***

Nanda bergerak gelisah, ia tampak tidak tenang duduk di kursinya. Memasuki jam ke dua belas, namun Rindu belum kembali juga ke kelas. Bahkan sedari tadi tidak ada yang menyadari bahwa bangku Rindu kosong sejak jam istirahat tadi.

Bahkan bu Margaret tidak menyadari hal itu, ia baru ingat guru itu tidak tidak pernah pengabsen kehadiran muridnya karena disekolahnya absen menggunakan finger print setiap berangkat dan pulang sekolah.
Diba menghentikan aktivitas mencatatnya, ia menyadari teman sebangkunya itu tampak gelisah. Ia meletakan pulpen dan menutup buku tulisnya.

"Kenapa?"

Nanda tidak menyahuti pertanyaannya. Diba mengikuti kemana mata Nanda memandang. Bangku Rindu? Rindu? Oh dia baru menyadari sesuatu. Sahabat yang satunya tidak menampakkan batang hidungnya sedari tadi.

"Nanda!"

Nanda menatap ke arahnya. "Lo liat Rindu?"

"Nggak Nan, gue aja baru nyadar Rindu nggak ada dari tadi."

Bimo menajamkan pendengarannya, ia hampir menyelesaikan mencatatnya. Sedari tadi ia memang sudah tidak tahan di kelas, ia ingin keluar mencari Rindu. Namun berhubung bu Margaret yang mengajar ia mengurungkan niatnya.

"Ayo Nan kita cari Rindu."

"Biar gue aja," Bimo bangkit dari bangkunya lalu mendekat ke meja Nanda.

"Jangan pulang sebelum gue kembali ke kelas."

Nanda dan Diba hanya mengangguk. Perasaan mereka tidak tenang. Tadi sebelum pergantian jam ke sebelas Nanda menghubungi Rindu namun ponsel cewek itu tidak dapat dihubungi. Diba berasumsi bahwa mungkin Rindu berada di uks dan mematikan ponselnya. Tapi bahkan hingga bel pulang telah berdering cewek itu belum juga kembali. Sebelumnya Rindu tidak pernah seperti ini, Nanda berharap semoga tidak terjadi apa-apa dengan Rindu.

***

Bimo berlarian tak tentu arah, ia menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya. Koridor sedang ramai-ramainya di padati siswa siswi yang hendak pulang ke rumah masing-masing. Ia sudah mencari ke seluruh toilet cewek namun ia tidak menemukan cewek itu. Rooftop! Ia belum mengunjungi tempat itu. Dengan berlari ia menerobos pintu lift yang hampir tertutup hingga membuat para siswi yang berada disana terpekik.

Ia langsung keluar begitu pintu lift terbuka. Ia terus berlari menuju rooftop dalam hatinya ia berharap cemas pada gadis itu. Memang ia bukan siapa-siapa Rindu tapi Rindu teman sekelasnya, sebagai ketua kelas ia harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada temannya.
Ia mendorong pintu rooftop sekeras mungkin. Namun ia tidak menemukan siapa-siapa disana. Dengan napas yang masih tersenggal ia mencoba menghubungi Nanda siapa tahu Rindu telah kembali ke kelas.

"Ha-"

"Udah balik ke kelas?"

"Belum, Bim please... lo cari  Rindu sampe ketemu perasaan gue nggak enak sumpah."

"Pasti."

Ia langsung memutuskan sambungan telepon. Sama dengan Nanda, ia pun merasa seperti itu. Daniel. Satu nama itu terlintas begitu saja di kepalanya, ya barangkali Rindu sedang bersama sahabatnya yang satu itu. Ia kembali menelpon seseorang namun nihil, hanya suara operator yang terdengar. Tanpa berpikir dua kali ia langsung pergi ke kelas sahabatnya itu.

Koridor yang lenggang membuatnya leluasa untuk melajukan langkahnya. Ia sudah merasa lelah karena sedari tadi terus berlari namun ia harus melakukannya. Sampai di kelas itu Bimo langsung masuk tanpa permisi. Hal pertama yang ia lihat adalah sahabat-sahabatnya yang tengah bermain truth or dare dengan posisi melingkar minus Daniel.

"Woy Bim! kuylah gabung," ujar Dodit dan langsung menarik tangan Bimo agar duduk disebelahnya.

"Daniel mana?"

"Tau tuh kemana bolos ngggak ngajak-ngajak, kenapa?"

Bukannya menjawab Bimo malah mengajukkan pertannyaan lagi yang membuat mereka semakin bingung.

"Daniel sama Rindu nggak? Terus sejak kapan tuh cowok ngilang?"

Pertanyaan Bimo membuat mereka saling pandang. "Lo kenapa sih Bim? Muka lo nggak santai gitu?"

"Rindu nggak masuk kelas dari tadi dan Nanda sama Diba nyariin temen-temen sekelas gue juga pada nggak nyadar."

"Oh...emang nggak masuk dari jam ke berapa?"

"Setelah istirahat ke dua, si Daniel?"

"Sama sih mungkin mereka bolos bareng, udahlah biarin mereka berduaan."

"Bukan gitu masalahnya, gerak-gerik Rindu aneh sebelum ngilang."

Mereka semua saling pandang. Sedari tadi Daniel memang tidak masuk ke kelas nomornya pun tidak dapat dihubungi. Aksa, cowok itu menyadari sesuatu. Saat istirahat tadi ia juga berada di perpustakaan ia memperhatikan interaksi antara Rindu dan Nanda namun itu hanya sebentar Rindu langsung pergi setelah itu Bimo muncul mendekati Nanda. Dan ia ingat sebelum Nanda datang Rindu tampak menegang sambil memegang ponselnya. Ada sesuatu yang aneh.

"Kita cari mereka," ujar Aksa yang telah berdiri.

Mereka pun ikut berdiri dengan kompak namun langkah mereka terhenti saat melihat Kenzo, Nanda dan Diba yang berdiri di depan pintu kelas mereka.

"Kita ikut."

***

Hola...👋
Menurut kalian, siapa pengirim pesan misterius itu?

Jadi...kalian kangen Rindu atau penulisnya😂😂😂

Vote & comment🔫

Gomawo😙

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang