Part 2 : Hari Pertama

34 8 3
                                    

Masa lalu yang terjadi, jadikanlah pelajaran untuk di kemudian hari. Bukan hanya untuk disesali apalagi diulangi


Ilana tak pernah sesemangat ini untuk pergi bekerja. Jika mengingat kembali, dirinya pun pernah bekerja sambilan saat SMA dahulu. Mungkin dahulu dia hanya berjualan dan juga mengajarkan les anak-anak sekolah dasar. Walaupun begitu, dia tak pernah menyesali apa yang telah terjadi pada keluarganya.

Memang, masa awal kehidupannya setelah Ayahnya mengalami kerugian akibat tertipu membuat dirinya tak bisa menerima kenyataan pahit itu. Dipaksa untuk keluar dari rumah megah miliknya adalah hal yang menyakitkan untuk Ilana saat itu. Dia masih berumur 12 tahun. Beberapa bulan sebelum dia masuk ke Sekolah Menengah Pertama.

Kedua orang tuanya memilih untuk meninggalkan ibu kota semenjak kejadian itu. Surabaya adalah kota yang dipilih orang tua Ilana untuk tinggal. Ilana dan adiknya benar-benar tak menyangka jika mereka harus tinggal sederhana di sana.

Sempat menolak untuk sekolah di SMP Negeri, Ilana kecil terus-menerus merengek meminta kembali ke Jakarta. Bunda Ilana mencoba memberi pengertian dan juga alasan mengapa mereka harus tinggal di Surabaya.

Hingga akhirnya, Ilana melihat kedua orang tuanya kesulitan untuk mendapatkan uang. Dari sana dia berpikir, apakah selama ini dia menyusahkan keduanya. Di bulan ke 3 mereka pindah Ilana mulai terbiasa dengan semuanya. Bergaul dengan teman sebayanya di sekolah tanpa memandang status sosial.

Tak perlu khawatir dengan adik Ilana, Mahendra. Dia tidak memikirkan apa yang terjadi, sehingga dia harus pindah. Karena dia masih kecil saat itu. Memang pada awalnya dia pun bertanya-tanya kepada Ayah dan Bundanya mengapa pindah rumah. Namun, pertanyaannya masih wajar tak seperti Ilana yang menunjukan jika dia tidak ingin berada di tempat itu.

Semua yang terjadi secara tiba-tiba pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Semenjak hari di mana dia melihat orang tuanya kesulitan, Ilana mengubah pikiran dan pandangannya untuk menerima apa yang terjadi padanya. Dan bertekad untuk membantu kedua orang tuanya.

Hasil memang tak pernah menghianati proses. Ilana tetap bisa bersekolah dan sekarang mendapatkan beasiswa penuh berkat kegigihannya dan juga semangatnya yang tak pernah padam. Mahen pun masih tetap bersekolah sampai sekarang.

Ilana harus menaiki bus transjakarta untuk bisa sampai di coffee shop tempatnya bekerja. Jika dahulu dia tak pernah menaiki angkutan transportasi, sekarang dia menaikinya setiap hari. Dunia berputar itu memang benar adanya, Ilana merasakan itu.

Pukul 7 tepat dia sudah berada di sana. District Coffee adalah nama tempat bekerjanya kini. Dia langsung masuk ke dalam dan bertemu dengan manajer yang akan menjelaskan pekerjaan apa saja yang harus dia lakukan.

"Karena kita buka jam 10 pagi, kamu boleh dateng jam 7 seperti ini. Kalau hari biasa kamu kuliah kan, jadi datang setelah kamu selesai kuliah. Tugas kamu melayani pelanggan dan juga membereskan tempat ini. Kamu bekerja bersama dengan Siska dan juga Doni." Jelas Manajer itu.

Tak lupa dia pun memperkenalkannya dengan barista yang ada di sana. Rasanya Ilana tertarik untuk menjadi barista juga. Tapi, untuk sekarang dia harus fokus dengan apa yang dia lakukan sekarang.

"Baik, selamat bekerja,"

Ilana kemudian ditunjukkan ruang ganti oleh Siska, kemudian memakai seragam yang sudah disediakan di salah satu loker.

"Semangat hari pertamanya," ucap Siska menyemangati Ilana.

"Siap. Terima kasih, Kak."

Feeling From The PastWhere stories live. Discover now