Bab 19

27.5K 1.5K 8
                                    


Typo bertebaran,



        Happy reading ☺️




Keesokan harinya Luna gak berani jumpa dengan keluarga alan. Sejak tadi Alan membujuk Luna untuk turun sarapan bersama tapi Luna tak mau.

"Kamu gak perlu malu,kita juga gak berbuat apa-apa." Alan masih berusaha mengajak Luna turun.

"Tapi aku malu, takut mama ilfil sama aku. Kesannya aku kayak perempuan gak bener nginap dirumah lelaki." Luna masih dengan opininya sendiri.

"Aku kan udah bilang,mama sama papa ngerti kok calon mantunya sakit semalam. Ayo!! Kasian loh mereka nungguin kita."

Tanpa persetujuan Luna,Alan menarik paksa tangan Luna supaya berdiri. Luna cemberut melihat sifat Alan yang tak bisa dibantah.

Sedang Alan,dia menuntun Luna untuk turun dari tangga. Saat sampai di bawah Luna langsung dihadiahi ledekan kak Vino.

"Berasa nungguin pengantin baru,lama amat Lan. Gue udah lapar nih." Alan menatap kakaknya tajam,gak tau apa susah banget bujuk nih princess.

Wajah Luna memerah mendengar celutukan kak Vino. Dia jadi gak enak telah membuat semua orang menunggunya.

"Sini sayang deket mama,biar Alan duduk disana." Alan ingin membantah tapi delikan sang ibu membuatnya terdiam seketika.

Luna pun menurut dia berjalan ke arah mama Alan. Dan duduk manis disana. Sedangkan Alan,dia menarik satu kursi mendekat pada Luna dan duduk disana.

Ariana menggeleng heran dengan kelakuan Alan. Alan memang tak banyak bicara tapi dia lebih banyak bertindak.

Bryan tersenyum melihat tingkah Alan yang hampir mirip dengannya. Dulu dia juga begitu,saat jatuh cinta pada Ariana istrinya. Ia gak mau kalau harus duduk berjauhan dengan Ariana.

"Gue berasa gak kenal lagi sama lo Lan. Kayaknya karma lagi menghampiri Lo!!" Vino tersenyum mengejek Alan. Dulu Alan sering banget ngatain dia bucin, ditinggal sebentar sama Irene, Vino langsung ngambek kayak anak kecil.

Tapi Alan gak perduli, Irene sampai menertawakan suaminya yang di kacangin adik iparnya itu.

"Mau sarapan sama apa?" Suara Alan terdengar sangat lembut.

Vino yang sedang mengunyah nasi gorengnya pun tersedak luar biasa begitu pun dengan Bryan,mereka tersedak mendengar suara Alan bisa selembut itu.

"Makanya gak usah suka usil deh,liat kan tersedak jadinya. Fokus sama makanan sendiri,jangan sama Alan!!" Ariana memberikan instruksi tegas pada kedua lelaki itu sambil menepuk punggung suaminya dan di ikuti Irene.

"Mas juga,kayak gak pernah muda aja." Irene berdecak kesal dengan suaminya.

Alan tersenyum samar saat mendengar Vino di marahi Irene. Siapa lagi yang bisa memarahi seorang CEO dingin dan cuek seperti Vino kalau bukan Irene sang istri tercinta.

Keluarga Alan bukan orang yang sembarangan. Mereka salah satu orang yang sangat di segani di kalangan bisnis.

Vino yang mewarisi DM grup, yang bergerak di bidang perhotelan. Dan Alan yang mewarisi universitas modal bangsa yang sudah turun temurun.

Diluar mereka sangat disegani, aura kepemimpina langsung terpancar saat mereka berada di lapangan. Tapi jika dirumah,mereka akan menjadi budak cinta istri masing-masing.

Dan sekarang giliran Alan yang sepertinya akan menyusul Vino dan Bryan.

Luna memakan setangkup roti tawar yang telah di buatkan oleh Alan menggunakan selai nuttela. Alan juga dengan telaten memakan nasi gorengnya dan sesekali membersihkan remah roti atau selai yang bersilemak di sekitaran bibir Luna.

"Ma,pa!! Alan mau nikahin Luna minggu depan!" Ucap Alan frontal.

Luna langsung tersedak mendengar penuturan Alan. Alan dengan sigap mengulurkan minumannya untuk Luna. Dan menepuk lembut punggung Luna.

Luna menatap tajam Alan saat sudah merasa mendingan. Semalam dia memang menyetujui ajakan Alan untuk menikah,tapi gak secepat ini juga.

Vino yang merasakan akan terjadi perang kecil pun menatap Bryan sambil tersenyum miring dan dibalas hal yang sama oleh Bryan. Tapi tidak dengan Ariana dan Irene,mereka berdua menggeleng heran melihat dua orang pria yang seakan sudah siap menonton film perang.

Alan menaikkan alisnya karena di tatap tajam Luna.

"Siapa yang mau nikah minggu depan?" Luna bertanya dengan nada kesal. Untung saja roti tawarnya sudah habis dimakan.

"Kita." Jawab Alan cepat.

"Kita?? Kamu aja kali." Luna berkata sinis. Dia sampai tak sadar sedang berada di rumah Alan.

Alan tersentak mendengar ucapan Luna. "Bukannya semalam kamu udah oke."

"Iyaa! Tapi gak minggu depan juga kalee." Ucapan Luna hampir saja membuat kedua pasangan yang sedang menonton mereka menyemburkan tawanya. Tetapi mereka masih berusaha menahannya.

Alan menggeleng tak percaya dengan ucapan Luna. Alan berpikir Luna tak akan protes dengan keputusannya.

"Jadi kamu maunya gimana?" Tanya Alan dengan wajah yang dibuat datar.

Biasanya orang akan takut melihat raut wajah datar Alan. Tapi tidak dengan Luna,dia tak gentar sama sekali.

"Tentu saja kamu harus  lamar aku dengan cara yang romantis terus baru  kamu jumpai orang tua aku. Masak gitu aja gak tau sih." Ucap Luna dengan nada sebal.

"Tapi semalam aku sudah lamar kamu. Kalau kamu lupa biar aku ulangi?"

"Itu bukan lamaran pak Alan,tapi itu ngajak nikah. Masak lamaran di kamar trus akunya sakit lagi." Protes Luna pada Alan yang takjub melihat calon istrinya. Tadi katanya malu,nah sekarang malunya entah kemana.

"Aku pengennya kita cepat halal lun,jadi aku bisa jagain kamu lebih intens." Alan memberi alasannya.

Tapi Luna tetap menggeleng, dia tetap ingin Alan melamarnya secara langsung.

"Kalo kamu tetap gak mau gak papa deh." Ucap Luna.

Alan lega mendengar Luna akhirnya menyerah tak memaksanya lagi untuk mengulang lamarannya.

"Aku cari aja laki-laki lain yang mau ngelamar aku secara langsung." Lanjutnya lagi yang membuat Alan emosi seketika dan menatap Luna tajam.

"Gak,kamu gak boleh cari lelaki lain. Cuma aku yang boleh nikah sama kamu!" Ucap Alan tegas tak terbantahkan.

"Tapi gimana dong,aku juga pengen di lamar sama calon suami aku dengan cara yang romantis." Ucap Luna mendramatisir suasana. Wajah Luna di buat sesedih mungkin. Pipi yang di gembungkan dan bibir di buat manyun membuat Alan gemas.

"Oke."akhirnya Alan mengalah. Mengacak rambut Luna gemas dan mencubit pipi Luna sambil tersenyum lembut. Tak lupa Alan juga memeluk Luna sayang.

Prok!!!prok!!!prok!!!

Suara tepukan tangan menyadarkan keduanya. Mereka tak menyadari kalau sedari tadi menjadi tontonan gratis kedua pasangan di dekat mereka.

Luna buru-buru melepas pelukannya,membuat Alan mendengus kasar. Selalu saja ada yang mengganggu.

"Waah!! aku gak nyangka mas, kalau Alan bisa seromantis itu sama Luna,bikin gemes tau." Irene jadi baper melihat cekcok kecil Luna dan Alan. Dia sampai memukul pelan tangan suaminya. Vino sampai mengaduh sakit.

"Sakit sayang.."protes Vino manja.

"Luna,mama gak nyangka kamu bisa buat Alan mengalah dengan keputusannya." Ariana tercengang melihat anaknya takluk pada Luna.

"Ma, jangan digodain lagi Alan sama Lunanya. Gak lihat muka mereka udah kayak kepiting rebus." Bryan sampai tergelak melihat wajah kedua orang yang tadi adu mulut itu merah banget.

Dan ini pertama kalinya mereka melihat wajah malu Alan, orang yang selalu datar dan dingin bisa bucin juga ternyata.ha..ha..ha..




Jangan lupa vote n coment,




Trims😘

Dosen Tampanku (End)Where stories live. Discover now