“Oh ya? Jadi ini adalah festival?” tanya Afsheen excited. Dia kembali melirik sana-sini, mengamati raut wajah semua orang yang berbahagia.

“Hn,”

Berkeliling tanpa berbuat apa pun, Afsheen jadi merasa kelelahan. Apa lagi dia harus menjinjing kumpulan permen ini. Ketika matanya berpedar bosan, tatapannya terfokus pada kumpulan anak-anak yang bermain.

“Yang Mulia, tunggu di sini.” perintahnya tanpa sadar dan segera meninggalkan Keigher untuk menuju anak-anak tersebut.

Dari jauh Keigher melihat gadis itu membungkuk, berkata sesuatu yang membuat semua anak kecil itu mendekat antusias dan kemudian membagikan permennya hingga tandas.

Dengan senyuman lebar Afsheen membali mendekati Keigher yang masih diam dalam pikirannya. “Yang Mulia, ayo!”

Semakin malam, tempat itu bukannya sepi malah sebaliknya, bertambah ramai. Afsheen melihat sebuah kios, memikirkannya sejenak sebelum menariknya mendekat.

“Halo Lady.” Penjaga kios langsung menyapa dengan semangat sebab tempatnya sejak tadi tidak memiliki pengunjung yang banyak. Namun dia hanya menyapa Afsheen dan mengira bahwa pria yang berjalan di belakangnya degan jubah tanpa memperlihatkan wajahnya adalah pengawalnya.

“Untuk apa ini?” tanya gadis itu sembari melihat-lihat kertas kosong di atas meja.

“Kertas harapan,” Melihat Afsheen mulai tak yakin, dia segera menjelaskan. “Ini benar-benar ampuh. Lady tinggal menulis harapan dan memasukkannya ke botol kecil ini lalu menguburnya di halaman sana. Ketika harapan itu benar-benar terwujud, Lady bisa datang dan mencarinya lagi.”

“Wow, kelihatannya menarik.” Afsheen memberikan koin kepada penjaga kios, mengambil satu kertas dan tinta untuk Keigher. Dia mendekat dan berkata dengan suara kecil, “Yang Mulia juga tulislah sesuatu.”

Melihat kertas serta kuas untuk menulis, alis Keigher mengerut. Dia mengalihkan tatapan pada gadis yang menjauh darinya sambil menutupi kertasnya dengan ketat, seolah Keigher akan menyontek kapan saja.

Menggeleng karena merasa hal ini benar-benar tak berarti, dia mencelupkan kuas pada tinta dan memberikan titik di kertas kosong tersebut sebelum menggulungnya dan memasukkannya ke dalam botol kaca kecil. Dia tidak pernah mempercayai hal seperti ini.

Sambil membawa botol yang berisi kertasnya, Afsheen mendekat. “Ayo kita kubur!”

Tanpa membiarkan pria itu menolak, Afsheen menariknya. Celingak-celinguk, tatapannya jatuh pada pohon tua yang cukup jauh. Di sekitarnya terdapat beberapa orang yang menggali, sepertinya mereka juga sama.

Tidak mungkin untuk meminta Keigher menggali, jadi Afsheen menyemangati diri sendiri dan mulai menggali tepat di bawah pohon. Keigher melirik sekitarnya, sejak tadi diam hanya untuk mengikuti keinginan gadis itu.

“Berikan pada saya milik Yang Mulia,” Meski kalimatnya meminta, namun tindakannya adalah merampas. Dia segera mengubur kedua botol itu dan menepuk tanah yang datar dengan puas.

Tatapan Keigher tertuju pada Afsheen. “Apa yang kau tulis?”

Mata gadis itu mengerjap. “Saya—”

BOOM!

“Wuahhh!” Perhatian Afsheen teralih pada langit yang memunculkan berbagai warna yang bermekar kemudian menghilang. Matanya berbinar, dia tidak tahu di dunia ini terdapat petasan juga!

Keigher tidak menatap keindahan di langit, melainkan wajah gadis itu. Sekitarnya gelap, tetapi karena beberapa lentera di sekitar ditambah petasan yang meledak di langit, wajah gadis itu entah menjadi bercahaya.

Dalam diam mengamati gadis itu, Keigher tidak menduga bahwa tiba-tiba dia akan menoleh menatapnya dengan senyuman lebar hingga matanya menyipit.

“Tadi saya menulis agar Yang Mulia selalu sehat, kuat dan panjang umur!”

Pria itu tertegun sejenak sebelum terkekeh rendah. “Bodoh,”

Dalam perjalanan kembali ke kediaman Huntly, Keigher mencoba melihat wajah gadis itu karena sejak tadi tidak bersuara. Alih-alih melihatnya melek, dia malah mendapati gadis itu tertidur nyenyak dengan napas teratur.

Sudut bibirnya terangkat dan menarik pinggang gadis itu untuk bersandar lebih dekat dengannya. Begitu sampai di mansion, dia menggendong Afsheen dan melompat hingga balkonnya.

“Yang Mulia...”

Tubuh Keigher menjadi kaku merasakan usapan di dadanya akibat gelengan kepala gadis itu. Dia menunduk menatapnya yang masih tertidur dan segera meletakkannya si atas ranjang.

Duduk sebentar di pinggir ranjang, tangannya menggeser rambut yang menghalau wajah gadis itu. “Sheena,” bisiknya namun tidak mendapat respon.

Iris mata merahnya menyapu wajah damai gadis itu. Matanya mengerjap dua kali sebelum mendekatkan wajahnya. Aroma ringan dan manis menyeruak ke dalam indra penciumannya. Begitu bibir dinginnya menyentuh bibir hangat dan lembut gadis itu, seperti ada sengatan kecil dalam tubuhnya.

Dia segera berdiri dan pergi. Wajahnya yang tidak tertutup tudung memperlihatkan warna merah samar.

July 11, 2021

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

July 11, 2021.

King of the CrueltyWhere stories live. Discover now