"Ada lagi?"

Baik Daniel maupun Rindu menggeleng secara bersamaan. Waiters pun menyebutkan kembali pesanan mereka lalu pergi meninggalkan meja mereka. Rindu kembali menatap ke arah jendela ia menempelkan telapak tangannya di kaca tersebut. Daniel yang menyaksikan itu mengernyit bingung namun ia juga tersenyum tipis.

"Kalo mau nyentuh hujan keluar aja percuma kayak gitu gak bakalan bisa."

Rindu tak merespon ucapan Daniel ia tak beralih sedikitpun baik telapak tanganya maupun tatapan matanya. Ia suka hujan entah banyak alasan mengapa ia menyukai hujan. Rintik hujan selalu ia jadikan sebagai lagu pengantar tidur kala hujan turun. Ia selalu ke balkon kamarnya saat hujan turun, menyaksikan ribuan bulir-bulir air yang jatuh bebas ke bumi.
Sedangkan Daniel, cowok itu memandang Rindu dan hujan bersamaan ada perasaan hangat yang menjalar dihatinya. Rindu dan hujan mengingatkannya pada gadis yang ia tunggu selama ini. Sama dengan Rindu, gadis itu juga suka hujan ia selalu datang ke rumahnya dan mengajaknya bermain hujan di taman depan rumahnya. Sudah lama, hingga ia lupa nama panjang dari gadis itu.

"Kenapa lo suka hujan?"
"Karena gue ngerasa tenang aja tiap kali ngehirup pethicthor hujan, tapi kadang nyebelin juga sih."

"Why?"

"Nggak tau kenapa gue suka tiba-tiba kangen sama seseorang."

"Bucin," ujar Daniel sambil terkekeh pelan.

"Sirik aja lo," ujar Rindu lalu menoleh ke Daniel kini ia menghadap ke cowok itu. Ia dapat melihat sorot mata Daniel yang berubah sayu.

"Dia sama kaya lo, suka hujan."Daniel menjeda kalimatnya pandangan matanya menerawang jauh pada masa lalunya dimana ada hujan maka ada gadis itu.

"Dia selalu ngajak gue keluar rumah buat hujan-hujanan, gue ngerasa dia hadir di setiap hujan meskipun gue nggak tau dia dimana sekarang."

Rindu merasa tercekat jantungnya berdegub begitu kencang tatapannya terkunci pada Daniel. Ia....merasakan hal yang sama.

***

Pagi tadi ia menjemput Rindu untuk pergi ke sekolah, cewek itu tidak menolak ajakannya sama sekali. Tentu saja itu membuatnya senang tapi tak mampu mengurangi rasa kegelisahannya. Sejak membaca pesan-pesan tersebut Daniel sering merasa gelisah ia takut jika masa lalunya kembali namun, ia sudah merasa nyaman dengan gadis lain. Rasa gelisah itulah yang membuatnya susah untuk memejamkan mata dan berakhir ia terjaga hingga adzan subuh berkumandang.

Cowok dengan jambul kecoklatan itu terus memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang tampak tak biasa. Cowok yang duduk di depannya itu tampak tak bersemangat dengan kantung mata yang terlihat lebih gelap dari biasanya. Bukan hanya ia saja yang memperhatikan Daniel tapi juga sahabatnya yang lain.

Sejak mereka tiba di kantin belum ada obrolan sama sekali antara mereka bahkan Dodit yang biasanya mengisi perutnya dengan banyak makanan kini cowok itu malah sibuk ikut memperhatikan Daniel sambil sesekali melirik para sahabatnya satu persatu. Virgo dan Vino pun lebih memilih untuk bermain game diponselnya. Aksa? Tentu saja cowok itu anteng.

Brak!

Suara gebrakan itu berhasil membuat keenam lelaki tampan itu mendongakkan kepalanya dan memusatkan pandangannya pada Dodit.

"Sialan lo pada kenapa sih diem-diem aja?" Dodit yang sudah muak dengan situasi pun mengeluarkan suaranya. Apa-apaan mereka ini, sedang mengheningkan cipta atau apa? Hanya saling melirik satu sama lain.

"Ck, pada kesambet lo?" Ujarnya lagi dengan nada yang meninggi.

"Brisik lo!" ujar Daniel lalu bangkit dari bangkunya.

"Mau kemana Niel?" Ujar virgo yang juga ikut berdiri.

"Kelas."

Keadaan masih sama seperti tadi, hening. Aksa yang berjalan paling depan bersisihan dengan Daniel merasa aneh dengan para sahabatnya yang berjalan dibelakangnya. Bukannya apa, melainkan ini momen yang langka karna mereka tidak bersuara sama sekali padahal biasanya mereka saling menjahili satu sama lain.

"Pagi sayang!"

Daniel mendengus kesal, cewek dengan rambut bagian bawahnya berwarna abu-abu itu bergelanyut manja di lengannya. Dengan tangan kirinya ia menjauhkan kepala Gebi dari lengannya membuat gadis itu mencebik kesal.
"
Kok gitu sih biasanya juga nggak papa."

"Halu lo!" Ujar Virgo dengan sengit.

"Cuma ngingetin jatoh sakit!" Teriak Bimo yang telah melangkah beriringan dengan Daniel dan Aksa yang kemudian disusul Vino dan Dodit dibelakangnya.

"Iya Niel pulang sekolah aku bareng kamu kok sayang!" Teriak Gebi yang mengundang perhatian beberapa pasang mata di sepanjang koridor.

"Sialan bitch udah gila tuh pasti," ujar Dodit sambil geleng-geleng kepala.

"Nggak usah diladenin malah makin senang dia."

Mereka berpapasan dengan Rindu di depan kelas Rindu. Cewek itu langsung berbalik setelah mengasah pensilnya dengan rautan. Daniel sempat bertemu tatap dengan Rindu sebelum Rindu memalingkan pandanganya.

"Rin, " panggil Dodit yang membuat Rindu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas.

"Apa?"

"Kamu tau nggak kita bakal punya barang couple?"

Rindu terdiam ia sama sekali tidak mengerti maksud Dodit atau barangkali ia yang memang malas meladeni Dodit yang notabene raja gombal seantero sekolah. Sementara Daniel dan kawan-kawan paham betul trik jadulnya Dodit. Cowok bertubuh tinggi semampai itu jarang sekali menggunakan kata 'aku kamu' ketika berbicara dengan siapa pun kecuali ketika akan melancarkan aksi modusnya. Gombal.

"Nggak tau ya? Sini aku bisikin."

"Jangan modus lo dapet bogemannya Daniel mampus lo," ujar Virgo yang membuat mereka memusatkan pandangannya pada Daniel.

Cowok beralis tebal itu Menyatukan kedua alisnya tanda bahwa ia tak mengerti maksud Virgo.

"Sirik aja lo!"

"Jadi kita couple apa mas?" Bukan Rindu yang bertanya melainkan Vino dengan suara yang dibuat-buat.

"Kita couple buku nikah!"

"Hah garing say!"

"Jalan," ujar Aksa lalu merangkul leher Dodit dan Virgo hingga mau tak mau membuat keduanya melangkahkan kakinya. Sementara Bimo melangkah masuk kedalam kelasnya.

"Rin," Daniel menghampiri Rindu dengan salah satu tangannya di masukkan ke dalam saku celananya lalu menyodorkan plastik putih. Sebelum ia beranjak pergi dari kantin ia sempat membeli sesuatu dan ia berniat memberikannya pada Rindu.

"Apa?"

"Gue tau lo tadi nggak ke kantin," ujarnya lalu pergi setelah menyerahkan kantong plastik tersebut.

Rindu memperhatikan punggung Daniel yang semakin lama semakin menjauh lalu ia menghela napas dan membuka kantong plastik yang Daniel berikan beberapa menit lalu. Sandwich dengan susu kotak fullcream rasa vanila membuat Rindu tersenyum.

***

Hello!
Bagi yg berhasil menjawab teka-teki tidak akan mendapat hadiah sebesar satu jt rupiah dipotong pajak😁

Ada yg kangen Geboy a.k.a Gebi?

Vote & comment🔫

Pesawat Kertas Where stories live. Discover now