"Bodo amat." Ujar Rindu lalu mendaratkan pantatnya dikursi dan memasang earphone ke telinganya.

Mungkinkah benda-benda itu berasal dari Daniel? Tapi atas bukti apa untuk dapat percaya. Tidak mungkin juga cowok seperti Daniel menyukai cewek kaku seperti Rindu. Daniel bisa memilih siapa saja untuk menjadi pacarnya dengan hanya menunjuk tanpa harus meminta. Mungkin beberapa siswi akan sukarela menyerahkan hatinya untuk Daniel. Tapi jika bukan Daniel, lantas siapa pengirim benda-benda itu?

***

Bel istirahat pertama sudah berlangsung sepuluh menit yang lalu. Seluruh murid berbondong-bondong memadati kantin untuk menafkahi cacing yang ada diperut mereka. Di sisi lain kelas 11 ipa 1. Rindu gadis yang duduk dibangku pojok sambil mendengarkan musik. Dia tampak sangat tenang meskipun di kepalanya ada sebuah tanda tanya besar yang mengusik ketenangannya.

"Kalo pingin tau siapa gue, temui gue di taman belakang sekolah jam istirahat pertama inisial 'D'. " 

Kalimat itu terus saja berputar di kepalanya. Hingga membuat dirinya tidak fokus belajar. Jika di surat-surat sebelumnya ia merasa tidak peduli namun entah mengapa surat itu mampu menarik perhatiannya.

Rindu berdecak pelan lalu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju taman untuk menuntaskan rasa penasarannya. Setibanya disana Rindu langsung duduk dibangku taman yang cukup sepi sambil memejamkan matanya.

"Ekhm!" 

Rindu terlonjak kaget dan langsung membuka matanya. Di tatapnya cowok bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang itu sebentar lalu ia menetralkan kembali ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Boleh duduk nggak?" Tanya cowok itu dengan lembut.

"Hm."

Cowok itu pun langsung duduk disampingnya dan merangkul bahu Rindu secara sengaja. Hal itu tentu saja membuat Rindu menjauh dan melepaskan rangkulan tangan cowok itu. Namun cowok itu kembali merangkul Rindu dengan kuat. Rangkulan itu menjadi sebuah cengkeraman keras dan membuat Rindu meringis kesakitan.

Rindu merasa takut dengan ulah siswa yang duduk disampingnya. Ia takut siswa tersebut melakukan hal yang tidak-tidak. Walaupun masih dilingkungan sekolah, keadaan taman ini cukup sepi. Apalagi letaknya yang dibelakang sekolah, sudah dipastikan jarang dilewati. Dalam hati Rindu terus berdoa, semoga ada guru ataupun petugas kebersihan yang dapat menolongnya. Ia takut.

Daniel menajamkan matanya, melihat apa yang dilakukan oleh siswa yang duduk disamping Rindu. Ia tidak mengenal siapa siswa itu, tapi bagaimana bisa duduk disamping Rindu dan bersikap kurang ajar. Terlihat merangkul biasa, tapi raut ketakutan dari mata Rindu tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Dengan langkah lebar-lebar Daniel menghampiri Rindu. Ia langsung melayangkan pukulan pada siswa yang duduk disamping Rindu.

Bugh!

Satu pukulan melayang di pipi cowok itu hingga membuatnya terhuyung ke belakang. Rindu terlonjak kaget melihat kejadian di depannya itu.

"Tenang Rin," ujar Daniel lalu menarik tangan Rindu dan menyembunyikan Rindu di balik tubuhnya.

"Cih! Pahlawan kesialan!" Ujar cowok itu hendak melayangkan pukulan ke Daniel namun segera ditangkis oleh Daniel. Pukulan lain disusul dari tangan kekar Daniel wajahnya memerah mengisyaratkan kemarahannya.

"Niel udah!" ujar Rindu menahan lengan Daniel agar tidak lagi memukul cowok yang tadi.

"Pergi lo kalo masih pingin nafas!" Bisik Daniel tepat ditelinga cowok itu.

Cowok itu langsung melenggang pergi. Rindu menggiring Daniel ke uks untuk mengobati luka ditangan cowok itu tanpa meminta persetujuan cowok itu. Jujur ia ngeri melihat tangan Daniel yang berdarah karena memukuli cowok yang tadi. Namun Daniel malah tampak biasa saja tanpa mengeluh kesakitan.

"Niel lo nggak papa kan?" Ujar Rindu disela ia mengobati luka ditangan Daniel.

"Lo nggak papa?" Daniel balik bertanya pada gadis di depannya.

Gadis itu menggeleng cepat dan tersenyum. Daniel pun ikut tersenyum sambil menatap gadis itu. "Gue bakal bikin sejarah,"

"Maksud lo?"

"Iya ini untuk pertama kalinya seorang Rindu senyumin gue."

Seketika itu pipi Rindu terasa memanas namun ia kembali menetralkan ekspresinya. Dalam hatinya ia bertanya Daniel yang katanya berotak cerdas mengatakan hal seperti itu? Apakah cowok dihadapannya tidak tahu bahwa hantu yang menyeramkan pun bisa tertawa.

"Senyum lagi dong," pinta Daniel sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Apaan sih!" 

Daniel mengusap lengannya yang terkena lemparan obat merah dari Rindu. "Kalo salting, salting aja nggak usah lemparin ini juga,"

Rindu memalingkan pandangannya ke arah lain. Melihat hal itu tawa Daniel semakin meledak karna ekspresi gugup seorang Rindu. Ia langsung menghentikan tawanya kala melihat pipi Rindu yang semakin memerah. Tapi setidaknya candaan yang ia berikan tadi bisa merubah raut ketakutan Rindu menjadi lebih santai.

"Lo tau siapa cowok tadi?" Ujar Daniel   memecah kecanggungan yang terjadi diantara mereka.

Beruntung saja ia sempat melihat Rindu yang berjalan sendirian saat ia sedang berada di rooftop untuk mengeringkan seragamnya yang tersiram air mineral yang tak sengaja tumpah karena tersenggol oleh Vino. Ia sempat ragu dengan penglihatannya, namun karena tidak melihat ekspresi apapun dari hadis itu, iya yakin bahwa itu memang Rindu. Selama ini ia tidak pernah melihat Rindu keluar dari kelas selain jam pelajaran olahraga. Jujur rasa penasaran lah yang membawanya membuntuti Rindu. Kebetulan itu bisa menyelamatkan Rindu walaupun sebelumnya tak terpikirkan akan terjadi seperti ini.

"Nggak, kenapa?"

"Terus kenapa lo pergi ke taman?"

Rindu terdiam sebentar lalu menghela nafas sejenak. Ia mulai menceritakan hal yang membuatnya nekat mendatangi si pengirim surat beserta bunga. Daniel pun mendengarkan cerita yang mengalir dari bibir Rindu dengan sesekali ia mengernyit lalu kembali mengangguk.

"D?" Daniel mengulang kata yerakhir yang diucapkan Rindu sambil mengernyitkan dahinya. "D siapa?"

"Gue nggak tau, gue kira lo pengirimnya."

"Cie pingin banget dikasih gituan sama gue ya?" Goda Daniel pada Rindu.

Rindu langsung menabok lengan Daniel. "Najis." 

"Entar gue cari tau, kita balik ke kelas sekarang."

"Kita beda kelas."

"Gue anter entar ada yang macem-macem lagi sama lo."

Rindu sempat mengernyikan dahinya, namun ia mengangguk singkat setelahnya. Rindu langsung bangkit dan langsung keluar dari uks. Daniel hanya tersenyum saat melihat kelakuan Rindu lalu segera menyusulnya. Rindu itu cuek, ia tahu itu namun entah mengapa ia malah suka dengan sikap Rindu yang cuek dan dingin.






***
Hola...menurut kalian mungkin gk sih ada seseorang yang diam-diam mengharapkan kita? Entah itu seseorang yang juga kita inginkan atau bahkan seseorang itu sama sekali tidak kita kenal. Kalau pun ada seseorang yang kita inginkan, jangan tertalu memaksa untuk harus memiliki.

Tapi cinta sama obsesi beda ya, tau kan bedanya? Jadi kalo suka sama seseorang jangan dulu bilang cinta ya...bisa jadi itu cuma sebatas rasa kagum atau bisa jadi obsesi.

Selamat beribadah puasa bagi yang menjalankan. Tetap semangat dan jaga kesehatan. Luv u😗

Pesawat Kertas Where stories live. Discover now