Part 3 : Dia

27 7 0
                                    

"Mulut memang bisa berbohong. Namun hatimu tidak."

Sebagian orang mungkin membenci hari senin, tidak termasuk Ilana. Dahulu memang dia membenci senin, namun sekarang berbeda. Hari senin baginya adalah hari pembuka untuk menuliskan kisah hidupnya yang baru. Walaupun kenyataannya hari senin dan hari lainnya terlihat sama saja.

Ilana berangkat ke kampus dengan berjalan kaki. Selain untuk menghemat uangnya, dia pun merasa dengan sering berjalan kaki hidupnya akan sehat. Tentunya dia tak sendirian berjalan menuju kampus. Ada beberapa mahasiswa-mahasiswi lain yang berjalan di depannya.

Apakah dia berangkat terlalu siang? Pikirnya. Pasalnya saat memasuki kampus orang-orang dengan cepat-cepat berjalan entah ke mana tujuannya.

"Masih jam setengah 8," ujarnya sambil melihat arloji miliknya.

Di kepalanya dia semakin bertanya-tanya mengapa semuanya mengenakan jas almamater hari ini.

"Hey kamu! Cepat ke lapangan rektorat sekarang!" titah seseorang pada Ilana. Dengan cepat dia langsung berjalan ke tempat yang orang itu katakan.

Sambil terus berlari Ilana mencoba untuk melihat ponselnya. Mungkin saja ada informasi di grup kelasnya. Ilana menepuk dahinya pelan. Dia sepertinya tak tahu jika ada demo di kampusnya pagi ini.

Sesampainya di lapangan dia melihat ketua BEM kampusnya sedang melakukan orasi dengan semangat yang membara. Ditambah dengan teriakan-teriakan dukungan dari kawan-kawannya. Ilana bingung harus pergi ke mana. Lalu dia memutuskan untuk mencari tahu keberadaan Hani.

Setelah Hani memberitahu posisinya berada, dia kemudian berjalan ke sana dan harus melalui kerumunan-kerumunan orang-orang di sana. Karena dia masih mahasiswa baru jadi dia belum mendapatkan jas almamater, itu menjadi tanda untuknya lebih mudah menemukan Hani di lautan orang memakai jas almet.

Hani melambaikan tangannya saat melihat Ilana sedang berjalan menuju ke arahnya dengan wajah yang sedang mencari sesuatu.

"Dari mana aja lo?" tanya Hani.

"Gue gak tahu kalau ada demo,"

"Lo gak lihat grup?" tanya Hani memastikan.

Ilana menggeleng tak bersalah. "Enggak. Semalem habis chat lo, gue langsung tidur,"

"Pantesan,"

Ilana hanya tersenyum mendengar jawaban Hani.

Dari yang Ilana baca di grup tadi. Hari ini mereka mengadakan demo karena rektor kampus mereka tidak terbuka terhadap keuangan kampus, dan juga diduga ada penggelapan uang. Jadi, mahasiswa melalui Badan Eksekutif Mahasiswa, menuntut keterbukaan dan jika memang ada penggelapan uang sang rektor harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Sebenarnya sangat disayangkan sekali, terjadi seperti ini di lingkungan pendidikan. Seharusnya lembaga menjadi contoh yang baik kepada mahasiswa, bukan sebaliknya. Memang, uang bisa membutakan segalanya.

"Hidup Mahasiswa!" tutup ketua BEM menyelesaikan orasinya.

"Hidup!" jawab seluruh mahasiswa yang berada di lapangan itu. Seketika membuat Ilana merinding karena kekompakan mereka semua.

Kali ini pihak universitas yang menjawab semua pertanyaan mahasiswa. Dalam hal ini wakil rektor lah yang menjelaskan semuanya. Sempat terjadi diskusi panjang antara pihak rektorat dengan mahasiswa, namun akhirnya semua bisa selesai dengan damai tanpa kericuhan.

Pihak Universitas mengatakan akan segera mentransparansikan keuangan dan juga akan melakukan penyelidikan mengenai penggelapan uang tersebut. Tentu saja, mahasiswa akan mengawal terus kasus ini sampai selesai.

Feeling From The PastWhere stories live. Discover now