Kenzo tersenyum saat mengingat kemarin ketika ia mengantarkan Rindu pulang untuk kedua kalinya. Ia bertanya mengapa alamat rumahnya berbeda dengan alamat rumah yang kemarin. Dengan enteng Rindu menjawab bahwa gadis itu tidak bisa percaya begitu saja pada orang yang baru saja ia kenal.

"Rin?"

Rindu menoleh menatap Kenzo yang tampak fokus mengemudi. "Hm?"

"Gue boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Lo bisa ngelukis kan?"

"Dikit sih, kenapa?"

Kenzo menatap Rindu dan tersenyum ia semakin kagum pada gadis disampingnya. "Gue minta tolong bikinin lukisan sketsa wajah bisa?"

"Bisa sih, tapi belum tentu hasilnya bagus gimana?"

"Off course, gue butuh banget soalnya buat kado seseorang."

"Pacar?"

"Bukan, dia lebih istimewa dari seorang pacar," ujar Kenzo lalu tersenyum penuh arti.

"Nyokap lo?"

"Genius!"Pekik Kenzo lalu mengacak pelan rambut Rindu.

Rindu terdiam beberapa saat, ia menatap Kenzo dengan jantung yang berdegub kencang. Lagi-lagi Kenzo membuatnya merasa de javu. Ia yakin seseorang juga pernah melakukan hal yang baru saja dilakukan oleh Kenzo kepadanya. Tapi ia tidak tahu siapa orang itu.

"Eh sori,"Kenzo refleks menjauhkan tangannya dari kepala Rindu.

"Iya nggak papa,"Rindu tersenyum kecut lalu memalingkan pandangannya.

Sementara Kenzo kembali fokus pada jalanan. Sesekali ia menepuk-nepuk setir mobil untuk menghilangkan kecanggungannya. Tak jauh berbeda dengam Kenzo, Rindu pun merasa canggung.

"Ekhm, jadi kapan lo mau ngelukis buat gue?"

"Emang lo butuhnya kapan?"

"Empat hari lagi, gimana kalo Minggu?"

"Boleh."

"Oke."

Kenzo menepikan mobilnya ketika telah sampai di depan rumah Rindu. Ia memperhatikan Rindu yang tampak kesulitan melepas sealbelt. Kenzo pun mengulurkan tangan untuk membantu Rindu melepaskan sealbelt. Gadis itu tersenyum kecil saat telah berhasil melepaskannya.

"Thanks  ya."

"Sama-sama."

Rindu mengernyitkan dahinya. "Lo nggak pulang?"

"Lo masuk dulu."

"Oke,"Rindu melambaikan tangannya sebelum berbalik badan lalu membuka pintu gerbang.

Kenzo terus memperhatikan Rindu hingga gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Senyum diwajahnya terus mengembang, perasaannya menghangat seiring dengan bayangan wajah Rindu yang memenuhi ruang imajinasinya.

***

Rindu mencoba untuk menggerakkan kakinya, sangat sulit ia tak bisa menggerakkannya. Bernapas pun rasanya sangat sulit padahal matanya telah terbuka walaupun terlihat buram. Ia melihat jari jemari tangannya yang mulai bisa digerakkan. Ia menolehkan kepalanya ke samping lalu berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya.

Rindu terbangun dari tidur malamnya. Deru napasnya memburu membuat dadanya naik turun tak beraturan, keringatpun mengucur deras di pelipisnya. Tak terasa pipinya ikut basah tergenang air mata bercampur dengan keringat yang mengucur deras dipelipisnya.

Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu membuatnya takut, bayangan wajah-wajah mereka memenuhi sisi kepalanya. Rindu mengubah posisinya menjadi duduk, tubuhnya sangat lemas dan napasnya belum juga teratur. Ia mengatur kembali napasnya dinyalakannya lampu kamarnya kemudian ia keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum.

Rindu mendudukkan dirinya di sofa panjang berwarna cokelat yang berada di ruang keluarga. Bayangan mimpi tadi masih terlintas di kepalanya dengan jelas. Ia mengusap wajahnya berkali-kali dengan frustasi. Lalu diteguknya kembali air minum tadi guna mengusir rasa takutnya.

"Belum tidur non?" Tanya Bu Jum yang muncul tiba-tiba dengan langkah tergopoh-gopoh.

Rindu menoleh dan mendapati wanita paruh baya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumahnya.  "Enggak bu, tadi haus jadi bangun."

"Oh, saya pikir tadi siapa yang nyalain lampu."

"Maaf ya bu ganggu."

"Enggak kok, non Rindu laper?"

"Nggak bu, bujum belum tidur?"

"Belum non, ya sudah saya permisi ya non."

Sepeninggalannya Bu Jum, pikiran Rindu kembali pada mimpinya tadi. Sesakit itu, ia berusaha menahan tangisnya. Rasa bersalah, menyesal dan rindu, selalu membayanginya. Jika mampu, ia akan memutar waktu. Ia ingin kembali pada masa itu, masa dimana ia bisa tertawa lepas. Rindu membuang napas dengan kasar, ia selalu mengharapkan 'seandainya'. Namun sebagai manusia, ia bisa apa?

***

ANYEONG! sebenarnya Rindu kenapa ya? Kok mimpi buruk gitu?

Pernah ngalamin gk hal yg sama gk kyk Rindu? Tidur trs kyk gk bisa bangun gitu? Btw aku sering gitu juga😂😂😂

Mohon maaf lahir dan batin ya...
Kalo ada yg kelebihan thr boleh ditransfer ke aku😉

Jgn lupa vote & comment🔫

Pesawat Kertas Where stories live. Discover now