Threety one

6.9K 509 6
                                    

.

.

.
Happy reading!
.

.

.






Bau obat obatan menyeruak masuk kedalam penciuman Jungwoo saat ia membuka matanya. Matanya masih membiasakan dengan cahaya, dapat ia lihat Taeyong dan Doyoung menatapnya dengan mata sembab.

"H-hyung...."lirih Jungwoo. Ia sadar, ia berada di rumah sakit dan kemungkinan besar kedua hyung nya itu tahu tentang kehamilan nya.

"Woo-ya, bagaimana apa masih ada yang sakit?" tanya Taeyong dengan suara serak.

"Sedikit pusing" jawab Jungwoo.

"Istirahatlah lagi Jungwoo-ya!" suruh Taeyong.

Jungwoo menggeleng, ia berusaha untuk duduk, Taeyong yang sadar membantu Jungwoo.

"Hyung...." Jungwoo ingin sekali menanyakan keadaan kedua bayinya, tapi ia ragu.

Taeyong yang paham, duduk di tepi ranjang Jungwoo lalu menggenggam tangan Jungwoo erat. Perasaan Jungwoo sudah tidak enak melihat apa yang Taeyong lakukan. Pikiran pikiran negatif mulai menghampiri nya.

"Hyung...." suara Jungwoo bergetar, ia memiliki firasat yang buruk akan kedua calon anaknya.

"Kandungan mu lemah Jungwoo-ya, tapi mereka baik baik saja" ucap Taeyong.

Jungwoo bernafas lega, tapi perasaan aneh itu masih ada.

"Tapi.....rahim mu tidak akan kuat untuk mu bertahan sampai melahirkan nanti, dan jika kau memaksa kau akan kehilangan nyawa mu Jungwoo-ya"

"Apa maksud hyung?" tanya Jungwoo yang kini meremas kecil perut nya, ia merasa seperti akan kehilangan mereka dan harus melindungi nya.

"Kau harus melakukan aborsi" jawab Taeyong, kali ini air mata Taeyong kembali tumpah. Ia sungguh sangat tidak tega mengatakan kata yang sungguh sangat kejam itu.

Jungwoo menggeleng keras, air matanya yang sejak tadi menggenang kini jatuh dengan deras.

Tidak, ia tidak mau melakukan itu, ia tidak mau jadi pembunuh, ia baru merasakan nya beberapa minggu, ia tidak mau.

"Jungwoo-ya" Taeyong mendekap Jungwoo yang menangis sama seperti nya.

"Hiks hyung, aku tidak mau aku tidak akan melakukan itu hiks sekalipun nyawa ku taruhannya hiks tidak mau"

"Kau harus Jungwoo-ya, kami tidak mau kehilangan mu, tolong mengertilah!"

Jungwoo dengan kasar melepaskan pelukannya pada Taeyong dan menatap tajam hyung nya itu.

"Aku tidak akan pernah melakukan itu hyung, jika aku harus mati maka biarkan aku mati dengan perasaan bahagia karena pernah memiliki mereka walaupun hanya sebentar, ibu mana yang tega membunuh anaknya sendiri demi nyawa nya, seharusnya seorang ibulah yang berkorban untuk anak anak mereka, dan aku akan berkorban untuk mereka, apapun yang terjadi!!!" ucap Jungwoo tegas sambil menatap Taeyong.

"Kau masih bisa hamil lagi Jungwoo-ya, lakukan itu demi kami, kami tidak mau kehilangan mu" bujuk Taeyong.

"AKU TIDAK AKAN MELAKUKAN NYA APA HYUNG TULI??? AKU HANYA INGIN BERKORBAN UNTUK KEDUA ANAK KU HYUNG!! TOLONG MENGERTI AKU!! HYUNG TIDAK MENGALAMI NYA HYUNG TIDAK AKAN TAHU RASANYA!!!" tanpa sadar ia membentak Taeyong, naluri keibuan nya mendominasi nya untuk melakukan itu.

Taeyong tersentak, ia teringat tentang anak nya yang harus pergi sebelum ia tahu kehadirannya, akibat kecerobohan nya.

"Kau bilang aku tidak bisa merasakan nya Jungwoo-ya?" tanya Taeyong menatap Jungwoo dengan pandangan kosong.

"AKU MERASAKAN NYA JUNGWOO-YA, AKU MERASAKAN NYA, BAHKAN AKU SUDAH KEHILANGAN NYA SEBELUM AKU TAHU KALAU DIA HADIR, AKU TAHU RASANYA AKU TAHU KARENA AKU SUDAH KEHILANGAN DIA, hiks...hiks aku bisa merasakannya Jungwoo-ya" Taeyong menangis.

Jaehyun dan Taeil yang ada di luar bergegas masuk setelah mendengar teriakkan Jungwoo dan Taeyong.

"Yong-ie...."panggil Jaehyun.

"Jae hiks aku pembunuh, hiks aku sudah membunuh anak ku dan sekarang aku meminta Jungwoo membunuh anaknya, hiks aku pembunuh" ucap Taeyong.

Jaehyun langsung memeluk orang yang ia cintai itu, ia merasakan betapa hancur nya Taeyong saat ini.

"Kau bukan pembunuh sayang, sudah berapa kali aku bilang, ikhlas kan dia, dia tidak suka melihat mamanya rapuh seperti ini, dia pasti ingin mamanya seperti dulu" ucap Jaehyun.

Taeyong semakin menangis di pelukan Jaehyun, sementara Doyoung mati matian menahan air matanya tapi sialnya tidak bisa. Ia memeluk Taeil di sampingnya, dan Taeil mengelus punggung Doyoung.

Jungwoo?, dia syok, Taeyong? Jaehyun?.

"Hyung....."lirih Jungwoo.

Jaehyun menatap Jungwoo, adik nya kelihatan sangat hancur.

"Jungwoo-ya,...." Jaehyun bingung, ia bingung harus berkata apa pada Jungwoo.

"Apa maksud Taeyong hyung?" tanya Jungwoo.

Jaehyun menceritakan semuanya pada Jungwoo. Jungwoo kembali menitikkan air mata, ia menatap Taeyong iba, Taeyong sama seperti nya, bedanya ia masih memiliki kedua anaknya. Namun entah nanti, karena hari esok tidak ada yang tahu.

"Taeyong hyung, mianhee" ucap Jungwoo.

Taeyong melepaskan pelukannya pada Jaehyun dan menatap Jungwoo, kemudian ia menggeleng.

"Kau tidak salah Jungwoo-ya, kau hanya mengikuti insting seorang ibu untuk melindungi anaknya jika dalam bahaya" ucap Taeyong .

"Hyung" Jungwoo menghambur ke pelukan Taeyong, dan Taeyong dengan senang hati membalasnya.

"Kalian tidak mengajak ku? kalian lupa aku disini?" tanya Doyoung dengan nada ketus tapi suaranya serak habis menangis.

Membuat Taeyong dan Jungwoo terkekeh lalu merentangkan tangan mereka. Doyoung tersenyum lalu mereka berpelukan bertiga. Taeil dan Jaehyun tak ketinggalan, mereka ikut memeluk ketiga uke tadi. Eh tiga?:).

"Jungwoo-ya, siapa ayah twins?" tanya Taeil.

Jungwoo terdiam, apa ia harus jujur kalau orang itu adalah Lucas?. Tapi setelah berpikir keras, ia menggeleng, ia tidak akan menyeret Lucas. Biarkan dia yang berkorban, bukankah dia sudah pernah bilang tadi:).

"Maksudnya?" Taeil bingung kenapa Jungwoo menggeleng.

"Kalau kalian ingin tahu, tunggu kedua anak ku lahir, karena mungkin mereka akan mirip sang ayah" jawab Jungwoo.

Keempat orang tadi langsung menatap Jungwoo dengan pandangan sulit di artikan.

"Kau mau..... bertahan?" tanya Doyoung.

Jungwoo mengangguk mantap, ia akan berjuang demi kedua anaknya. Ia berpikir, takdir dan kematian itu urusan tuhan, dan tidak ada yang tahu kapan itu terjadi. Manusia hanya bisa memprediksi, tapi tidak dengan menentukan, karena tuhan adalah segalanya.

"Tapi Jungwoo-ya...." Taeyong masih ingin membujuk Jungwoo.

Jungwoo tersenyum padanya.

"Kematian seseorang itu ada di tangan tuhan hyung, hyung percaya pada tuhan kan?" tanya Jungwoo.

Taeyong mengangguk.

"Kalau Taeyong hyung percaya, maka biarkan aku bertahan untuk mereka hyung!!" pinta Jungwoo.

Taeyong menatap mata Jungwoo, ia melihat banyak kesedihan di sana. Dengan lemah ia mengangguk, ia tidak tega, karena ia pernah mengalaminya.

Dan Jungwoo langsung memeluknya.











Tbc.

Really I Love U [END] Where stories live. Discover now