Bagian 43

105 12 0
                                    

Happy Reading^^

.

.

Plakkk

Plakk

Plakk

Plakk

Plakk

Plakk

Plakk

Ali menampar ketujuh temannya itu satu persatu dengan keras. Kecerobohan dari mereka dapat merugikan dirinya. Bagaimana tidak? Jarak dari sungai ditemukannya kedua korban itu tidak jauh dari rumah Ali. Bisa saja polisi mengecek rumahnya juga. Dan pada akhirnya Ali tertangkap.

"Ceroboh banget sih kalian! Kalian tahu? Kecerobohan kalian bisa bikin gue masuk penjara! Lo semua mikir gak sih! Biasanya juga kalian ngubur semua korban yang gue culik, tapi kenapa sekarang malah di buang ke sungai, hah?" Ucap Ali dengan emosi menggebu-gebu. Jarinya memijit pangkal hidung yang terasa ngilu.

"Jangan salahkan kami Li. Dari awal juga kita gak pernah setuju sama apa yang lo lakuin. Tapi Lo kekeh maunya gitu. Dimana letak kesalahan kami?" Sahut Kenzo dengan berani.

Ali tersenyum miring.

"Oo yahh, berani banget Lo ngomong gitu."

Bughh

Ali melayangkan pukulan pada kepala Kenzo hingga laki-laki itu tersungkur. Namun, keenam temannya yang lain hanya diam saja. Tak ingin ikut campur urusan antara Kenzo dan juga Ali.

Ali mendekati Kenzo yang terduduk dilantai. Ia menyamakan tingginya dengan posisi Kenzo.

"Jangan so' berani sama gue. Lo tahu kan akibatnya kalo Lo ngelawan gue? Gue bahkan bisa bikin kakak Lo luka loh. Bahkan lebih parah dari semua korban yang udah gue bunuh,"

"Jangan!" Tegas Kenzo.

"MAKANNYA JANGAN SUKA NYALAHIN GUE! KARNA PADA DASARNYA GUE GAK PERNAH SALAH!" Teriak Ali dengan kencang.

***

Hari ini, Randi mengajak Nesa untuk pergi ke makam Alisa. Sudah lama rasanya mereka tidak berziarah. Mumpung hari Minggu, jadi sekolah libur. Mereka memanfaatkan waktu itu untuk menjenguk Alisa di peristirahatan terakhirnya.

"Beli bunga dulu ya ran?" Tanya Nesa. Gadis itu memang belum tahu menahu soal ini.

Randi menoleh sembari tersenyum. Saat ini mereka sudah berada di toko khusus bunga untuk di tabur di atas kuburan. Randi membeli beberapa macam. Tak lupa juga sebotol air mineral.

Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat pemakaman umum. Mereka berjalan ke arah kuburan Alisa.

Randi tersenyum kecut memandangan makam Alisa yang sudah penuh dengan rumput liar. Mereka berdua kemudian berjongkok. Tangan Nesa mulai aktif mencabuti semua rumput yang ada disana.

"Assalamualaikum Alisa. Abang Dateng lagi buat jenguk kamu..." Satu tetes air mata berhasil lolos dari mata Randi. Tetapi bibir Randi masih bisa tersenyum.

Departure✓Where stories live. Discover now