bagian 7

260 42 1
                                    


Happy Reading^^

.

.

"Lo niatnya mau ngajak gue kemana sih! Dari tadi muter muter ga jelas kayak gak punya tujuan hidup!"

Sejak dari tadi, kata itu sudah beberapa kali terlontarkan dari mulut Nesa. Pasalnya, Randi terus berkeliling komplek saja. Dan bodohnya Nesa terus saja mengekor dengan sepeda kesayangannya.

"Diem ahh berisik!" Randi menatap tajam kearah Nesa beberapa detik, lalu di akhir tatapannya senyuman manis yang selalu berhasil meluluhkan Nesa tercetak kembali.

Ahh sudahlah, kayaknya dia emang gak bisa bikin orang marah. Batin Nesa.

Ia terus saja mengayuh sepedanya. Belum ada niatan untuk pergi kemana.

Randi tiba-tiba berhenti di pinggir jalan. Disana terdapat gerobak Tukang Rujak buah.

"Bang beli 2 ya," ucap Randi.

"Siap mas,"

Nesa ikut berhenti di tempat Randi menyimpan sepedanya. Ia kemudian menghampiri Randi yang sedang memesan Rujak buah.

"Rujak buat siapa?" Tanya Nesa. Pasalnya, yang ia ketahui kalau laki-laki itu jarang sekali menyukai rujak.

"Buat gue sama Lo, Lo suka rujak kan?"

"Lo doyan rujak ran? Sejak kapan?" Nesa balik bertanya.

Randi tampak berpikir.

"Sekitar pas kelas 6 SD mungkin."

"Gue kira cuma cewek doang yang suka rujak, ternyata cowok juga ada." Ucap nesa tanpa menatap Randi.

"Emang harus cewek aja ya? Kan gak ada aturan juga," sahut Randi. Laki-laki itu duduk di bangku yang disediakan di sana.

"Sini duduk." Pinta Randi, dan nesa menghampiri nya.

"Ini mas," Tukang rujak memberikan pesanan Randi.

"Totalnya jadi 20 ribu mas,"

Randi mengeluarkan uang selembar 50 ribu.

Tukang rujak itu kemudian menerimanya. Ia kembali mengambil kembaliannya. Namun Randi malah menolak.

"Buat abangnya aja,"

"Tapi ini kebesaran loh mas."

"Gapapa bang, lagian Abang juga udah jadi rujak langganan keluarga saya."

Memang, tukang rujak ini selalu mangkal di pinggir jalan raya yang lumayan dekat dari komplek perumahan Randi. Sejak dirinya tinggal di sini, ia tak bisa diam.

Setiap sore selalu berjalan-jalan menikmati angin dengan sepeda ayahnya. Tak peduli walaupun akhirnya ia menyasar. Tetapi berkat usaha itu, ia selalu memperhatikan setiap penjual yang ada di pinggir jalan.

Semenjak itu, Randi terbiasa membeli rujak di sore hari. Apalagi adiknya, ia yang paling doyan.

Ditambah bumbu kacang yang pedasnya sedang membuat rasa rujak itu semakin segar di mulut. Campuran antara masam dari buahnya dan pedas dari bumbunya. Keduanya berkolaborasi dengan sempurna di lidahnya.

Departure✓Where stories live. Discover now