Bagian 20

136 21 0
                                    

Happy Reading^^

.

.

"Hai, Olivia." Ali tersenyum pada Olivia yang kini di depannya.

Sedangkan Olivia memutar bolanya malas. Ntah kenapa akhir-akhir ini rasa suka pada Ali mulai memudar. Setiap bertemu, ia selalu merasa kesal tanpa alasan.

Gadis itu hendak pergi ke rumah Nesa karna memang kemarin Nesa menyuruh nya. Untung saja pesanan kue ibunya saat ini tidak terlalu padat dan bisa dikerjakan sendiri.

Olivia sedang menunggu angkutan umum, karna motornya sedang dibengkel. Namun, Ali malah datang dan menyapa Gadis itu.

"Hai," balas Olivia dengan datar.

"Ngapain disini Liv?"

"Nunggu Spiderman datang."

Ali mengernyitkan dahinya. Lalu sedetik kemudian ia terkekeh.

"Ngawur."

"Emang," sahut Olivia acuh.

"Oliv,"

Tak ada sahutan apapun.

"Via,"

Hening.

"Olivia."

Ali menghela nafas.

"Olivia, Olivia ,Olivia, Olivia, Olivia, Olivia."

"Aarghhh."

Ali meringis. Sedangkan Olivia tertawa. Gadis itu menginjak kaki Ali dengan keras.

"Berisik Ali. Lo mau gue tampar? Hem?"

"Jahat banget," cibir Ali.

"Kalo Lo gak berisik, mana mungkin gue injek."

Ali terdiam sesaat. Tapi saat hendak kembali bicara, angkutan umum sudah datang. Olivia bergegas memasuki angkutan itu dan pergi meninggalkan Ali sendirian.

Ali memandang angkut itu tersenyum miring.

"Ternyata perlu perjuangan juga ya Liv buat deketin Lo." Kekeh Ali sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

***

"Nesa." Randi memanggil gadis itu dari bawah.

Nesa yang sedang tiduran pun langsung bangkit mendengar suara Randi. Dengan cepat ia berlari ke bawah menuruni anak tangga.

Karna tak hati-hati, Nesa terkilir dan jatuh dari tangga ke 5.

"Arghhhh." Teriak Nesa.

"Nesa!" Pekik Randi. Laki-laki itu berlari menghampiri Nesa yang sedang kesakitan.

"Kaki gue sakit ran, akh."

"Oke tahan sebentar,"

Randi memangku Nesa dan membawanya ke sofa dekat tangga. Ia membaringkan tubuh Nesa disana.

"Panggilin Kak Alfan aja Ran, biasanya dia yang ngobatin kaki gue kalo terkilir gini." Ucap Nesa disela-sela ringisannya.

Randi mengangguk. Ia menekan tombol telfon rumah Nesa.

Tak butuh waktu lama, Randi selesai menelpon Alfan. Laki-laki itu terdengar khawatir ketika mendengar sepupunya jatuh dari tangga.

Departure✓Where stories live. Discover now