GAREIN - 30

28.6K 5.1K 1.8K
                                    

"Devon?!" kaget Galang. Matanya membelalak saat melihat Devon, sang pembulinya di masa SMA itu.

"Lo ngapain di sini?!" tanya Devon garang.

Pria paruh baya itu melerai perdebatan di antara mereka. Ia paham, keponakannya itu sangat mudah sekali tersulut emosi. Ia juga bingung, kenapa keponakannya itu nampak tak suka sekali dengan keberadaan pria yang ia bawa pulang.

"Sudah-sudah. Kamu ini kenapa?" tanyanya keheranan pada Devon.

"Om Broto, ngapain bawa dia ke sini?" tanya Devon sembari menunjuk Galang dengan telunjuknya.

"Om ketemu dia di hutan, Keadaannya buruk banget. Kamu nggak liat, badannya luka semua kayak gini?" sarkas Broto tajam. Ia tak suka dengan sifat Devon yang seperti ini, sama sekali tak menghormati tamu.

Broto mendekat ke Galang, ia menepuk bahu Galang sebanyak dua kali. "Masuk dulu, yuk. Biar diobatin luka kamu," ajak Broto halus.

Galang mengangguk lalu berjalan bersama Broto menuju ruang tamu. Mereka duduk di sofa kecil di sana.

"Sebentar, saya panggilin anak saya dulu," ujar Broto.

Galang mengangguk. "Iya, Pak."

"Ini balesan buat lo, karena lo udah buat gue dikeluarin dari sekolah!" marah Devon. Ia melemparkan tatapannya yang tajam dengan wajah yang sedikit memerah.

Galang mendongakkan kepalanya, melihat Devon yang berdiri tak jauh darinya. "Musibah yang saya alami, nggak ada hubungannya sama masa lalu kamu," balas Galang acuh. Ia tak ada waktu untuk meladeni Devon. Di pikirannya saat ini hanya terlintas nama Reina dan calon anaknya.

Pak Broto dengan seorang anak gadis yang membawa kotak P3K itu berjalan berbarengan menuju Galang.

Pak Broto melemparkan tatapan tajamnya ke Devon. "Devon, masuk kamu! Jangan ganggu Mas ini." Pak Broto berujar seraya menunjuk Galang dengan dagunya.

Devon melenggang pergi meninggalkan mereka semua di ruang tamu.

"Nama kamu siapa ya, Mas?" tanya Pak Broto pada Galang.

"Galang, Pak," jawabnya.

Pak Broto manggut-manggut. "Mas Galang, lukanya diobatin dulu ya, sama anak Bapak," titah Pak Broto.

"Hm, nggak usah, Pak. Saya bisa obatin sendiri," tolak Galang halus. Sejujurnya, ia merasa risih jika harus berdekatan dengan wanita selain istrinya, Reina.

"Sebentar saja kok, Mas. Darahnya itu udah kering, biar saya bersihin sekalian," sahut anak gadis Pak Broto.

Galang mengangguk terpaksa. Ia teringat dengan Reina, jika ada istrinya saat ini, ia pastikan bawah gadis di depannya ini tak akan berani menyentuh kulitnya walau sedikit. Istri cantiknya itu pasti akan membasmi dan memarahi gadis-gadis semacam anak Pak Broto.

Gadis kisaran berumur 20 tahunan itu mulai membersihkan pelipis Galang yang dipenuhi darah yang sudah mengering. Ia membersihkannya dengan kaos lap yang sudah ia celupkan ke air rendaman yang cukup hangat.

Galang meringis ketika gadis itu terlalu keras menekan lukanya.

Gadis itu dengan telaten mengobati luka-luka Galang. Mulai dari pelipis, kedua lengannya dan lututnya. Gadis itu juga memasangkan hansaplast ke luka-luka Galang.

"Sudah," gumam gadis itu.

"Terima kasih," ucap Galang.

Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama."

Gadis itu merapikan kotak P3K-nya, lalu kembali masuk ke dalam kamar.

Pak Broto duduk di samping Galang. "Galang, kalau boleh Bapak tau, apa kamu kenal sama Devon?" tanyanya.

GAREIN [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum