Bagian 27 | KKPK 🦋

85 51 48
                                    

“Siapa yang telpon?”

Alam mendongak setelah misuh-misuh ketika panggilannya diputuskan secara sepihak.

“Kak Diva.” Alam menjawab seraya meletakkan ponselnya di atas meja. Dia menyeret kursinya agar mendekat pada meja, lantas menyeruput minuman yang sudah dingin.

“K--kak Diva?” ulang Gladis.

Alam mengangguk.

“Ngapain dia nelpon kamu?” tanya Gladis.

“Nanya Yura.”

Kening Gladis mengernyit. “Kok nanyanya ke kamu?”

Kedua alis Alam terangkat tinggi, dia menatap Gladis sembari memasukkan daging steak yang telah dipotongnya ke dalam mulut.

“Yura kan sahabatku. Insomnia kamu?” Alam balik bertanya.

Gladis tersenyum manis. “Amnesia, Kak.”

“Ah, iya itu maksudnya.”

Gladis terkekeh sebagai respon. Setelahnya, hanya suara denting sendok yang menyentuh piring yang terdengar. Ya, tidak ada obrolan apa pun, keduanya sama-sama sibuk dengan makanannya masing-masing. Alam yang terkenal dengan kebacotannya, kini mendadak menjadi orang yang berbeda. Singkatnya, dia tengah menjaga image di depan sang pujaan.

Suara dering ponsel membuat kegiatan keduanya terhenti sesaat, teralih oleh getaran yang berasal dari ponsel Gladis.

Gladis bangkit, seraya berkata, “Aku angkat telpon dulu ya, Kak.” Gadis itu meminta izin, berjalan sedikit untuk menjauh.

Alam tersenyum, memilih mengiyakan.

Tak selang lama, Gladis kembali. Menyapa Alam lewat senyum cantiknya, dan kembali duduk untuk menyantap makanan yang belum kandas.

“Siapa yang telpon?” Alam berbasa-basi demi memecah hening.

“Kak Tari.”

Alis Alam bertaut. “Tari? Temen sekelasku?” tanya Alam memastikan.

Gladis mengangguk, mengiyakan.

“Kok bisa kenal?” tanya Alam penasaran.

“Satu eskul.”

“Udah lama kontekan?”

Lagi-lagi, Gladis mengangguk. “Dari awal aku masuk eskul, udah sering chat-an,” jawab Gladis.

“Haish. Jangan terlalu deket deh, ya. Aku nggak begitu suka sama geng-an dia itu. Julid banget. Apalagi sama Yura,” ucap Alam memperingati.

“Masa, sih? Sama aku dia baik, kok.”

Alam memutar bola matanya malas. “Jangan percaya. Dia itu muka dua.”

Gladis hanya manggut-manggut sok paham sebagai balasan.

“Dis,” panggil Alam.

Gladis mendongak, menjeda kegiatan makanannya sejenak. “Ya?” sahut Gladis.

Alam bergumam, masih menimbang-nimbang perkataan selanjutnya. “Aku ... boleh tanya?” tanyanya ragu.

Why not?” Gladis tersenyum.

“Mmm, kamu masih ada rasa sama Nan?”

Hening.

Gladis yang tengah menyeruput minumannya, seketika langsung terdiam. Terkejut.

“Kok, nanya gitu?” tanya Gladis.

Alam nyengir. “Kepo aku,” jawabnya.

“Kakak mau jawaban jujur, atau bohong?”

Kupu-kupu & Pelepasan Kesedihan [END]Where stories live. Discover now