Ep. 4🎋 (1/3)

1K 91 6
                                    

Aku bisa katakan jika dalam beberapa hari kedepan, jadwal kami ber-empat akan semakin padat karena banyak hal yang harus kami persiapkan sebelum hari H pementasan. Kami hanya punya waktu beberapa hari untuk mempersiapkan itu semua jadi kesehatan yang prima sangat dibutuhkan.

Kami ber-empat saling menjaga pola makan dan pola tidur untuk menjaga kesehatan agar tetap stabil karena kemungkinan besar kami akan selalu pulang sore seperti kemarin.

Kemarin saat kami sampai di condo, aku langsung mengganti bajuku dan tidur. Itu terasa sangat nikmat setelah setengah hari penuh berkerja untuk dekorasi panggung.

Hari ini aku dan Khao harus mengambil beberapa kelas terlebih dahulu sebelum bisa kembali membantu di klub. Kami memasuki kelas dan duduk seperti biasanya. Hari ini ada mata kuliah wajib jadi kami tidak diperbolehkan membolos atau kami harus mengulang semester depan. Mata kuliah ini aku rasa cukup mudah karena aku tidak memiliki kesulitan dalam mempelajarinya.

Kelas itu selesai dalam 45 menit. Sang dosen keluar dari ruangan dan disusul oleh anak kuliahan satu persatu juga mengambil tas mereka dan segera pergi dari kelas.

"Khao, kamu sudah menghubungi Win dan P'First untuk kumpul hari ini ?"

"Sudah, P'First berkata jika dia akan segera kesana setelah beberapa kelasnya selesai. Kalau Win, dia juga akan segera kesana setelah ujian prakteknya."

"Eum begitu, kalau begitu kamu mau ke kantin dulu ga ?."

"Boleh, aku lumayan lapar."

"oke, pai"

Aku mengambil tasku yang aku letakkan di bawah kursi dan mengangkatnya diatas bahuku kemudian aku mengangkat pantatku untuk segera berjalan ke kantin kampus yang dekat dengan fakultas kami.

"Kamu mau makan berat atau makan snack ?."

"Makan berat, kita nanti akan pulang sore jadi harus makan dulu"

"Lalu bagaimana dengan P'First dan Win ?. Mereka juga belum makan kan ?."

"Iya juga ya, kalau gitu kita bungkusin makanan aja gimana ?"

"Ide bagus, ayo ke kantin"

"Okee"

Kami berdua keluar dari ruangan yang sudah sepi dan berjalan menuju kantin untuk membeli beberapa makanan sebelum kita harus berkerja sampai sore nanti.

*skip scene kantin

Kami membawa dua bungkusan makanan lezat dari dalam kantin dan berjalan menuju ruangan klub yang berjarak beberapa meter dan sampailah kita disana. Oh malangnya kakiku karena aku harus berjalan beberapa meter. Begitu melelahkan. Andai saja aku adalah Metawin maka akan aku bangun jalur khusus untukku. Sayangnya bukan jadi tidak bisa.

Aku meletakkan bungkusan makananku di samping tas dan langsung membantu teman-temanku yang juga sepertinya baru saja datang kesini.

"Hei, N'Mua. Dimana P'Sing dan P'Krist ?. Tumben mereka belum datang kesini ?."

"Ohh, mereka harus menyusun proposal dulu P'Mix, agar kita mendapat dana tambahan dan persetujuan"

"Ahh, oke, khob jae na Nong."

"Khab Phi"

N'Mua kembali berkerja. Begitu juga aku. Aku membereskan beberapa detail kecil yang kemarin belum sempat aku perhatikan karena kepalaku kejatuhan rantai dekorasi. Ketika aku mengingatnya, rasa sakitnya mulai terasa lagi hahaha.

Win dan P'First pun akhirnya datang dan aku langsung mengatakan kepada mereka tentang bungkusan makanannya.

"Win, P'First. Aku dan Khao baru saja datang dari kantin dan membawakan kalian makanan berat. Makanlah sebelum menjadi dingin"

"Dimana makanannya ?"

"Di samping tasku, Win"

"Okee, khob jae naa Mix"

"Eum, khob jae naa nong Mix"

"Khabb.."

Win dan P'First duduk di bangku penonton dan mulai menyuapkan makanan itu perlahan ke mulut mereka. Ekspresi mereka terlihat sangat menikmati makanan itu. Terutama Win, dia sangat lahap sekali saat memakannya. Aku jadi kasihan dengan dia. Menjadi mahasiswa fakultas kedokteran tidaklah mudah. Banyak yang harus diingat, dipraktekkan, hafalan teori, ini itu bla-bla-bla

aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, selama ini Win sangat teguh dalam belajar ilmu kedokteran. Dia menghabiskan banyak waktu untuk belajar karena ia ingin membuktikan kepada orang tuanya jika dia bukan anak yang manja. Teman-temanku selalu membuatku takjub.

Aku kembali melanjutkan mendekorasi. Ada beberapa detail yang cukup sulit untuk dijangkau karena yaa..
tubuhku lumayan pendek..

sampai aku harus berjinjit untuk melepas plaster yang melekat pada salah satu ranting dekorasi. Plaster itu berada di sisi yang salah jadi harus dilepas. Tapi aku tidak sampai karena terlalu pendek.

Jadi aku minta tolong saja kepada Khao. Tapi aku lupa, kami berdua sama-sama pendek jadi apa aku harus menggendongnya di pahuku seperti kurcaci tumpuk 2 ?. Tidak kan.

Aku ingin meminta tolong kepada P'First tapi ia sedang menikmati makanannya. Huft, aku rasa aku akan mencobanya dengan kemampuanku sampai akhirnya..

Hap..

Ada seseorang yang menempelkan dada bidangnya di punggungku. Dia berada tepat di belakangku sambil mendorong tubuhnya kedepan dan mengambil plaster yang aku maksud.

Aku langsung berbalik badan dan melihat siapa orang yang berani melakukan itu kepadaku dan ternyata..
ya kalian sudah tau...

P'Earth..

Wajah kami saling memandang dan hanya berjarak 5 cm, bahkan kurang. Aku memandang wajahnya dengan begitu dekat. Terlihat puluhan kali lebih tampan dengan jarak ini. Kami saling kontak mata dan terdiam sejenak.

Beberapa saat aku merasa tubuhku tidak bisa digerakkan. Bagian kakiku seperti bergetar dan jantungku berdegup jauh lebih kencang dari biasanya. Mulutku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Wajah kami TERLALU DEKAT.

aku sampai bisa mendengarnya bernafas. Kedua tangannya yang berotot itu berada di samping kepalaku seperti posisi orang sedang mengunci badan pasangannya di dinding.

"H-hei" -Aku mencoba menegurnya.

"Maaf, aku hanya mencoba membantu"

"T-tapi tidak perlu se-dekat ini" -Ucapku sambil mendorong sedikit tubuh P'Earth ke belakang. Sial, dada nya membuatku menelan saliva selama beberapa mili sekon.

P'Earth malah memasang smirk dan mengundurkan tubuhnya begitu saja kemudian pergi menemui produser. Aku tidak tau alasannya apa tapi wajah P'First, Win dan Khao sangat terkejut setelah melihat P'Earth melakukan hal itu.

Tapi mereka segera mengalihkan perhatian agar tidak melihat ke arahku. Sejujurnya aku tidak mengerti tentang konflik yang terjadi di hatiku saat ini. Aku bimbang dan bingung tentang apa yang aku pilih. Aku tidak mungkin meletakkan perasaan kepada orang yang sudah sangat jelas keburukannya seperti apa. Tapi aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri tentang perasaan yang aku rasakan.

Saat kami bertatapan tadi, aku merasakan ada hal baru yang berubah pada diriku. Aku tidak mau mengakuinya terlebih dahulu, aku yakin ini hanya terpengaruh oleh suasana yang baru saja terjadi. Aku harus mencari kebenaran tentang perasaan ini. Aku tidak ingin kecewa ...

To be continued..
Jangan lupa buat spam comment dan vote ya , author akan bales satu-satu oke..
Happy reading and peace out :)

Love Mechanics : Why It Must Be Love To Hate ? || EarthMix [FR]Where stories live. Discover now