chapter 59

6.2K 603 35
                                    

Reyhan membuka matanya pelan, ia menoleh pada Rian yang Reyhan yakini Rian baru saja pulang dari kantor.

"Ko bangun?" tanya Rian dengan penuh kasih sayang.

Kedua mata Reyhan memerah,ia tak tega melihat wajah cape Rian."Aa.. yahh," lirihnya.

Rian mengenggam tangan Reyhan."Kenapa?ada yang sakit hem?" tanya Rian dengan tulus.

"Ayah cape?" pelannya.

Rian tersenyum."Kapan Ayah bilang kalau Ayah cape?" tanyanya.

"Gak ada orang tua yang cape dengan anaknya," ujar Rian.

"Reyhan ingin sembuh," pelannya.

"Ayah akan mencoba membantu kamu sembuh, apapun akan Ayah lakukan demi kamu sembuh."

"Kalau Alloh berkata lain?"

"Ayah gak siap kehilangan.."

"Reyhan butuh diikhlaskan." Rian menutup matanya tak kuat mendengar pernyataan Reyhan yang sangat membuatnya sakit.

"Kamu akan sembuh, Ayah janji akan bantu kamu sembuh, optimis ya." Reyhan menggelengkan kepalanya.

"Kalaupun Rey ingin sembuh, tapi Rey gak bisa percaya 100 persen kalau Rey akan sembuh."

"Yang akan membawamu pada titik kesembuhan adalah kepercayaan pada dirimu sendiri. Jangan merasa sendiri, kita berjuang bersama, disini ada Ayah, orang pertama yang akan membantumu.."

Reyhan meneteskan air matanya."Jangan nangis, Ayah gak ngajarin kamu menjadi lelaki cengeng, lelaki harus kuat walaupun hatinya terluka."

Reyhan mengangguk."Lanjut lagi tidurnya ya." Reyhan tersenyum tipis dan memejamkan matanya menuruti apa kata Rian untuk kembali tidur.

Rian menunggu Reyhan untuk benar benar tertidur lelap, tidak akan Rian biarkan seseorang menganggu tidurnya Reyhan.

Rian duduk disopa yang terdapat Bryan yang tertidur walau Rian tau tubuh itu akan sakit sakit jika nanti bangun.

Rian menghela nafas, banyak orang yang harus ia kuatkan. Namun apakah dirinya bisa menjadi penompang atas mereka.

"Kak.. Bantu Ayah," lirihnya.

***

"Ayolah mah, cuma sebentar," pinta Reyhan dengan melas pada Raya.

Hari ini hari keberangkatan Raka keluar negeri, Reyhan ingin melihat Raka berangkat dengan mengantarkannya kebandara.

"Enggak, kamu harus banyak istirahat."

"Sekali ini saja apa gak boleh?" kecewa Reyhan.

"Mamah mohon menger-

"Please Mah. Raka sahabat Reyhan," tegasnya.

Raya menghela nafas."Rey..

"Mamah Reyhan mohon kali ini."

Raya yang tak tega akhirnya mengangguk dengan pasrah."Sama Ganend?" Reyhan mengangguk.

Ganendpun masuk keruangan itu."Tenang aja Tante, Rey akan aman sama aku," ujar Ganend.

Raya tersenyum."Tante mohon sama kamu."

"Mamah gua lebay Nend, gua sakit biasa aja overnya berlebihan," kekeh Reyhan.

"Gak papanya juga orang tua."

"Nend kalau udah langsung antar Reyhan kesini lagi ya." Ganend mengangguk.

"Tante jangan terlalu khawatir.."

"Ia.."

Akhirnya Reyhanpun menganti baju rumah sakitnya dengan bajunya masa ia kebandara pake baju rumah sakit.

***

Sepulangnya dari bandara, Reyhan tak memperdulikan ucapan Raya yang harus langsung balik kerumah sakit, ajakan Ganend aja Reyhan acuhkan. Dan sekarang mereka berada dikaffe tempat mereka kumpul.

"Raka beneran tinggal disana, sedih gua," lirih Giant.

"Bener banget, gak nyangka aja gua kira dia boongan," balas Orio.

"Ya gimana udah ketentuanya dia juga gak bisa lawan ucapan orang tuanya," kata Vredo yang memperhatikan wajah pucat Reyhan.

"Rey, sebenarnya lo sakit apa?" tanya Ganend begitu saja.

Reyhanpun terkejut mendengar pertanyaan yang selalu ingin Reyhan abaikan.

"Emmm."

"Gua pengen lo jujur."

"Ia Rey bener, gua liat losakit gak kayak biasanya."

Reyhan menunduk."Kita butuh kejujuran," pelan Orio.

Vredo dari tadi diam karena sejujurnya ia sudah tau apa yang terjadi pada Reyhan, Bagaslah yang memberitahunya dan meminta ikut menjaga Reyhan.

"Gua ragu untuk jujur karena gua takut apa yang gua takutin terjadi."

"Maksud lo."

"Kalau gua jujur apa kalian gak akan jauh dari gua?"

"Gila lo masa ia kita jauhin lo, aneh aelah," kesal Gian.

"Jujur aja Rey, sahabat itu harus saling terbuka satu sama lain".

"Gagal jantung," pelan Reyhan memotong perkataan Orio.

"Hah?" kaget mereka dengan wajah cengo dan tak percaya.

"Kenapa lo gak ngomomg dari awal?" miris Ganend menatap penuh pertanyaan.

"Gua cuma takut."

"Lo akan sembuh kan Rey?" tanya Giant.

Reyhan menunduk."Gua juga pengen sembuh kali, tapi kan gua sadar bagaimana ganasnya itu penyakit," lirih Reyhan.

"Kita ada buat lo, kita gak akan jauhin lo seperti ketakutan lu buat jujur kekita," ujar Orio.

"Kita bantu doa, kita berjuang kita juga pasti nemenin lo-

"Gua bakal sering ngerepotin loh gais," kekeh Reyhan.

"Gak masalah, bukannya sahabat tempat suka duka?" tanya Ganend.

"Gua takut kali-

"Kalau lo ketakutan bagaimana lo semangat buat sembuh?" potong Vredo angkat bicara.

"Gak ada yang harus ditakutin, sekarang lo harus fokus sembuh, kita dukung," lanjut Vredo.

"Thanks, maaf jika suatu saat nanti gua banyak repotin."

Reyhan sudah berada diruang inap nya lagi, namun Reyhan dari tadi hanya diam tidak berkutik. Banyak sekali apa yang ia pikirkan.

"Mikirin apa?" tanya Dinda.

Reyhan tersenyum."Enggak, kamu kesini sama siapa?"

"Aku bawa motor."

"Hati hati bawa motor nya ya." Dinda mengangguk.

"Aku santai ko kalau bawa motor."

Reyhan meringis, sesak akan kembali datang lagi."Kamu kenapa?" Reyhan mencoba mengacuhkan sakitnya.

"Enggak papa, aku tidur ya," lirih Reyhan yang langsung membelakangi Dinda membuat Dinda heran.

"Sebenarnya kamu sakit apa," lirih Dinda. Reyhan mendengarnya namun diabaikan oleh cowok itu.

"Pulang Din, gak ada harapan buat cowok kayak aku," pinta Reyhan.

***

TBC

REYHAN || ENDWhere stories live. Discover now