4. Iri Bilang Bos!

2.2K 170 7
                                    





Setelah kejadian mendadak semalam, Elsa kini dilanda ngantuk berat akibat begadang semalaman. Matanya entah kenapa sulit sekali terpejam, padahal yang dilakukannya hanya berguling kanan kiri di kasur sembari senyam-senyum sendiri tidak jelas.

Ya, dirinya memang segila itu. Efek tidak pernah melihat cowok ganteng, akibatnya memang bisa se-fatal itu untuk Elsa. Apalagi, om om tidak jelas itu duduk di depannya, dengan wajah tanpa ekspresi namun terlihat tegas. Rahang yang sempurna, hidung mancung, kulit putih.. beuh idaman Elsa sekali.

Tapi, entah kenapa dirinya menjadi aneh. Padahal saat sekolah dulu Elsa sering di ajak pacaran oleh remaja seusianya, bahkan yang paling menempel di kepalanya adalah momen dimana ia di tembak oleh sang kapten futsal sekolahnya, namun semuanya selalu sia-sia karena dipastikan Elsa akan selalu menolak.

Entah kenapa juga, dulu para remaja itu bodoh sekali. Bisa bisanya mengajak Elsa berpacaran, padahal setahunya dulu ia bukanlah murid famous dan cantik. Elsa hanya gadis sederhana, yang sekolah dengan beasiswa. Bahkan, pendaftarannya pun tanpa kartu keluarga dan tetekbengeknya. Ia hanya beruntung karena An dan orangtuanya ada saat itu, hingga membantunya masuk sekolah tanpa persyaratan. Kecuali ijazah sekolah dasarnya, dan beruntungnya karena Elsa memiliki otak sedikit di atas rata-rata.

Jika di pikir pikir, entah kenapa juga ia bisa masuk sekolah dasar. Padahal jelas jelas Elsa tidak memiliki asal-usul yang jelas, ia hanya ingat dirinya di pinggir jalan lalu seorang wanita tersenyum padanya, mengajaknya pulang ke rumah yang entah ia tidak tau rumah siapa, lalu selanjutnya ia di sekolahkan dan di titipkan di panti asuhan. Sesederhana itu memang kehidupannya.

"AAAAAAAA....." Elsa mengacak rambutnya frustasi, dirinya ingin sekali tidur dan memejamkan mata. Namun selalu sia-sia karena sesaat setelah memejamkan matanya, wajah om om itu akan muncul di kepalanya.

"Ya tuhan, jangan siksa Elsa dong." Ia kembali memejamkan matanya, sedetik kemudian wajah om om itu muncul lagi membuat Elsa berteriak frustasi untuk yang kesekian kalinya.

"Dasar om om gila, gantengnya nggak bisa di kurangin dikit apa. Gue susah tidur.. huaaaa..." Kakinya ia hentak-hentakan ke kasur, sembari terus berusaha memejamkan matanya.

"Argh.., kayaknya Elsa kudu samperin itu om om." Ucapnya seraya bangkit dari tempat tidurnya.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Elsa memutuskan menyesap kopi yang ia seduh. Lumayan pemberian ibu kos karena katanya ia mengadakan acara untuk memperingati seratus hari kepergian sang ibu. Mungkin semacam mengirim do'a dan lainnya, yang Elsa tidak tau. Ia bahkan heran, kenapa harus kopi? Ya meski bukan hanya kopi sih, ada juga beberapa kue dan mie instan.

Sudahlah, tinggalkan ketidakjelasan ibu kos dan segala pemikiran Elsa.

Kini, Elsa sudah berada di luar kosannya. Hendak pergi ke rumah om om galak itu, meski ia tidak tau akan di terima dengan baik atau tidak. Niatnya hari ini ia juga akan kembali mencari pekerjaan.

"Siang Neng..." Sapa bi Arum, istri mang Ucup tukang mie ayam.

"Masih pagi bi.., ini baru jam sembilan." Kekeh Elsa, ia hanya sering bercanda dengan istri tukang mie ini.

"Halah si Eneng." BI Arum terkekeh pelan, "mau kemana atuh? cari kerja lagi?" Tanyanya.

"Iya Bi, masih belom dapet nih. Doain ya Bi, semoga Elsa dapet kerjaan."

"Siap Neng!, asal jangan lupa kalo gajian hahaha...."

Elsa mencebik, namun tak urung ia juga tertawa. "Itu mah gampang, sekalian ajak ibu ibu yang lain juga hehehe..."

IRI BILANG BOS! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang