O22

7 3 0
                                    

JANGAN LUPA STREAMING M/V "WAYO" BANG YE DAM !!

****

Jiheon menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Setelah pulang dari toko buku bersama Yedam, Jiheon kembali berkutat dengan ponselnya disana.

Mendapati notifikasi dari abangnya, Hyunsuk yang mengatakan bawa ia akan pulang telat karena sedang mengantar kekasihnya ke sebuah toko butik.

Sementara mommy nya sudah kembali pergi ke luar kota untuk bekerja bersama papi Jiheon juga disana.


"Bantu gue ngelupain masa lalu gue,"


Jiheon merebahkan tubuhnya di kasur. "Gue bisa ga ya?" ujarnya menatap langit-langit kamar.

"Tapi harus bisa sih, soalnya kak Yedam udah percayain gue," gadis itu senyum-senyum sendiri.

"Astagaaaaa!!!" Jiheon memeluk gulingnya dan menyembunyikan wajahnya disana. "Gemes bangetttt."

"Pokoknya gue harus bisa bikin kak Yedam suka sama gue! Semangat, Heon!!!"



*******













Ceklekk!

Yedam membuka pintu rumah Junkyu. Teman-temannya yang lain menatap kearahnya.

"Widihh, udah ngapelnya?" tanya Yoshi. Matanya masih fokus menatap layar televisi yang menampilkan siaran langsung sepak bola.

Yedam duduk disampingnya. "Ngapel apaan, pacaran aja belum."

"Otw," sahut Asahi.

"Lo kapan, Sa? Sama si Ayla?" tanya Junkyu yang sedang asyik bermain ps dengan Jihoon.

"Otw," jawab Asahi lagi.

"Otw mulu dari jaman penjajahan kaga lo tembak-tembak si Ayla. Kasian kali anak orang digantung mulu kayak jemuran," komentar Jihoon pedas.

"SSOG lahh," ujar Asahi memakan kuaci yang dibeli Jaehyuk di minimarket depan.

"Apaan tuhh??" Jaehyuk menyahut.

"Suka Suka Orang Ganteng."

"Anjirr mentang-mentang ganteng," sinis Jihoon.

Asahi tak lagi menyahut. Lelaki itu lebih memilih untuk menghabiskan cemilan yang dibawa Jaehyuk. Malas sekali meladeni teman-temannya, kalau kata Asahi.

"Abisin aja teruss. Yang beli siapa sih?" sindir Jaehyuk yang melihat Asahi asyik memakan camilannya.

"Nih," Asahi menyodorkan kuaci yang tinggal setengah kepada lelaki itu.

"Udah mau abis baru lo kasih ke gue. Gak, dah! Buat lo aja sok, gue mau telponan sama ayang mbeb," Jaehyuk melangkahkan kakinya keluar dari rumah Junkyu.


"Jaehyuk itu kapan tobatnya sih?" Yedam menatap kepergian Jaehyuk sembari menggeleng-geleng pelan.

Yoshi yang berada disampingnya terkekeh. "Ga inget dulu lo pernah se-buaya Jae?"

"Tapi gue ga sampe segitunya kali, Yo!"

"Sama aja."

"Beda."


"Sama!" seru Asahi yang mendengar perdebatan itu. Sembari memakan kuacinya, Asahi berbalik badan menghadap Yoshi dan Yedam.

"Kenapa lo ikut-ikutan bujang??" Yedam mengerutkan dahinya.

"SSOG lahh."

Yedam dan Yoshi memutar kedua bola mata mereka. Iya deh, terserah orang ganteng aja.

"Jadi gimana?" tanya Junkyu yang sudah selesai bermain ps dengan Jihoon. Kini Jihoon sedang membereskan alat-alat ps karena lelaki itu kalah bermain.

"Gimana apanya?" Yedam balik bertanya.

"Ya lo sama si Jiheon."

"Ga gimana-gimana," Yedam menyandarkan kepalanya disandaran sofa.

"Lo beneran ga demen sama Jiheon, Dam?"

Yedam mengangkat kedua bahunya. "Gua juga ga tau. Bingung kalo ditanya kayak gitu. Tapi gua ada niatan nyoba buka hati buat dia sih."

"Serius??" tanya Jihoon ikutan nimbrung.

Yedam mengangguk. "Seperti yang kalian bilang, gua harus bisa buka hati buat orang lain. Dan ga harus terus stuck di masa lalu."

Mereka yang mendengarnya mengangguk-angguk senang. Bersyukur atas kedatangan Jiheon yang bisa membuat pola pikir Yedam kembali terbuka.

"Berarti lo ada niatan buat jadiin Jiheon pacar lo?" tanya Yoshi.

Yedam terlihat berpikir. "Mungkin iya, tapi gue masih bingung. Gue takut masa lalu gue ganggu ketenangan hidup gue lagi dan bikin Jiheon sakit hati nantinya," ujar Yedam lirih.

Jihoon menepuk pundak Yedam. "Itu cuma ketakutan lo aja. Lo trauma, sampe bisa mikir kayak gitu. Coba sekarang buka lembaran baru lagi dan lupain semuanya. Gue yakin Jiheon bisa bikin lo lupa sama masa lalu lo."

Junkyu, Yoshi dan Asahi mengangguk membenarkan. Mereka mencoba meyakinkan Yedam kembali.

"Ntar gue coba pikir-pikir lagi deh," ujar Yedam tak yakin.

Sebenarnya memang benar, Yedam trauma akan hal seperti itu. Ketakutannya pada masa lalu itu sering kali membuatnya merasa stress berat.

Ketika kenangan itu muncul kembali ke otaknya, Yedam bisa melakukan apa saja untuk mencoba menghapusnya. Namun sayangnya, lelaki itu sering kali gagal melakukannya.

Saat Jiheon datang mengisi hari-harinya belakangan ini, Yedam menjadi lebih fokus memikirkan Jiheon sehingga tidak ada celah untuk kenangan itu kembali masuk ke dalam pikirannya.

"Jadi sekarang gini, masalahnya, detik ini lo udah ada perasaan belum sama Jiheon?" tanya Junkyu menyadarkan Yedam dari lamunannya.

Yedam kembali terdiam. Entahlah, untuk saat ini ia hanya tak tahu harus menjawab apa.

"Jangan sampe lo cuma jadiin Jiheon pelampiasan. Itu ga bagus, Dam," sahut Jihoon. Membuat Yoshi, Junkyu dan Asahi lagi-lagi mengangguk membenarkan.

Yedam hanya mengangguk menanggapinya. Tak lama kemudian, pintu rumah Junkyu terbuka lebar. Menampilkan Jaehyuk dan Mashiho yang terlihat kelelahan seperti habis berlari.

"Kenapa?" tanya Asahi kepo.

Yang lain menunggu jawaban dari kedua anak itu. Sementara Jaehyuk dan Mashiho menatap Yedam.

"Apa?" Yedam menghampiri mereka.

"Junghwan ...." Mashiho angkat bicara.

"Adek gua kenapa?"

"Junghwan kenapa?"

"Kenapa??"

Pertanyaan itu refleks keluar dari mulut mereka.

"Junghwan kecelakaan!"


****************

» mainkan jarimu di tombol vote! makasih yeorobun ♡♡♡♡







WHY || Bang Ye Dam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang