Bagian 30 | KKPK 🦋

83 36 46
                                    

Alam berjalan pelan menuju taman sekolah untuk menemui seseorang yang katanya sudah berada di sana. Dia melewati koridor dengan raut wajah tak seperti biasanya, meskipun begitu, bisik-bisik beberapa siswi yang memuji ketampanannya terus terdengar di telinga.

Hanya saja, kalau biasanya lelaki itu dengan riang menanggapi, kali ini tidak. Bibirnya terkatup rapat dengan arah pandang yang fokus pada jalan, benar-benar the real buaya insyaf.

Alam menghentikan langkah, mengedarkan pandangannya sejenak ke setiap sudut taman. Bukan untuk mencari orang yang ingin dia temui, sebab orang itu telah duduk dengan anteng di bawah pohon rindang sana. Alam hanya ... tengah menyiapkan kekuatan hatinya. Itu saja.

Dia menghela napas kasar, lantas kembali melangkah hingga sekarang berdiri tepat di hadapan orang itu.

Gladis yang sedang asyik memainkan ponsel, menghentikan aktivitasnya, dia mendongak sambil tersenyum anggun. Ya, Gladis.

"Duduk, Kak," titah Gladis sembari menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

"Lo aja yang berdiri."

Jawaban Alam membuat kening Gladis mengerut bingung. "Lo?" ulangnya.

Alam mengangguk. "Iya, elo," jelas Alam singkat.

Gladis bangkit, menatap Alam tak mengerti.

Alam memandang Gladis dari bawah hingga atas, mengintimidasi gadis itu dengan tatapan menilai. Helaan napas gusar kembali terdengar, Alam memejamkan matanya sesaat, masih belum menyangka bahwa pujaan hatinya sedari dulu bisa melakukan hal sekeji itu.

"Ada apa, sih, Kak?" tanya Gladis heran.

"Putus, Dis." Alam menjawab. "Gue mau kita putus."

Gladis melongo, masih belum bisa menangkap maksudnya. "Hah? Apa-apa?"

“Gue mau kita putus, Gladis.” Alam kembali mengulang keputusannya dengan suara yang sedikit pelan.

Gladis terkekeh. "Kamu nge-prank aku, ya? Nggak lucu, ah."

Alam menggeleng. "Gue serius."

Gladis terdiam, nada suara Alam tidak seperti biasanya. Apa ... Alam benar-benar serius dengan perkataannya?

"Kamu ... nggak bercanda?"

"Gue serius, Gladis," ulang Alam.

Gladis mengulum bibirnya ke dalam. "Ap--apa? K--kamu serius? Tiba-tiba gini, Kak?" ucap Gladis tak percaya.

"Kak Alam minta putus setelah aku udah kasih kesempatan ini buat Kakak?" tanyanya lagi.

Alam tersenyum kecut. "Lo bukan kasih gue kesempatan, Dis, lo cuman nggak rela kalo Yura lebih deket sama gue," papar Alam miris.

"Ohhh, jadi ini karena cewek itu?" Gladis terkekeh. "Kakak mutusin aku cuma buat cewek rendahan kayak dia?"

Alis Alam bertaut. "Rendahan lo bilang?"

Gladis mengangguk mantap. "Iya, rendahan. Satu sekolah juga udah tau kok kalo dia jal-"

"Jaga ucapan lo," ucap Alam dingin namun penuh penekanan. Matanya menatap Gladis tidak suka, terpancar jelas dari raut wajah itu.

Senyum miring muncul di pahatan wajah cantik milik Gladis, hal itu membuat Alam sedikit terkejut. Gladis saat ini benar-benar berbeda sekali dengan yang dia kenal.

"Nggak Rayan, nggak kamu, semuanya belain dia. Sebenernya, apa sih kelebihan dia? Apa yang dia punya sampe kamu dan Rayan sebegitu sayangnya sama dia, hah?!" Nada suara Gladis meninggi.

Kupu-kupu & Pelepasan Kesedihan [END]Where stories live. Discover now