49. 3 Hari Masa Berduka

41.2K 2.9K 73
                                    

HAPPY READING 💙•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING 💙


#DayOne

"APA?!!!" Pekikan keras itu terdengar di tengah keramaian kantin yang sedang di penuhi oleh mahasiswa yang sedang kelaparan.

Kanaya menghela nafas berat.

"Gue keguguran" Jelas Kanaya lagi, pelan namun sangat sulit untuk mengatakannya.

Untuk sepersekian detik Dita, Arin, Tama dan Tito terdiam kaku, keempat orang itu kemudian saling menatap satu sama lain.

Setelah puas beradu pandang, ke empat manusia itu kompak menatap Kanaya yang sudah menundukkan kepalanya.

Bahkan lidah mereka terlalu kelu hanya untuk mengatakan sepatah kata saja.

Ini terlalu mengejutkan bagi mereka.

Sangat sangat mengejutkan.

"Nay..." Panggil Arin akhirnya.

Kanaya mendongak dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Gue udah nggak mau nangis lagi, tapi hiks---" Arin dan Dita kompak berdiri kemudian duduk di kedua sisi tubuh Kanaya.

Kedua gadis itu kemudian memeluk Kanaya dari samping.

"Dia pergi, bahkan gue belum tau kalau dia itu ada"

"Sakit banget hiks, gue nggak kuat" Arin dan Dita kompak mengeratkan pelukannya, bahkan mereka sudah ikut meneteskan air matanya.

"Lo kuat. Lo nggak sendirian, ada kita" Ucap Dita.

"Tebakan gue bener" Gumam Tito pelan.

Lelaki itu kemudian mengalihkan pandangannya dari Kanaya.

Sejak SMP ia mengenal seorang Kanaya, baru kali ini ia melihat perempuan itu menangis dengan sangat rapuh.

Selama itu pula, ia baru melihat Kanaya menangis sebanyak 8 kali di tambah sekarang menjadi 9 kali.

Dan tangisan Kanaya kali ini bukan tangisan seorang murid yang menangis karena di marahi guru BK lagi, namun tangisan Kanaya kali ini adalah tangisan seorang ibu yang kehilangan bayi nya.

"Lo jangan nangis ogeb!" Tama menyenggol lengan Tito pelan.

"Enggak anjir, mata gue pedes nih kena kuah bakso" Tito mengedip ngedipkan matanya yang memerah.

"Nay" Panggil Tama pelan.

Kanaya mendongak menatap Tama masih dengan air mata nya.

"Gue emang nggak bisa berbuat apa apa, gue tau lo sedih, dan itu wajar gue pun maklum...."

"Tapi satu yang mau gue bilang jangan terlalu terpuruk, gue yakin dengan kejadian ini pasti di masa depan kelak akan ada gantinya yang tentunya lebih dari apa yang hilang dari lo sekarang"

𝙱𝙾𝙳𝙰𝙲𝙸𝙾𝚄𝚂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang