[10] Kebusukan Tisa

15 2 0
                                    

"Ya, gimana ya, keluarga gue udah hancur, gue nggak ada masa depan. Nanti bakal bikin orang-orang di sekitar gue sial. Daripada gue hidup nggak ada gunanya, mending gue mati aja."

💌💌💌

[Lan, gue jemput, ya. Hari ini gue masuk.]

Aku harus bersiap lebih cepat karena Wina akan datang menjemput. Dia biasanya sampai lima menit lebih awal dari biasa aku akan berangkat ke kampus. Aku memutuskan memakai baju berwana ungu putih, dan jilbab bermotif coretan abstrak dengan warna senada. Walau tak begitu mirip, tapi cukup cocok dipadukan. Kalau di kampus-kampus lain bebas mengenakan pakaian jenis apa saja, beda dengan kampusku yang hanya memperbolehkan memakai baju kurung, baju kurung batik, dan dress selutut dengan lengan panjang pastinya serta rok hitam. Aku masih ingat dulu pernah tertangkap saat razia baju pendek di semester dua. Kami diceramahi pagi-pagi sekali sebelum masuk kelas di depan gedung kampus, disaksikan oleh mahasiswa-mahasiswi yang berlalu-lalang.

"Tolong kenakan pakaian yang lebih tertutup, panjang dan tidak sempit. Kalau sudah tahu badannya besar, pakai baju yang ukurannya tidak pas di badan."

Begitu tutur Bu Rusyaida, wakil dekan tiga sekaligus yang memang mengurusi bagian kemahasiswaan. Jika berurusan ke lantai dua fakultas ekonomi dan bisnis Islam, maka kami akan saling tunjuk-menunjuk siapa yang bajunya lebih panjang akan menjadi kambing hitam.

Kuambil pentul jilbab, dan mulai mengaitkannya di bawah dagu. Karena jilbab ini termasuk pendek dengan ukuran 1 x 1 meter saja, maka aku harus membuat lipatan yang lebih pendek di ujungnya agar bagian belakangnya lebih panjang. Sehingga sisi kanan dan kiri di depan juga hanya sebatas dada saja. Aku menyilangkan bagian kiri ke dalam, dan bagian kanan di luar, mengaitkannya dengan pin jilbab di depan bahu.

"Laki-laki itu melihat penampilan saudara seperti ini akan naik nafsunya."

Dulu aku berkomentar di dalam hati. Hah? Naik nafsunya? Apa iya melihat aku yang kurus ini saja naik nafsunya? Atau melihat lekuk tubuh wanita dari balik baju bisa begitu? Akhirnya, setelah kutemukan sebuah komentar di YouTube, ternyata benar, ada yang seperti itu. Dia bercerita, sudah mencoba menjaga pandangan, tapi ada seorang wanita yang sengaja menyenggol tangannya dan suka menggoda, dan berakhir dengan sabun mandi. Begitulah, walau aku tak tahu pasti, tapi itu adalah pengakuan seorang laki-laki. Akhirnya aku percaya, bila memakai pakaian longgar itu untuk menghindarkan perempuan dari mata-mata jahil serta menjaga agar kita tak menimbulkan dosa untuk orang lain. Pertama, dosa karena memakai pakaian sempit, kedua karena membuat laki-laki berdosa melihat kita.

Aku tersenyum di depan cermin. Penampilan sederhanaku tidak lengkap jika tak memakai minyak wangi. Perasaanku cukup tenang pagi ini. Aku menepuk-nepuk kedua sisi paha seperti anak kecil. Sesekali memuji diri sendiri cantik tidak ada salahnya, bukan? Kemudian aku duduk di tepi ranjang, memasang kaus kaki, lalu memainkan ponsel. Karena hari ini Wina masuk kuliah lagi, maka aku tidak akan kesepian.

Jadwal hari Sabtu hanya satu, dimulai jam sepuluh lewat lima. Aku masih ada waktu sampai Wina datang. Kuputuskan untuk menonton acara Roy Kiyoshi. Walau kadang hal-hal yang ditampilkan dalam acara itu di luar nalar manusia, aku tetap senang menontonnya. Apalagi saat melihat orang-orang kerasukan, menceritakan hal-hal mistis.  Selain bermain gim dapur frezy, aku juga suka menonton film horor dan hal-hal mistis. Sebenarnya aku tak begitu percaya pada acara begitu, tapi senang saja melihatnya.

Belum sampai lima menit aku menonton, suara motor Wina sudah terdengar di depan kost dan terparkir di depan jendela kamarku. Padahal belum mulai pemilihan nomor peserta acara, tapi nanti saja aku lanjutkan menonton kalau tidak lupa.

40 HARI TANPA KAMU [Dilanjutkan di Fizzo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang