66. Semuanya Aja Dibuang!

Start from the beginning
                                    

"Mas mau?" Kanaya menyodorkan satu buah permen pada Aarav.

"Aaa..." Aarav membuka mulutnya dan masuklah permen coklat itu ke dalam mulutnya.

"Enak kan?" Tanya Kanaya yang hanya mendapat anggukan dari lelaki di sampingnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 23 menit, akhirnya Aarav dan Kanaya sampai di rumah sakit.

"Udah di tunggu Tata di ruangannya, kita langsung ke sana" Aarav menggandeng tangan Kanaya, membawa istrinya itu naik lift menuju lantai 4 dimana departemen obstetri dan ginekologi berada.

"Silakan masuk pak, bu..." Seorang perawat muda mempersilakan Aarav dan Kanaya masuk ke dalam ruangan bertuliskan dr. Calista Putri, Sp.OG, M.Kes dengan ramah.

"Selama sore ibu dokter" Sapa Kanaya senang begitu sosok Tata terlihat oleh indra penglihatannya.

"Ah udah datang ternyata, ayo duduk sini"

Aarav dan Kanaya kompak duduk tepat di hadapan Tata.

"Kamu ada keluhan nggak selama hamil ini?" Tanya Tata memulai sesi pemeriksaan nya.

"Kalau Naya sih enggak, cuman yang setiap pagi mual mual itu mas Aarav"

"Oalah yang morning sickness itu malah Sakya toh"

"Bisa ya mbak kaya gitu? Yang mual mual suaminya?"

"Bisa kok. Bisa banget, pasien yang lain juga ada yang gitu. Tapi ya perbandingannya 1:10 sih"

Kanaya mengangguk paham.

"Nggak ada keluhan lain?"

Kini Kanaya menggeleng.

"Langsung USG ya?"

Kanaya beranjak dari duduknya menuju brankar yang tersedia di sana.

Perempuan itu kemudian merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

Sementara Tata mulai mengoleskan gel pada perut rata Kanaya.

"Umur bayi nya udah 3 minggu" Jelas Tata sambil menatap layar monitor di depannya.

"Masih belum kebentuk sempurna, tapi yang gumpalan ini bayi nya" Tata menunjuk salah satu titik yang menjadi titik fokus mereka.

Kanaya menahan tawanya saat melihat ekspresi Aarav.

Ekspresi suaminya itu benar benar lucu, sangat sangat lucu.

Ada ekskresi haru, bahagia, kaget, cengo, bingung, khawatir pokoknya semua bercampur menjadi satu sehingga wajah tampan lelaki itu terlihat sangat menggemaskan.

"Mas?"

Hingga panggilan ketiga Aarav baru tersadar.

"Ha?" Tanya Aarav polos membuat Kanaya, Tata dan seorang perawat yang ada di sana kompak terkekeh.

"Sadar kamu tuh Sakya, malu itu sama perawat nya!" Tata menyenggol lengan Aarav pelan.

Bukanya merasa malu Aarav justru menundukkan kepalanya dan mencium wajah Kanaya, mulai dari kening, pipi, hidung hingga bibir pun tidak Aarav lewatkan.

"Hush nggak boleh mesum di sini!"

"Maaf ya, sepupu saya emang gitu anak nya" Tata berujar pada perawat nya.

"Nggak papa dok, saya udah biasa lihat ke-uwu-an calon ayah dan ibu" Balasnya sambil tersenyum.

Kanaya yang wajahnya sudah kelewat merah itupun hanya bisa menatap Aarav penuh permusuhan.

Sementara yang di tatap justru mengangkat bahu acuh.

Setelah selesai dengan pemeriksaan USG, Kanaya dan Aarav kembali duduk di kursi yang tadi mereka tempati.

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Where stories live. Discover now