Four

9.3K 755 40
                                    

.

.

.
Happy reading!
.

.

.








Langit yang biasanya cerah kini berubah mendung, dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Dan benar saja, tak lama hujan turun dengan begitu deras di sertai angin kencang juga petir.

Jaemin, pemuda itu tampak sedikit ketakutan dengan keadaan sekarang. Dia mengeratkan selimut yang menyelimuti tubuhnya dari hawa dingin. Di sekelilingnya para member Dreams juga melakukan hal yang sama. Mereka berkumpul di ruang tamu karena sedang mati lampu, ini sudah sore dan sebentar lagi malam tapi malah mati lampu. Dan di sana hanya di terangi oleh 1 lilin yang menyala, dan masih ada 4 yang belum dinyalakan, hemat kata Jaemin.

"Ssshhtt dingin banget sih" gumam Jaemin.

Chenle yang duduk di samping Renjun langsung berpindah ke samping Jisung.

"Jiji, dingin pelukkk~!" pinta Chenle sedikit merengek.

Jisung langsung mendekap erat Chenle, dia juga kedinginan tapi dengan memeluk Chenle sedikit mengurangi rasa dingin nya.

Jaemin yang melihat itu sedikit iri, ia melirik Jeno yang berada di sampingnya. Berharap Jeno akan memeluk nya dan menenangkan nya seperti Jisung.
Tapi kenyataannya, Jeno malah memeluk Renjun yang kedinginan dan juga bergetar seperti nya takut akan petir, tanpa tahu kalau Jaemin juga takut akan petir. Bahkan wajah Jaemin sedikit pucat, di tambah pemandangan di depannya membuat suasana hatinya makin buruk. Dia sedikit tidak suka dengan apa yang Jeno lakukan pada Renjun.

"Mark hyung kapan lampunya nyala? ini udah gelap banget, udah jam 7 malem" tanya Jeno yang masih setia memeluk Renjun.

"Gak tahu, gw bukan tukang listrik" jawab Mark yang memeluk Haechan.

Jadi semua saling berpelukan kecuali Jaemin, dia juga dari tadi hanya menunduk. Lebih tepatnya menyembunyikan wajah pucat nya, dia juga lupa makan tadi karena terlalu sibuk.

"Telepon manager gih hyung, udah lama nih mati nya" suruh Jisung.

"Siapa yang mau nelpon? hp gw mati belum di cas lupa" tanya Mark.

"Pakek hp gw aja, lo yang telpon!" Haechan menyerahkan hp nya pada Mark.

Mark menerimanya dan segera menelpon sang manager, namun tidak sesuai ekspektasi hp sang manager tidak aktif.

"Ini terus gimana?" tanya Mark.

"Telpon Taeyong hyung" usul Chenle.

Mark mengangguk, mulai mencari nama kontak Taeyong di hp Haechan.

"Nama kontak nya apa Chan?" tanya Mark.

"Bunda Jung ada love nya" jawab Haechan.

Setelah menemukan nya, Mark menelpon Taeyong, tak lama telepon tersambung.

"Halo Chan ada apa?" sahut Taeyong di seberang sana.

"Ini Mark, hyung"

"Oh Mark ada apa? Kok pakek hp Haechan?" tanya Taeyong.

"Anu hyung, hp Mark mati lupa cas dan ini mati lampu, di sana kondisinya gimana hyung?"

"Oh gitu, di sini masih sama mati lampu, kata manager hyung tadi sampek besok pagi mati lampu nya"

"Sampek pagi?" kaget Mark.

"Iya, manager hyung ada di sini, hp nya mati kasus nya sama kek elo"

"Oh oke kalau gitu hyung, Mark tutup ya bye"

"Bye"

Mark mematikan sambungan telepon nya, dan saat selesai, semua menatap Mark dengan tatapan bertanya kecuali Jaemin.

"Mati lampu nya sampai pagi, dan manager hyung ada di dorm 127, hp nya mati karena lowbat" jelas Mark.

Yang lain mengangguk paham, kecuali Jaemin yang dari tadi masih betah menunduk. Mark jadi heran, tumben Jaemin diam dan menunduk.

"Jaemin, lo gak papa?" tanya Mark.

Jaemin tidak merespon, Jeno yang baru sadar kalau ada Jaemin langsung melepaskan pelukannya dari Renjun. Renjun sendiri sampai tersentak kecil karena kaget.

"Na, Nana" panggil Jeno.

Tetap tak ada respon dari Jaemin, membuat yang lain khawatir. Perlahan Jeno mengangkat wajah Jaemin, dan betapa terkejutnya ia melihat wajah Jaemin yang pucat dan dahinya panas.

"Astaga Jaemin!!" pekik Jeno lalu memeluk Jaemin.

"Hei Na, bangun!" Jeno berusaha membangunkan Jaemin yang ternyata pingsan.

"Ini gimana? badannya panas dan wajahnya pucat" ucap Jeno panik.

"Kok kita pada gak sadar sih sama Jaemin hyung" kata Jisung sedikit merasa bersalah.

"Kenapa gw lupa kalau Jaemin itu takut petir dan phobia gelap, brengsek lo Lee Jeno" batin Jeno.

Jeno lalu menggendong Jaemin menuju kamar mereka dan menidurkan Jaemin di kasur. Walaupun gelap, tapi dia tahu arah kamarnya. Lalu dia kembali keluar mengambil alat kompres, dan kembali lagi ke kamar untuk mengompres Jaemin.

"Maaf Naa...." ucap Jeno pelan lalu mencium kening Jaemin.

"Lo apa apaan Jeno" gumam Jeno setelah menyadari dia mencium kening Jaemin.

Untungnya para member lain tidak mengikutinya, dan masih berdiam di ruang tamu. Bukannya tidak peduli, tapi mereka takut, Jeno yang sebenarnya takut pun jadi tidak takut saking paniknya.

"Sebenarnya kenapa sih kok bisa mati lampu, mana sampai pagi lagi" gumam Jeno yang berbaring di samping Jaemin. Dia memeluk tubuh mungil Jaemin dengan erat, dia merasa bersalah karena melupakan Jaemin.

Sedangkan Jaemin sendiri belum bangun dari pingsan nya, mungkin sekarang dia sudah tidur dan bukan pingsan lagi. Jeno juga sudah mulai mengantuk, ia melihat jam dan ternyata sudah pukul 10 malam, padahal baru tadi ia melihat jam 7.

Karena mengantuk, Jeno akhirnya terlelap sambil memeluk Jaemin yang demam. Doakan saja semoga demam Jaemin tidak berpindah ke Jeno nantinya.





























Tbc.

Really I Love U [END] Where stories live. Discover now