban dari Cakra. Namun, temannya itu hanya diam tak menghiraukan. Bukan ini yang dia harapkan. Mungkin dia akan memancingnya lagi lain kali.

"Yaudah gue gak ikut. Gue mau balik aja," putus Hani karena dia malas jika Ilana tak ikut bersamanya.

"Oke." Yeza mengizinkan Hani untuk pulang.

Samuel curiga jika Ilana sedang menghindar. Siapa yang Ilana hindari, apakah dirinya yang dengan terang-terangan mendekatinya ataukah karena Cakra yang sudah memperkenalkan kekasihnya. Jika iya artinya Ilana memiliki perasaan pada Cakra. Tapi, dia pun mencurigai jika Cakra memiliki perasaan pada Ilana. Dia harus mencari tahu lebih lanjut.

Feeling From The PastWhere stories live. Discover now