Bagian 31

120 13 0
                                    

Happy Reading^^

.

.

"Ciee semalem merajuk," goda Randi pada Nesa. Mereka hendak pergi ke sekolah. Dan seperti biasa, Randi akan mengajak Nesa untuk pergi bersama.

"Apasih," Gadis itu menjawabnya dengan ketus.

"Jangan ketus,"

"Suka-suka dong," Nesa menjulurkan lidahnya meledek.

"Kalo ketus terus ntar aku tinggalin loh,"

"Emangnya seorang Randi Adiguna berani gitu ninggalin seorang Nesa Apriani? GAK MUNGKIN!"

"Mungkin banget. Ada saatnya dimana ketika aku harus pergi jauh dari semuanya Nes. Ninggalin semua orang yang aku sayang,terutama kamu."

"Ngomong apa sih ran gajelas. Kamu gak boleh pergi kemana pun karna kamu sendiri belum ngelakuin ucapan kamu waktu itu." Nesa berjalan memasuki mobil milik Randi. Dikursi belakang, sudah ada Alisa yang sedang bermain ponsel.

Gadis itu tak terganggu sama sekali oleh ocehan kakak dan calon iparnya itu.

"Ucapan mana ya? Lupa," laki-laki itu cengengesan. Tangan kanannya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal sama sekali.

Nesa mendengus.

"Dahlah, emang pada dasarnya cowok itu bisanya ngucapin sesuatu, tapi suka lupa sendiri." Nesa memakaikan sabuk pengaman pada tubuhnya itu.

Sedangkan Randi hanya terkekeh melihat sikap Nesa. Sebenarnya ia hanya pura-pura tidak ingat. Karna ingin melihat reaksi pacarnya itu.

"Buruan berangkat, keburu telat."

Randi mengangguk. Ia mulai menyalakan mesin mobil itu lalu menginjakkan kakinya pada pedal gas.

***

"Hiks, Lo jahat Li," gumam Olivia dalam selimut nya.

Ia terisak pelan. Harta paling berharga nya lenyap gara-gara laki-laki yang saat ini masih tertidur di samping Olivia tanpa baju.

Ali terbangun secara perlahan. Pandangannya menoleh ke arah Olivia yang membelakangi nya dan terisak pelan. Laki-laki itu hanya menghela nafas. Sungguh, hatinya tak ada rasa sesal apapun. Ia benar-benar puas.

Tangan Ali kemudian meraih gelas yang berisi air putih di sampingnya lalu meneguk nya sampai habis.

"Ahhhhhhhh, seger banget airnya." Monolognya.

Matanya lagi-lagi menoleh ke arah Olivia.

"Jangan nangis, semuanya udah terjadi," Ucapnya.

Gadis itu menoleh. Ia memberikan tatapan tajam pada Ali. Laki-laki itu memang tak punya hati. Sangat meremehkan sekali.

"Kok Lo santai banget ngomong gitu li? Lo gapunya sedikit aja apa rasa bersalah di hati Lo karna udah ngerusak masa depan gue? Hah?" Ucap Olivia kesal.

"Lo kok nyolot si? Seakan-akan gue yang salah sepenuhnya disini? Lo juga salah Liv, Lo mau aja gue ajak."

Olivia membuang pandangannya ke arah lain. Kepalanya serasa ingin pecah. Ia butuh obat pereda sakit kepala. Ntah apa yang ia makan sampai efeknya seperti ini.

Departure✓Where stories live. Discover now