Bagian 38

106 9 0
                                    

Happy Reading^^

.

.


Brakk

Ali membanting pintu rumahnya itu dengan kasar. Nafasnya sedikit memburu. Sudut kanan bibirnya terangkat membentuk senyuman miring.

"Dia yang hamil, kok gue yang direpotin," gumamnya.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya memasuki dapur. Mengambil gelas lalu mengisinya dengan air. Ia meneguknya sampai tandas.

Suara teriakan dari kamar membuat emosinya semakin menjadi.

Pranggg

Ali membanting gelas yang digenggamnya dengan kasar.

"Berisik banget sih anjing!"

Laki-laki itu berlari memasuki kamarnya. Kedua wanita itu terperanjat kaget ketika Ali datang dengan amarah yang menggebu-gebu.

"BISA GAK SIH KALIAN TUH GAK USAH BERISIK! SAKIT TELINGA GUE!"

Diva dan Rika saling memeluk. Kedua tangan mereka dipasangkan rantai. Yang membuat mereka sulit untuk pergi dari sana. Ruangan tanpa jendela itu sangat gelap. Cahayanya dibantu dari cahaya lampu.

Wajah mereka penuh dengan luka, begitupun dengan seluruh tubuhnya. Hampir setiap malam Ali membuat mereka sengsara.

Mereka menundukkan kepalanya. Tak berani menatap Ali yang memelototi mereka berdua.

"Ka-kami S-salah A-apa," Diva membuka suara. Namun karna takut, suaranya terdengar gagap.

Ali tertawa. Tak tahu menertawakan apa. Padahal tidak ada yang lucu.

"Gue udah bosen sama kalian, jadi..." Ali menghentikan ucapannya. Ia kembali mendekati mereka hingga jaraknya hanya 10cm.

"Kalian mati aja," lanjutnya dengan nada berbisik.

"Ja-jangan, ja-jangan bu-bunuh k-kami," Ucap Rika.

Namun Ali tak mendengarkan mereka. Ia kemudian bangkit, mengambil balok kayu yang berada di sudut ruangan.

Suara gesekan antara lantai dan kayu itu begitu membuat Rika dan diva sangat ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat. Apa mungkin hidupnya akan berakhir begitu saja?

"Sebelum kalian mati, pesan apa yang mau kalian ucapin?" Ucap Ali.

Namun kedua wanita itu tak mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka tetap pada posisinya.

"Yakin gak ada?"

Hening.

"Its oke kalo gitu. Ucapin selamat tinggal sama dunia ini,"

"Selamat tinggal dunia," lanjut Ali.

Balok kayu itu perlahan terangkat. Lalu mengeluarkan suara yang cukup bising. Benda itu mengenai kepala Rika hingga wanita itu tak sadarkan diri.

Diva menjerit ketika hal itu terjadi. Ia mencoba berdiri untuk menghindari Ali, namun tak bisa. Ia tak punya tenaga. Bahkan untuk sekedar bersuara meminta tolong.

Bugh

Bugh

Bugh

Kedua wanita itu hilang kesadaran. Darah mengalir dari kepalanya. Namun, Ali belum puas. Ia kembali memukuli mereka. Menendang secara kasar tanpa perasaan. Diinjaknya punggung dan perut mereka.

Ganas sudah penyiksaan Ali. Kedua wanita itu kini telah meninggal. Darah terus mengalir dari hidung, kepala serta mulut mereka.

Ali membanting balok kayu itu ke sembarang arah. Tangannya juga dipenuhi bercak darah. Lalu, ia mengambil handphone di saku celananya. Menekan nomor telfon ketujuh temannya itu.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang