Sial, baru saja aku bahagia. Sejujurnya juga aku lelah dengan drama Malika ini, aku ingin sekali hidup tentram tapi sepertinya kehadiran Malika tidak bisa membuatku merasa aman dan nyaman belakangan ini. Lalu mungkin Malika benar, mungkin ini saat yang tepat juga untuk mengakhiri hubungan ini... tapi aku tidak menyangka kalau aku mengakhiri disini. Peluit di bunyikan dan permainan dimulai.

Aku menatap Gaffriel disana yang sedang mengatur nafas setelah mencoba merebut bola dari lawan dan senyumku mengembang begitu saja. Lihatlah semangat itu, antusias itu, aku bisa melihat jelas bagaimana Gaffriel menatap bola itu dengan penuh ambisius, sayang sekali hanya di jadikan hobi. Aah aku sangat menyayangi lelaki ini kenapa situasi sangat tidak mendukungku? Aku masih ingin menatap wajah datarnya, masih ingin melihat senyum tipisnya saat salah tingkah sambil membuang muka, masih ingin merasakan hangatnya tangan besar yang menggenggam tangan mungilku. Sudahlah, ini tidak akan ada ujungnya, inti pada hari ini aku harus menyudahkan sebelum aku semakin jatuh cinta kepada Gaffriel.

Aku harus egois dengan perasaanku.

Aku menghela sambil menatap layar ponsel dan teringat akan group tugas kelompokku yang belum kubuat. Aku segera membuat group dan memasuki orang-orang yang akan menjadi teman kelompok, lalu segera aku membuat pesan agar tidak banyak mengulur waktu.

Kerkom FH' 5

Anna Derulia: Haloo nanti malam gue kasih daftar yang harus di kerjakan, kalian tinggal pilih mau kerjain bagian mana ya. Tolong kerja samanya, terimakasih 🙏🏻

Aresh Keeland: Ok Na, makasih, mohon kerja sama nya juga yah.

M. Dito: Sip Na

Pricilla: Gue yg gmpng aj y, soalny gue lg sbuk jg nih

M. Dito: Sibuk apaan?

Pricilla: Kan mau ngedate sama kamu

Vinna S: Okay Anna, kalo butuh bantuan bilang aja ya ntar gue bantu

Aresh Keeland: Iya, Na pc juga boleh

Pricilla: Yeee buaya Aresh

Aresh Keeland: Deh apaacii Cillaaaa

M. Dito: Wkwk gas troos

Pricilla: Apasiih Aresh, lu mah ganteng doang setia ngga, mending sama Ditoo <3

Aku menatap layar ponselku kesal dan memilih untuk mematikan ponselku agar mengalihkan pikiran. Kenapa hidupku harus berurusan sama orang menyebalkan, sih? Kutukan Ibu Tiri mana, Ayah aja tidak menikah lagi kok aku ada aja masalahnya.  "GAFFRIELL SHOOTTTT!!! GOOD JOOOBBB!!!" Teriak para penonton membuatku ikut senyum bahagia melihat Gaffriel berhasil mencetak point.

Ponselku berdering beberapa kali menampilkan isi chat group di lockscreen.

Aresh Keeland: Yaudah ntar gue malem ini ya Cilla

Pricilla: Nobar aja ayo, Dito mau gak?

M. Dito: Heh ini grup kerkom, pc aja

Pricilla: Ah santai ajaa udah kaya skripsi aja heboh. Anna mn sih, Vinna mo join g?

Vinna S: Nggak deh, mau bantu Anna aja kalian dulu aja kalo ada waktu mungkin join..

Aresh Keeland: Ok Vinna. Anna gak join nih? Ayo Na ramein biar Vinna ikut tuh

Aresh Keeland: Anna lagi sibuk yah

M. Dito: Brisik bgo Anna males sama lu

Pricilla: Tau Aresh

Sabar Anna... Anna anak waras, anak baik, anak Bunda sama Ayah paling cantik, sabar terus yaaa Batinku seraya mengelus dada. Pluit di bunyikan, aku mendongak cepat melihat apa yang terjadi di lapangan dan ternyata pertukaran pemain. Gaffriel keluar dari lapangan dengan jalan pincang, aku segera menyampirinya cepat seraya membuka tasku untuk mengambil botol minum yang kubawa untuk Gaffriel.

Sesaat ingin memberikan botol, Malika sudah berdiri di depan Gaffriel memberikan handuk kecil. Gaffriel menyadari kehadiranku, dia berjalan ke arahku perlahan dengan jalan pincang mengabaikan Malika disana. "Hey, mau kasih apa?" Tanyanya lalu mengambil botol minum dari genggamanku. "Ini, ya?" Tanyanya lagi.

"Aturan ambil handuk Malika buat elap keringat lo dulu."

Ia menggeleng, meneguk air minum bawaanku setengaj botol lebih, "Gapapa, bisa nanti, gue butuh minum,"

Aku tersenyum, mataku mendapati Malika menatapku penuh kekesalan membuatku menghela berat dan kembali fokus kepada Gaffriel. "Gaff, udahan, ya?" Ujarku begitu saja. Entah, aku tidak tau kenapa aku malah mengucapkan kata itu, aku tidak berniat untuk mengucapkan sekarang tapi mulutku tidak sinkron dengan hatiku. Wajah Gaffriel terlihat terkejut dan heran. Ia diam masih memegang botol minumku. "Kayaknya ini yang terbaik buat kita, perjuangan gue sampe sini aja, lo berhak bahagia..."

"Lo masih marah sama masalah tadi, ya?" Tanya Gaffriel keluar dari topik. "Gue mau putus."

"Gue nanya loh, di jawab." Ujarnya lagi dengan tegas, tapi aku tidak tahan untuk berdiri lagi. Aku lebih memilih egois dan pergi dari sini. Aku juga yakin ia menahan rasa sakit kaki cederanya, lihatlah begitu egois aku di hubungan ini Friel...

"Kita putus, gue pulang ya. Makasih Gaffriel..." Aku merogoh isi tasku, lalu memberikan ke Gaffriel kotak makan yang sudah kubuat pagi tadi sebelum ke kampus. "Di makan, ya, kalo gak enak atau gak mau buang aja gapapa. Gue duluan." Lalu aku pergi, aku pergi meninggalkan Gaffriel yang terheran dan masih berdiri mematung menatap kepergianku.

Sudah... sudah selesai hubungan manis ini, setidaknya aku sempat memilikimu walau kenangan yang kita buat tidak terlalu banyak untuk di kenang, tapi aku sangat menikmati dan bahagia sekali bersamamu. Semoga di kehidupan selanjutnya hubungan kita bisa lebih baik lagi. Semoga kamu bahagia dengan Malika.

Badanku bergetar, aku buru-buru memesan ojek online sesambil menahan tangis. Astaga aku tidak bisa menahan tangis kali ini. Gaffriel juga tidak mengejarku, mungkin memang ini yang ia tunggu. Ini yang terbaik, ya, ini terbaik untuk kita.

Metanoia Where stories live. Discover now