Bagian 19

151 25 1
                                    

Happy Reading^^

.

.

"Udah 3 hari belakangan ini Alisa tuh kayak murung." Ucap Tia saat sedang berkumpul di ruang makan. Sudah waktunya mereka semua makan malam.

Alisa tidak pernah ikut setelah kejadian itu. Jika pagi pun ia akan makan terlebih dahulu, begitupun dengan siang.

"Abang juga ga ngerti sama dia. Abang udah sering nyamperin dia, tapi dia ga mau cerita sama Abang mah." Sahut Randi.

"Mungkin mood nya lagi buruk, biarin aja dulu, nanti juga pasti kayak dulu lagi." Timpal Adi.

"Tapi tetep aja bang, Pah, sikap Alisa tuh ada yang ga beres. Setiap dia ada masalah, dia pasti cerita ke mamah. Tapi kali ini engga."

Ibu mana yang tak khawatir melihat sikap putrinya yang tiba-tiba berubah. Yang tadinya ceria, kini menjadi murung. Yang tadinya cerewet, kini menjadi pendiam. Tia tau pasti ada yang salah dengan gadis itu. Sudah beberapa kali ia coba menekan Alisa, namun tetap saja putrinya itu tak memberikan jawaban.

Tia hanya bisa menghela nafas. Mungkin ucapan suaminya benar. Dan mungkin saja Alisa sedang datang bulan.

"Bang, besok coba ajak jalan-jalan. Lagi pula dia juga sama-sama libur kan?"

Randi mengiyakan ucapan Tia. Sebagai kakak laki-laki yang bertanggung jawab, ia harus mengembalikan senyuman yang kini hilang dari wajah adiknya itu.

"Siap ibu negara," tangan Randi bergerak naik membentuk sebuah hormat.

***

"Ali!"

Suara Kenzo mengehentikan langkah Ali. Laki-laki bertubuh jangkung itu menoleh ke belakang.

"Gue perlu bicara sama Lo." Lanjut Kenzo. Tanpa menunggu persetujuan dari Ali, Kenzo meraih tangan laki-laki itu.

Ali tak memberontak. Biarkan saja seperti itu. Lagipula ia malas menghabiskan tenaga nya hanya untuk memberontak dari Kenzo.

Kenzo membawa Ali ke rooftop sekolah.

"Mau ngapain?" Tanya Ali. Laki-laki itu menghisap rokoknya. Bel tanda pelajaran selesai sudah berbunyi setengah jam lalu, tapi aku belum berniat untuk pulang kerumah.

"Apa bener target Lo kali ini anak SMP?" Tanya Kenzo to the point.

Ali menyemburkan asap rokok pada wajah Kenzo.

"Mungkin." Ali mengedikkan bahunya acuh.

"Gue serius Li!"

"Gue bodoamat."

Kenzo berdecak sebal. Ia rasanya sudah frustasi dengan sikap temannya itu. Mentang-mentang punya kekuasaan, berhak menyakiti banyak orang yang tak berdosa.

"Pliss Li. Untuk kali ini aja gue mau ikut campur urusan Lo. Gue saranin, lepasin target Lo yang anak SMP itu, dia masih bocil Ali! Lo sadar gak sih."

Kedua tangan Kenzo memegang bahu Ali. Ia harus berusaha agar temannya itu tak melakukan tindakan salah yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Ali melangkah mundur untuk melepaskan diri dari Kenzo.

"Bukan urusan Lo Kenzo!" Tekan Ali.

Departure✓Where stories live. Discover now