chapter 66

4.7K 483 37
                                    

"Gimana sayang ujiannya?" tanya Raya menyambut Reyhan yang baru saja pulang diantar oleh Vredo.

"Menguras tenaga, aku aja sampe lemes banget," kekehnya.

Raya mengusap rambut lepek Reyhan."Langsung istirahat ya Nak, nanti sore kita kedokter harus cek up."

Reyhan terdiam."Mah,"

"Ia?"

"Maafin Rey, Rey tumbuh jadi anak lemah, nyusahin dan selalu buat Mamah sama Ayah khawatir terus."

"Ko ngomong gitu? Siapa yang ngomong gitu sama  kamu?" kesal Raya dan duduk disamping Reyhan.

Reyhan mengenggam tangan Raya. "Aku mau hidup lebih lama, tapi jika umur aku gak panjang Mamah jangan sedih ya. Tetap mamahnya ceria yang selalu menjadi mataharinya Reyhan."

"Reyhan juga berharap, jika ada kehidupan baru yang akan datang. Rey mau tetap Rey menjadi anak Mamah," tulusnya.

"Kamu itu ngomong apa sih?" Raya tak suka.

"Rey sayang banget sama Mamah, Rey gak mau bikin Mamah sedih atau bahkan luka."

Raya menatap sendu anaknya itu."Makasih mamah selalu nemein Reyhan sejauh ini,

Raya memeluk Reyhan."Jangan ngomong kayak gitu, Mamah takut,"lirih Raya, Raya takut anaknya itu pasrah akan hidupnya.

"Mah, kita gak tau kedepanya akan seperti apa, apapun yang terjadi Rey akan ikhlas dengan apa yang sudah Tuhan berikan, begitu juga Mamah, Mamah harus ikhlas."

"Kamu cape ya habis ujian? Mamu istirahat ya, jangan berpikir apa apa. Mamah gak mau kamu kenapa napa, jadi istirahat ya," ujar Raya.

Raya selalu berpikir positif tentang anaknya itu, Reyhan tuh cape jadi pikiranya tidak tentu.

"Mamah bikin makan ya buat kamu, kamu kekamar dulu." Reyhan masih terdiam dan membiarkan Raya pergi.

"Dengan itu, Mamah memperlambat kepergian aku Mah, jangan buat aku nentang takdir Tuhan," lirih Reyhan.

Reyhan memegang dada kirinya."Bidup berarti banget, gua menyesal telah menyia nyiakan kehidupan gua dulu," pelannya.

Reyhan bangkit dan memasuki ruangan tempat adiknya bermain, dan benar saja ada Cio yang sedang bermain sendirian.

"Ngeng... ngeng... brakkk ahahah"

Reyhan tersenyum melihat adiknya bermain walau hanya sendiri. Reyhan menghampiri.

"Cio lagi apa?" tanya Reyhan duduk disamping Cio.

Cio menoleh dan acuh kembali memfokuskan dirinya pada mainan mobil mobilan yang berserakan disana.

"Cio, lo ngacuhin gua?" Reyhan memang tidak berubah.

"Apa cih?" kesalnya.

"Tata jangan ganggu Io," kesalnya.

"Gua gak ganggu, orang nanya doang."

Cio melepas mobil mobilanya."Apa?" tanya Cio.

"Sini duduk." Cio duduk dipangkuan Reyhan.

"Hah?" tanya Cio melongo.

"Gua mau ngomong sama lo."

"Ama Io?" Reyhan menganggu gemas.

"Ia lah masa sama mainan lo itu." Cio menekuk bibirnya.

"Udah jangan manyun, masih gantengan gua.."

"Do amat," ketus Cio, Cio udah pinter ngomong gais.

"Ini serius gua mau ngomong.."

"Heem.."

"Cio umurnya udah berapa tahun?" jemarin cio diangkat.

REYHAN || ENDWhere stories live. Discover now