Hari ini Gaffriel memintaku menemaninya mengambil baju Basket di rumah Malika, jangan tanya aku mengapa bisa ada dirumah Malika. Besok Gaffriel akan latihan basket untuk terakhir kalinya bersama teman kampus dan kemungkinan ada sparing juga dan Gaffriel memintaku menemaninya entah mengapa.

"Lo sama Malika baik-baik aja kan?" Tanyaku sekian lama ingin bertanya. "Baik, cuma lagi pengen sama lo aja," jelasnya membuatku mendelik.

"Nyusahin lo, sadar gak?"

"Lo juga, sama-sama nyusahin udah diem aja lah,"

Aku tertawa karna ada benarnya juga. "Lo tuh sebenarnya sayang gak sih sama Malika?"

"Belum tau," jawabnya cepat dan yakin.

"Idih, belum tau mulu udah berbulan-bulan juga."

"Biarin lah, daripada cepet-cepet malah kayak lo,"

"Monyet lo."

Ia terkekeh geli, membelokan setirnya memasuki area perumahan. "Wih, keren juga perumahan Malika,"

"Kalo Malika nembak lo terima gak?" Tanyaku setelah beberapa saat hening. Gaffriel tampak menghela, "Belum mikirin."

Kali ini aku yang menghela. Jujur aku tidak mengerti bagaimana pemikiran Gaffriel, apakah orang pintar pola pemikirannya berlikuk-likuk? Sebodoh itu kah aku?

Mobil Gaffriel berhenti di depan rumah berpagar hitam tinggi, "Tunggu." Pesannya lalu memasuki rumah Malika tanpa banyak pikir. Setelah kupikir lagi sepertinya Gaffriel sudah sering ke rumah Malika melihat dari cara Gaffriel memasuki rumah gadis itu.

"Hai Anna!"

Aku menoleh cepat setelah sekitar 10 menit beralalu Gaffriel belum saja memunculkan batang hidung, malah di seberangku ada Malika dengan tanktop abu-abu dilapisi cardigan hitam duduk di jok setir. "Gaffriel mana?" Tanyaku tanpa basa-basi.

Malika terkekeh, "Lagi ngobrol sama nyokap gue mau pamit. Kok lo ikut Gaff mulu?" Tanya Malika tanpa basa-basi juga. Itukah niatnya masuk mobil Gaffriel tiba-tiba? "Iya, kenapa?" Sahutku tak kalah menyebalkan.

"Gue mau ngobrol dong sama lo, nanti malem bisa gak jam tujuh-an?"

Aku menaut alis, ada acara apa ia mengajakku bertemu? "Ngobrol di chat aja," kataku.

"Gak ah, maunya ngomong langsung,"

"Kalo gue sibuk gimana?"

"Masa iya sibuk, lo sibuk apaan?"

Aku mendelik kesal dengan nada menjengkelkan itu. "Pengen tau banget, lo suka sama gue, ya?"

Malika tertawa disana, tawa sinis. "Pokoknya gue mau ada yang di obrolin, jam tujuh bisa gak? Di kafe deket Bar waktu itu,"

Lagi-lagi aku memilih untuk mengalah karna malas untuk menanggapi terlalu lama dengan gadis di seberangku. Akupun mengangguk jengkel, "Iya bisa,"

"Oke deh! Eh Gaff?" Bola mataku langsung melirik ke kaca setir benar saja sudah ada Gaffriel hendak masuk mobil, di belakangnya ada sosok wanita paruh baya memberi lambaian. "Ngapain?" Tanya Gaffriel ke Malika.

Metanoia Where stories live. Discover now