Bagian 29 | KKPK 🦋

75 40 29
                                    

“Udah damai?”

Yura dan Diva langsung menoleh ke arah Nan yang tengah menenteng dua kantong kresek di tangannya. Lelaki itu tersenyum lebar melihat dua sejoli yang sepertinya sudah menemukan titik terang.

“Beneran udah damai, kan?” ulang Nan ketika tak ada yang menjawab pertanyaannya.

Yura mengangguk singkat.

“Yaudah, berarti sekarang giliran makan. Kasian cewek gue abis kerja rodi.” Lelaki itu membuka pintu mobil, lantas menaruh kresek tersebut di dalam.

“Di deket jalanan tadi gue liat ada tukang ketoprak, mau nggak?” Nan bertanya.

“Lah? Terus tadi apaan yang lo bawa-bawa?” tanya Diva bingung.

“Aqua bekas,” jawab Nan ngasal.

“Nan, sejak kapan lo jadi pemulung?” Kini giliran Yura yang bersuara.

“Sejak bertekad mau nafkahin lo.” Nan terkekeh.

“Yeuuu! Bocah!” semprot Diva. “Yaudah, ayok makan. Kelaperan nih gue,” lanjutnya seraya bergegas memasuki mobil.

“Eeh, mau ngapain lo, Kak?” tahan Nan.

“Masuk mobil, lah!”

Nan berdecak, menatap gadis itu dengan malas. “Jalan kaki aja, deket sih.”

Diva melipat kedua tangannya di depan dada. “Ogah. Nanti gue berasa setan yang lagi ngawasin lo berdua pacaran tau nggak?”

“Kan emang iya,” sinis Yura.

“Syalan,” umpat Diva yang pada akhirnya ikut kedua pasangan itu berjalan kaki.

Memang, Diva itu labil. Suka lupa sama umur.

Hanya butuh beberapa menit saja, mereka bertiga telah sampai di penjual ketoprak tersebut. Yura melongo, menatap pemandangan di hadapannya, sedangkan Diva, hanya memasang wajah ketus. Memilih tidak berkomentar.

“Hai, Ra.”

Itu Alam, yang kini menyapanya dengan senyum lebar pun satu tangan yang melambai-lambai. Di sampingnya, Farhan dan Adit yang sebelumnya nampak seperti sedang memperebutkan kerupuk, ikut mendongak dan menyapa Yura.

“Ini gembel dari mana yang lo pungut, Nan?” hina Yura sinis, seraya berjalan menuju kursi plastik di dekat Diva.

Nan yang sedang memesan ketoprak menoleh, lantas terkekeh pelan sebagai balasan.

“Gembel-gembel, Mbahmu! Cogannya SMAWID nih gue!” sahut Alam sombong. “Cewek-cewek gue bisa ngamuk kalo sampe tau lo ngomong gitu, Ra. Pencemaran nama cogan tau?!” beo Alam seraya memakan kerupuk dengan raut wajah sok galak.

“Sumpah, gue nggak peduli, Lam.” Yura membalas. “Di mata gue, lo tetep aja buaya paras pantat ayam.”

Farhan tertawa geli mendengar penuturan itu, lantas berucap, “Yura kalo udah mode bawel, pedes juga ya bund mulutnya.”

Adit mengangguk setuju. “Tapi nggak papa, Ra. Bagus itu. Gue dukung lo, kok. Apalagi kalo yang dihina itu Bang Alam, ikhlas lahir batin gue,” papar Adit.

Mendengar hal itu, mata Alam membulat sempurna. “Lo berdua punya dendam kesumat sama gue ya ternyata?” tanya Alam ketus.

Farhan juga Adit mengangguk kompak, menimbulkan riuh tawa dari Yura juga Nan yang baru saja bergabung dan menempatkan diri di samping Yura. Diva yang tengah fokus pada ponselnya pun ikut tertawa, merasa senang ketika musuh bebuyutannya itu ternistakan.

Alam melipat kedua tangannya di depan dada, air mukanya nampak kesal.

“Marah kali ceritanya?” celetuk Nan sambil geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan tingkah laku seniornya.

Kupu-kupu & Pelepasan Kesedihan [END]Where stories live. Discover now