chapter 56

6.9K 638 112
                                    

Reyhan sudah dipulangkan setelah 3 hari dirawat dan hasil pemeriksaan Reyhan sudah keluar dan Rian dan Raya dibuat syok dengan hasil itu.

"Kak sekarang kemana mana gua bawa peyakit, gua takut repotin orang lain,"lirihnya.

Ya Reyhan tau tentang penyakitnya,ia menguping pembicaraan Rian dan Raya pada saat itu, namun Reyhan tak syok karena ia sudah berpikiran kesana.

Bryan merangkul Reyhan."Ade gua kuat, gua tau," kata Bryan.

"Gua takut."

"Gak ada kamus takut dikehidupan seorang Reyhan Adhibrata. Okey?" tanya Bryan memberikan semangat.

"Bantu gua."

Bryan mengangguk."Gua udah gagal jagain Gibran, dan gua gak mau gagal jagain adik gua yang satu ini.."

"Kak kenapa Tuhan ngasih cobaan ini ke gua?"

"Karena lo mampu mengatasinya, jadikan sakit sebagai obat menawar dosa lo."

Reyhan memeluk Bryan."Gua gak mau mati Kak, gua masih ingin liat Ayah sama Mamah bahagia," lirihnya.

"Lo kan kuat Rey, ada gua. Jangan takut ya semangat, harus dilawan," kata Bryan memberi semangat pada Reyhan.

"Kalau gua gak kuat??

"Bukan adik gua," celetuknya. Membuat Reyhan kesal.

"Gitu banget.."

"Makanya jangan banyak pesimis, banyak ko diluaran sana yang berjuang lebih dari lo, bahkan orang lain harus ketergantungan sama obat sepanjang hidupnya, tapi apa? Mereka gak ngeluh."

"Mungkin mereka ngeluh, tapi mereka bangkit lagi dan berjuang lagi kan??

Reyhan mengangguk paham."Nah, sekarang lo harus liat mereka jadiin mereka sebagai contoh buat lo kedepannya. Oke?" Reyhan mengangguk.

"Disini ada gua.."

"Makasih."

"Sekarang tidur, nanti gua bangunin kalau udah jam minum obat."Reyhan mengangguk dan mulai berbaring.

"Kak, jangan cerita kesiapa siapa kalau gua sebenarnya sakit.."

Bryan mengangguk."Tenang aja."

"Gua cuma gak mau telihat lemah."

"Ia sekarang tidur dan jangan banyak pikiran," ucap Bryan dan Reyhan memejamkan matanya.

Bryan berjalan kearah balkon kamar Reyhan, ia merenungkan kondisi Reyhan. Ia paham betul bagaimana jahatnya penyakit itu.

"Jangan Ya Allah jangan," pintanya.

Bukan Bryan jika tak pura pura kuat, dia adalah seorang kakak yang harus menguatkan adiknya. Ia hanya akan menangis jika ia sendiri dan selalu menjadi penopang dikala adiknya sedih.

Bryan mengadahkan kepalanya."YaAllah, jangan ambil dia, keluarga saya tidak akan sanggup jika dia pergi." Dan meneteslah air matanya.

Bryan menghapus air mata itu kasar,ia laki laki ia anak pertama dan ia gak boleh menangis, kedua adiknya ya ia harus kuat dari kedua adiknya juga orang tuanya.

Bryan keluar dari kamar Bryan dan mendapatkan Cio yang murung ditempat mainnya sendiri.

Bryan tersenyum miris melihat adiknya, ia tak tega melihat adiknya. Bryan menghampiri dan duduk didekat Cio.

"Io kenapa?" tanya Bryan.

Cio menoleh dan air matanya mengalir begitu saja membuat Bryan reflek mengendong dan menenangkan.

REYHAN || ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora