Bagian 49

120 14 0
                                    


Happy Reading^^

.

.

"Gimana sama malem ini, bahagia gak?" Tanya Randi pada Nesa. Saat ini, Randi sedang menemani Nesa dirumahnya. Tia dan juga Adi pun tidak mempermasalahkannya. Mereka bisa mengerti bagaimana kesedihan Nesa.

Maka dari itu, mereka membiarkan Randi menemani Nesa.

Gadis itu mengangguk. Ia bersandar pada dada Randi. Tangannya dilingkarkan pada perut laki-laki itu. Untuk menghindari rasa bosan, Nesa menonton Drakor sebagai tontonan mereka berdua. Dengan ditemani beberapa cemilan yang dibuat oleh bi Ratna sore tadi.

"Cuma kamu yang bisa balikin mood aku, ngilangin semua kesedihan aku. Thank you sweaty,"

Mendengar kata sweaty keluar dari mulut gadis itu. Pipi Randi bersemu merah. Ia dibuat salting oleh wanitanya itu.

Nesa yang merasa degupan jantung Randi berdegup dengan kencang pun menoleh. Ia melihat Randi yang sedang menahan senyumannya itu.

"Kenapa sayang?"

Lagi-lagi Randi salah tingkah. Ia memejamkan kedua matanya, sedangkan Nesa, gadis itu terkekeh melihat tingkah Randi yang seperti itu.

"Ihh kamu kenapa sih?" Nesa melepaskan diri dari pelukan Randi.

"Aku baru liat saltingnya cowok kayak gitu,"

Randi berdehem. Mencoba menetralkan kembali suasana.

"Siapa yang salting sih? Orang aku biasa aja kok," Laki-laki itu membuang pandangannya kearah lain. Menghindari tatapan Nesa yang selalu membuat nya salah tingkah.

"Oyahh? Kok tadi pipinya merah? Ga mungkin kan cowok pake blush-on." Gadis itu terus memojokkan Randi agar mengaku.

"Cukup Nes cukup, ga kuat aku sama senyum kamu." Randi menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya itu.

Hal itu terlihat gemas di mata Nesa. Lagi-lagi nesa tertawa dibuatnya.

"Senyuman aku kan candu,"

"Iya, saking candu nya sampe ga bosen diliatnya." Randi kembali memeluk Nesa dengan erat. Sesekali, ia mencium pucuk kepala Nesa.

"Aku sayang banget sama kamu Nes," Bisik laki-laki itu.

Nesa tersenyum.

"Aku juga sayang banget sama kamu, Ran. Kamu janji ya jangan pernah ninggalin aku?"

"Aku usahain sayang,"

***

Ali membanting semua barang yang ada di ruangan itu dengan kasar. Semua barang berserakan. Yang terbuat dari kaca pun menjadi pecah.

"Aarrgghhh!"

Laki-laki itu menarik-narik rambutnya dengan keras hingga beberapa helai lepas dari kulitnya.

Pegangannya kini beralih pada sandaran kursi. Ia menggenggam nya dengan erat. Hingga suara gesekan antara kuku dan kursi yang terbuat dengan kayu itu mengeluarkan suara.

Departure✓Where stories live. Discover now