Bagian 18 | KKPK🦋

154 135 61
                                    

Warning:
Buat part ini, banyak kata-kata kasarnya. Mon maap fren, soalnya setau aku biasanya cowo-cowo kl lgi pada ngumpul suka absen nama hewan di kebun binatang:)

Ya, intinya jgn dicontoh ok. Ambil yang baiknya aja, buruknya dibuang jauh-jauh kayak kenangan sm mantan wkw. Dah, happy reading fren 💙

━✿✿✿✿✿✿━

"Pencet X bege," beo Alam terdengar gregetan menonton permainan Farhan yang dianggapnya benar-benar tidak becus. "Yah ... si tulul!" umpat Alam kembali bersuara dengan mata yang masih fokus menatap benda persegi panjang di hadapannya.

"Itu lo oper bolanya bego!" Suara Alam terus mengusir sunyi kamarnya sendiri, ditemani suara-suara lainnya seperti kentut Farhan yang menjadi salah satunya sekarang.

"Maap kelepasan," celetuk Farhan. Tangannya masih asyik bergelut dengan stik play station yang tengah ditaklukkan olehnya.

"Anjing!" Adit menendang Farhan yang kebetulan duduk di dekat kakinya. "Bau telur busuk, ih!" keluh Adit sambil menutup hidungnya dengan baju.

"Han, lo makan sampah apa gimana sih? Bau banget babi!" Alam ikut berkomentar. Mengambil buku yang tergeletak di depannya, lantas mengibaskan benda tersebut ke wajahnya untuk menghilangkan bau yang disebabkan oleh Farhan si kurang ajar.

"Nan, lo nggak mau ikut nyebut nama penghuni kebun binatang juga?" sindir Farhan dengan sinis.

Nan, yang sedari tadi hanya menyimak kegiatan teman-temannya, terkekeh geli melihat keributan yang terjadi tak jauh dari tempatnya rebahan. Dia mengubah posisi menjadi tengkurap, menemui wajah tampannya dengan isi buku yang tadi dia ambil dari perpustakaan pribadi milik Alam.

"Bang Alam, beli makanan gih. Kelaperan nih gue." Dengan jelas Nan mendengar suara Farhan yang menyuruh sang tuan rumah. Memang, Farhan benar-benar tamu yang tidak tau diri.

"Setan lo ya, Han. Nggak liat apa kamar gue udah kayak kapal pecah gini karena cemilan? Buta mata lo, hah?" sinis Alam sambil misuh-misuh.

Ya, kini keempat sejoli itu tengah bersantai ria di rumah Alam yang ingin menyaingi istana di film Disney ini. Berawal dari kegabutan Alam yang ditinggal seorang diri oleh kedua orangtuanya, berakhirlah dengan ketiga manusia yang Alam seret untuk menemani dirinya. Tidak ada drama penolakan atau semacamnya, karena diundang ke rumah Alam adalah suatu anugerah yang bodoh sekali kalau ditolak.

Suara nada dering dari ponsel Alam ikut berbaur dengan keramaian yang terjadi di sini, membuat Adit yang sedikit terganggu mengucapkan, "angkat tuh, Bang."

Alam nampak mengedarkan atensinya ke sekitar, mencari-cari benda pipih yang entah ada di mana sekarang.

"Nan, handphone gue ada di situ nggak?" tanya Alam.

Nan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Tangannya mengangkat selimut, bantal, dan apa saja yang kemungkinan menyembunyikan ponsel milik Alam.

"Nggak ada," ucap Nan setelah mengobrak-abrik kasur Alam.

"Gue lupa lagi naro di mana," ungkap Alam.

"Bang." Adit memanggil, melirik Alam untuk sesaat lantas kembali fokus pada layar TV. "Itu ada di tangan lo anjir," lanjut Adit tak habis pikir.

Alam menepuk keningnya, merasa bodoh sendiri. "Nggak berasa kalo megang hp," ucapnya disertai cengiran lebar.

Dia melampirkan benda pipih itu ke telinga. "Halo, Ra?" sapanya setelah melihat nama yang terpampang.

"Lam, loudspeaker, loudspeaker." Itu perintah dari seorang Nan yang kini bergerak macam cacing kepanasan di atas kasur.

Kupu-kupu & Pelepasan Kesedihan [END]Where stories live. Discover now