22. Iri Bilang Bos!

1.2K 95 1
                                    

°
°
°
°
°°°°

Happy reading!

🍄


Pagi pagi sekali bosnya menggedor pintu kamarnya dengan tidak berakhlak. Elsa yang masih mengantuk pun lantas membukakan pintunya, padahal ketika di tanya apakah ada yang penting. Bosnya hanya berkata 'tolong bersihkan kamar saya. Sungguh sungguh membuat mental Elsa yang sekuat baja ini teruji.

Kini waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, bosnya sudah pergi setelah menguji kesabaran Elsa di pagi pagi buta. Ia berjalan keluar kamar dengan stelan daster biru muda bergambar kartun yang mempunyai begitu banyak alat alat ajaib, iya Doraemon.

Hari ini ia memang ekslusif akan memasuki kamar bosnya yang hampir tak pernah ia sentuh. Pernah dulu sekali, baru memegang knop pintu sialnya bosnya menciduknya dan berakhir dengan hukuman sebagai asisten pribadi seharian. Membuat Elsa lelah karena tenaganya yang di kuras habis hari itu juga.

Yang tentu saja membuat Elsa kapok dan tidak lagi lagi mendekat ke kamar bosnya, namun entah ada setan yang menempel dari mana. Setelah kemarin mengatakan suka' padanya, hari ini Regan bahkan mengijinkannya untuk membersihkan kamar pria kolot itu.

Dengan sandal jepit dan rambut panjangnya yang ia ikat asal, Elsa berjalan menaiki tangga menuju ruangan yang resmi akan ia masuki hari ini. Dengan ijin bosnya pula.

Elsa tersenyum, ia sudah sangat penasaran sekali ada apa di dalam kamar bosnya itu hingga ia pun tak boleh memasukinya.

"Huhu.. kok degdegan ya." Gumam Elsa seraya menarik nafasnya. Ia mulai memegang kenop pintu lalu menutup matanya.

Cklek'

"Ya Tuhan.. semoga nggak ada yang aneh aneh.." gumamnya dengan mata yang masih memejam. Perlahan Elsa melangkahkan langkah pertamanya masuk ke dalam ruangan.

"Yok bisa yok!" Semangatnya sembari mengirup udara.

"Satu.. dua.. ti–"

"ASTAGA!" Pekik Elsa begitu keras bahkan mungkin terdengar hingga ke luar rumah.

Ia berdiri di ambang pintu dengan mulut menganga dan mata yang masih tak berkedip.

Elsa mengerjap beberapa kali ia masih syok dengan pemandangan di depannya.
Bahkan tak percaya jika yang ia masuki adalah kamar seorang Regan yang terkenal dingin dan tegas pada siapapun.

"Ya Tuhan.. apa dosa hambamu hingga engkau memberiku majikan seperti si kolot Regan.." lirih Elsa mendramatisir, ia menjadikan lututnya sebagai tumpuan di lantai lalu menunduk dan mengangkat tangannya berdoa persis seperti di sinetron sinetron yang selalu ia tonton.

Bayangkan saja, bagaimana Elsa tidak syok jika kamar Regan bukan bagai kapal pecah namun bagai tempat terakhir pembuangan sampah.  Begitu acak acakan dan tidak teratur, bahkan kertas kertas berserakan di lantai. Baju dan celana yang menjuwel di kasur, handuk basah yang menyampai di pinggir ranjang dan astaga.. bagaimana Elsa bisa membereskan semua ini hanya dalam waktu sehari?

"Salah emang gue suka sama makhluk macem Regan. Tau gini males banget, kalo aja nggak ganteng pasti mana mau mbak Laura sama dia." Gerutu Elsa di tengah membangkitkan tubuhnya setelah tadi berakting.

"Mau mulai dari mana coba?" Elsa berjalan semakin masuk, ia melihat-lihat beberapa kertas yang ada di meja "perasaan pak kolot wangi dah. Ngapa kamarnya kek tempat pembuangan gini." Herannya seraya terus berjalan.

IRI BILANG BOS! (End)Where stories live. Discover now