39. Panggung Sandiwara

968 97 14
                                    

Happy🖤Reading


Bara masuk dengan sekalong Wishky di tangan kiri dan putung rokok yang terselip di jari kanan. Lelaki itu menatap Shiren dalam. Netranya beralih pada Ginanjar lantas memberikan Wishky yang sudah tandas setengah itu dan menyuruh Ginanjar untuk keluar dan menutup pintu.

Shiren terkejut melihat sisi Bara yang tidak pernah ia duga. Rambut yang berantakan, rokok yang ia hisap dalam dan tak lupa Wishky yang sudah hampir habis. Terbukti dari cara berjalan lelaki itu yang mulai hilang keseimbangan.

"Lo minum, Bar?" Tanya Shiren pelan setelah Ginanjar pergi.

"More than it," Ujar Bara bangga.

Shiren merapatkan bibir dan menggeleng tipis, "selama ini gue ga pernah percaya dengan ucapan mereka yang bilang kalau lo bajingan, tapi sekarang gue dapet bukti dengan mata gue sendiri kalau lo lebih dari sekedar bajingan."

Bara terkekeh remeh, lelaki itu berjongkok di depan Shiren, "bener kata Jean. Waktu itu Lo cuma tau sepuluh persen dari karakter gue, dan sekarang lo tau semuanya."

Gadis itu tidak menunjukkan raut takut sama sekali, "lo munafik! Lo nipu bertingkah di depan semua orang seolah lo adalah malaikat sedangkan realitanya lo itu iblis!" Ucap Shiren lugas.

"Dunia itu panggung sandiwara, yang pandai memainkan peran, itulah yang jadi idola." Bara meletakkan lengannya di paha Shiren, "bisa lo liat kan, seberapa banyak guru yang suka sama gue karena sifat baik gue, dan seberapa banyak guru yang ga suka sama Raka karena dia bengis, hm?"

"Mending Raka, tampil apa adanya, daripada munafik kayak lo." Ucap Shiren.

"Belain aja terus!" Bentak Bara sembari berdiri dari depan Shiren, "lo suka kan sama Raka?!"

"IYA! KENAPA EMANGNYA?" Shiren membalas bentakan Bara, "GUE SAYANG SAMA RAKA, GUE CINTA SAMA DIA!"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Shiren. Gadis itu merasakan hangat menjalar di pipinya.

Shiren menghembuskan nafas kasar dan menatap Bara tajam, "lo inget? Udah berapa kali lo nampar gue selama ini?" Ujar Shiren.

"Cewek kurang ajar kayak lo emang pantes di tampar," Ujar Bara.

"Oh ya?" Shiren menaikkan sebelah alis meremehkan Bara, "cowok brengsek kayak lo emang pantes ditolak."

Ucapan Shiren sukses membuat Bara bungkam, namun sedetik kemudian lelaki itu menyeringai, "gue yakin lo akan narik kata-kata itu."

"Never."

Bara berlalu ke belakang Shiren dan berbisik tepat di telinga gadis itu, "lo pasti tau kalau sekarang Raka dan lo sedang dalam bahaya? Raka akan dibunuh, dan lo juga bakalan mati."

Shiren diam.

"Gue disini masih ingin berbaik hati," Bara menegak dan berlalu kedepan Shiren, "gue akan ngasih keringanan ke lo. Gue akan ngeluarin lo dari sini dengan selamat dan mereka ga perlu jual organ lo."

Shiren mendengarkan dalam diam.

"Tapi dengan satu syarat," Imbuh Bara, "lo harus ninggalin Raka dan jadi milik gue."

Gadis itu tampak menimang, "kalau gue penuhin syarat itu, apa Raka juga selamat?"

"Enggak, sayang." Ujar Bara sengaja di lembutkan, "karena Raka bukan target gue, dia target bokap lo, Aarav Antonio. Lo disini cuma sebagai umpan dan nasib lo ada di tangan gue."

RAKA - The Ruler Of Ramos ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang