GAREIN - 2

61.4K 6.7K 260
                                    

"Ini Rein." Galang menyerahkan es krim cokelat dengan toping kecap di atasnya.

Reina menerimanya dengan wajah cengo. Katanya suaminya ini pintar, rupanya tidak. Semua orang salah menilainya. Sudah pasti.

"Ini mah, es krim coklat dikasih kecap, Lang. Bukan es krim kecap!" sungut Reina kesal. Ia menghela nafasnya kasar. Padahal ia cuma ingin es krim kecap, tapi kenapa suaminya itu tidak bisa memenuhinya.

"Astaghfirullah, mana bisa sih Rein, kecap, dibikin es krim?" tanya Galang frustasi.

"Ya, pasti bisa, Lang. Kamu aja yang gak mau usaha!" cetus Reina.

Reina meninggalkan Galang sendiri di dapur. Ia berjalan menuju sofa depan televisi di ruang keluarga. Ia duduk di sana sambil menonton channel makanan nusantara.

Galang geleng-geleng sendiri melihat istrinya meninggalkannya. Ia menghampiri Reina.

Galang duduk tepat di samping Reina. "Gini deh, kamu minta yang lain aja. Jangan es krim kecap. Gimana?" tawar Galang.

Reina melirik Galang. "Kan bisa liat di YouTube. Coba dulu, siapa tau ada, kan?" Reina masih memaksakan keinginannya.

Galang mengangguk. Ia mengeluarkan ponselnya guna mencari tutorial membuat es krim kecap di YouTube.

Galang membuka video yang diunggah oleh YouTuber terkenal asal Indonesia. Ia memperhatikan video itu hingga akhir, dan hasilnya, sama saja.

Galang menyerahkan ponselnya ke Reina. Agar istri bawelnya itu melihat sendiri.

"Sama aja, kan?" tanya Galang, setelah Reina melihat videonya.

Reina mengangguk. Ibu hamil yang selalu terlihat lucu di depan suaminya itu kini memeluk lengan kiri suaminya. Ia menyandarkan kepalanya nyaman di sana.

"Kamu mau apa, yang lain aja, ya?" tanya Galang lembut. Ia juga tak tega jika keinginan istri dan calon anaknya itu tak terpenuhi.

"Emm, tempenya kemaren enak, Lang. Kemaren kan udah rasa coklat, gimana kalo sekarang rasa matcha?" Reina mengucap sambil menatap mata Galang penuh harap.

"Duh, udah lupa lagi, nama instagram-nya," batin Galang meringis.

"Kamu follow kan, instagram-nya kemaren?" tanya Reina.

"Iya kok, aku follow." Galang mengangguk mantap agar Reina tak mengomelinya lagi.

Galang membuka ponselnya. Lalu membuka aplikasi Instagram guna meng-stalker si penjual tempe itu. Kali ini ia akan usaha untuk memenuhi perngidaman Reina. Demi istri dan calon anaknya.

"Semangat!" batin Galang menyemangati diri sendiri.

***

Warna jingga di langit mulai terlihat indah. Setiap detiknya berubah menjadi warna jingga yang semakin gelap.

Rumah megah berwarna putih itu sudah terang dengan lampu-lampu yang dinyalakan.

Sepasang suami istri itu, kini sedang duduk bersampingan di atas ranjang. Apalagi sang ibu hamil, rasanya ia malas sekali walau hanya untuk turun dari kasur.

"Lang, aku kangen deh, sama Raisa. Kapan sih, dia pulang?" tanya Reina penuh kesedihan. Raut wajahnya menggambarkan seseorang yang sangat rindu dengan teman lamanya. Lebih tepatnya, teman selama-lamanya. Tak ada teman yang paling setia kecuali si jamet Raisa.

"Gak tau. Kamu tanyain aja sama dia," jawab Galang polos.

"Ih, kamu kok gitu sih, gak like deh," sungut Reina. Ia melepaskan senderan kepalanya di bahu Galang. Ia beranjak dari kasurnya, lalu melenggang pergi ke dapur.

"Mau ke mana, Rein?" teriak Galang dari dalam kamar.

"Mau ngepet temen! Siapa tau ketemu sama modelan yang kayak Raisa!" balas Reina teriak.

Galang beranjak juga dari kasurnya. Semenjak Reina hamil, rasa khawatirnya lebih berlebihan. Bahkan, ia tak segan-segan untuk menunjukkan rasa khawatirnya dengan cara melarang Reina memakan makanan yang tak boleh untuk dikonsumsi ibu hamil.

Sayang sama posesif itu gak jauh beda.

Galang melihat Reina yang sedang duduk di pantry. Wanita itu sedang memakan tempe matcha-nya.

Galang mengucap syukur kala menemukan lapak tempe bervarian rasa itu.

Wanitanya itu sangat lucu kala berpesan padanya.

Seperti ini,

"Bilangin sama yang jualan, yang rasa matcha harus enak. Kalo gak enak, yang jualan aku kutuk jadi buto matcha!"

Galang terkekeh jika mengingatnya. Ia berjalan mendekat ke arah Reina.

"Makan apa sih, enak banget kayaknya," goda Galang.

"Kamu gak liat, aku makan apa?" ketus Reina.

"Gak keliatan, soalnya mataku keliatannya cuma kamu aja." Galang mulai mengeluarkan jurus gombalnya. Ia sudah ahli dalam bidang pergombalan sekarang. Berkat ajaran istrinya itu.

"Apaan sih, kamu ni lama-lama yang aku makan!" sarkas Reina tajam. Ia memelototkan matanya. Ia berusaha tuk menjadi jahat, tapi tetap terlihat menggemaskan di mata Galang.

"Mau dong ... Dimakan ...," goda Galang dengan nada dipanjangkan.

Reina mencebikkan bibirnya.

Tok! tok! tok!!

Ketukan pintu yang keras itu membuat Reina tak mood memakan tempenya.

"REINA SAYANG ... YUHU ...!" teriak seseorang dari luar rumah Reina.

Reina menghampirinya. "NGETOKNYA BIASA AJA DONG, JANGAN KEK MALING!" teriak Reina balik.

"Lah, emang maling ketuk pintu dulu?" batin Galang bertanya-tanya.

Dengan perasaan kesal Reina membuka pintu rumahnya.

"Tuh kan, udah gue duga. Pasti si Raisa dugong!" ucap Reina semangat di akhir kalimat.

"Aaa ... Kangen ...." Dua wanita itu saling berpelukan hangat. Akhirnya, rasa rindunya pada Raisa kini terbalaskan.

"Yuk, masuk!" ajak Reina bersemangat. Keduanya berjalan menuju sofa ruang tamu.

"Gila sih, lo panjang umur banget, Sa," ucap Reina.

"Baru aja, tadi gue ngomongin lo sama Galang. Eh, taunya sekarang disamperin," lanjutnya.

"Gila sih, gue pegel banget. Baru aja gue nyampe di Jakarta, langsung mampir ke rumah lo nih," jelas Raisa.

"Kenapa gak pulang dulu, pasti lo capek, kan?" tanya Reina.

"Males, Na. Ngapain gue pulang, di rumah juga palingan gak ada siapa-siapa," jawabnya lesu.

Inilah salah satu masalah yang membuat Reina selalu kasihan kepada Raisa. Orang tuanya itu tak cukup perhatian kepada sahabatnya. Maka dari itu, ia selalu berusaha tuk menghiburnya dan menganggap Raisa seperti saudaranya sendiri.

"Gimana nenek lo, sehat?" tanya Reina. Sahabatnya ini baru pulang dari Surabaya, rumah neneknya. Raisa bosan karena tidak ada pekerjaan, kuliahnya juga sudah tamat. Mungkin keesokan harinya ia akan mencari kerja agar tidak kelimpungan sendiri di rumah.

"Alhamdulillah, sehat terus si nenek. Gue seneng banget pas di Surabaya. Gue diajakin jalan, gue ke pasar sama nenek, apa-apa berdua. Seru banget deh, pokoknya. Gak kayak sama mama gue, gak ada apa-apanya malah. Kayaknya gue gak punya kenangan apapun deh, sama mama gue," curhat Raisa. Ia melemparkan senyum terpaksa ke Reina.

"Udah ah, jangan sedih-sedih terus. Mungkin belum saatnya mama lo berubah sekarang," jawab Reina menenangkan Raisa.

Raisa mengangguk, lalu tersenyum.

"Ayok ke dapur, gue punya tempe rasa terbaru. Lo harus nyobain!"

.
.
.
.
.

[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!]

***
TBC!

GAREIN [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon