#21 Kerja kelompok extra

Mulai dari awal
                                    

"Eh Diba, es teh boleh dong," ujar Nanda dengan cengiran khasnya.

"Ck, nyusahin lo!"

"Sekalian lah kamar mandi kan deketan sama dapur."

Dengan kekesalan yang semakin memuncak, Diba berjalan sambil sesekali menghentak-hentakkan kakinya. Setelah menunjukkan dimana kamar mandi berada, Diba berjalan menuju dapur meninggalkan Alin.

Menelusuri setiap inci dari ruangan yang disebut dapur itu, Diba akhirnya menemukan gula yang dimasukkan dalam wadah yang tertutup. Dapur Rindu sangatlah rapi, namun tetap saja Diba kesulitan untuk menemukan dimana bahan-bahan yang ia butuhkan untuk membuah es teh. Meskipun sudah terhitung lebih dari lima kali Diba memasuki dapur Rindu, ia tidak pernah hafal dimana Rindu meletakkan bahan-bahan untuk membuat minuman.

"Rin, tehnya dimana?!" Teriak Dina yang berharap sang empu dapat mendengarkannya dengan baik.

Lama menunggu jawaban, Diba kembali mencebikkan bibirnya. Dan ia merasakan getar pada handphonenya sebelum ia berteriak untuk kedua kalinya. Sebuah pesan suara dari Rindu yang membuat Diba kembali ingin mencakar wajah cantik sahabatnya itu.

"Teh ada didalam rak atas tepat diatas kepala lo, es batu didalam kulkas, gula disamping tempat sendok, gelas, penampan dan teko juga di rak sebelahan sama set piring."

Mengulang pesan suara itu dua kali, Diba langsung mengambil alat dan bahan yang ia butuhkan. Ia sangat kesal dengan Rindu, percayalah dua tahun mengenal Rindu tidak benar-benar membuatnya mengerti jalan pikiran sahabatnya itu. Seperti tadi saja, Rindu selalu menghemat tenaga dengan cara yang sangat cerdas. Tidak berteriak, tidak harus berjalan ke dapur lalu menjelaskan dan membantu Diba membuat minuman manis itu.

***

Setelah memastikan pintu tertutup rapat dengan sempurna dan pastinya tidak ada satu orang pun yang melihatnya, Alin mengeluarkan benda kecil itu. Tangannya bergetar menatap benda mungil itu, lalu segera menepis pikiran buruknya. Ia menatap setiap inci dari ruangan ini untuk memastikan akan diletakkan dimana benda itu. Tempat yang tersembunyi, namun bisa menangkap dalam jangkauan yang luas.

Setelah merasa aman, Alin buru-buru keluar. Langkah kakinya mengendap-endap hingga tak menimbulkan suara pergesekan antara sepatunya dan lantai. Berjalan lurus menuju tangga lalu menuruninya dengan cepat.


Selesai. Diba dengan bangganya karena telah berhasil membuat es teh dalam porsi yang lumayan besar, berjalan membawa nampan dengan kesusahan. Ia hampir saja melupakan Alin, berjalan lurus lalu berbelok ke kiri. Diba tidak menemukan Alin. Ah...mungkin Alin sudah mendahuluinya bergabung bersama Rindu dan Nanda.

"Eh, kok lo disini Lin?"

Alin dengan sorot mata yang berseliweran, terbelalak seperti orang terkejut. Ia berusaha menutupi kegelisahannya dengan senyum tipis yang dipaksakan. Ia kembali menuruni anak tangga dan menghampiri Diba.

"Iya, kamar mandinya tadi rusak jadi aku pake kamar mandi yang diatas."

Mengangguk singkat dan memilih untuk tidak menghiraukan hal itu, Diba berjalan mendahului Alin yang masih saja menatapnya. Sedangkan Alin, gadis itu bernapas lega setelah berhasil melakukan hal itu. Semoga saja, tidak ada yang melihatnya melancarkan aksinya.

***

"Lama banget sih lo, gue udah haus nih,"

"Enak banget sih lo? Gue repot nih," balas Diba tak kalah sinis dari Nanda.

Rindu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua sahabatnya yang selalu saja memperdebatkan sesuatu. Tak mau ambil pusing, ia ikut menyesap es teh buatan Diba.

"Udah sampai mana Rin?"

"Gue udah tentuin judulnya tinggal kembangin aja biar jadi topik yang layak diperbincangkan."

"Rin, gue masih nggak paham nih sama penjelasan yang gue baca."

"Yang bagian mana?"

"Perbedaan analytycal exposition dan hortatory exposition, gue takut salah."

"Nih ya, kalo hortatory itu lebih persuasif dan diakhir cenderung ke recomendation. Nah kalo analytycal cuma penegasan ulang atau opini kita diakhir paragraf."

"Rin aku bagian dapat bagian apa ya?"

Rindu meraih bukunya, ia sudah membagi tugas mereka masing-masing agar tidak timpang tindih dalam kerja kelompok kali ini. Ia juga telah mendiskusikannya dengan Nanda.

"Gue bagian presentasi, Nanda bagian thesis dan reiteration, Diba bagian argumen kalo lo bagian menjawab pertanyaan dan pembukaan presentasi, setuju?"

"Lah masa gue argumen Rin?"

Nanda menepuk bahu Diba dengan gemas. Percayalah, Diba mendapat bagian yang mudah diantara yang lainnya. Hanya argumen yang sesuai dengan isu yang dibicarakan dan pastinya harus masuk akal.

"Gini ya Diba, lo cuma kasih pendapat aja yang sesuai topik, asalkan masuk akal."

"Em, Rin yang menjawab pertanyaan maksudnya gimana?"

"Kita diskusikan nanti pertanyaan yang akan muncul dari kelompok lain, jadi kita udah siapin jawabannya dan sanggahan, lo tinggal pahami aja kok."

Sementara itu, Alin mendadak gelisah ketika Rindu menatapnya. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya, dalam hati ia mengucapkan beribu maaf. Dan berharap ia bisa melupakan atas apa yang telah ia perbuat.


***

Hola!!!

Ada yang kangen Rindu?

Vote & comment 🔫

See u😗

Pesawat Kertas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang