Bab 1

96.9K 2.8K 21
                                    

Ini cerita terbaruku semoga suka yaa!!

Typo bertaburan!!!

Happy reading ☺️



"Aluna Safitri!!!!"

Suara gebrakan meja di depan kelas membuat seorang gadis yang tengah terlelap tergelak dalam tidurnya.

"Keluar kamu dari kelas saya!!" ucap dosen killer yang sayangnya tampan itu.

Luna yang baru tersadar dari tidurnya pun,tak mengelak.dia langsung keluar dari kelas tersebut. Tapi kakinya terhenti saat sang dosen berkata,

"Temui saya setelah jam ini berakhir!!" ucap dosen tersebut tegas.dan di iyakan oleh Luna.

Setelah itu Luna melangkahkan kakinya ke kantin kampus, perutnya terasa lapar setelah tadi sempat tertidur selama satu jam.

"Eh neng Luna,mau makan neng?"tanya mang Ujang penjual bakso langganan Luna.

"Iya mang,kayak biasa ya baksonya yang banyak mang." Jawab Luna dan di acungi jempol oleh mang Ujang tanda mengerti.

Saat tengah asyik menikmati baksonya,Luna di kejutkan dengan kedatangan Rena sahabat Luna.

"Lunaaa!!!"

"Uhukkkhh..." Luna tersedak kuah bakso saat Rena memanggil namanya.
Buru-buru Luna meminum air putih yang ada di tote bagnya.

Yaa..Luna selalu membawa air putih dari rumahnya,selain hemat,air putih dari rumahnya sudah terbukti higenis.

"Lo apaan sih re, manggil sampai teriak gitu. Lo pikir gue budek?" kesal Luna yang telah menghabiskan setengah botol air minumnya.

Rena cuma terkekeh cengengesan,dan duduk disamping sahabatnya itu.

"Lo dipanggil pak dospan tuh. Cepetan sana, malah makan lagi." Ucap Rena.

"Santai dulu re, gue makan bentar,dikit lagi habis ni bakso." Sahut Luna yang melanjutkan memakan baksonya.

"Dih malah lanjut makan,emang ya Lo kagak ada takut-takutnya sama tu dosen." Rena tak habis pikir dengan sahabatnya ini.

"Ngapain juga takut, sama-sama makan nasi juga." Jawab Luna santai.

"Di kasih nilai E baru tau rasa lo,harus ngulang deh mata kuliah tu dospan."

"Lo doanya jelek banget sih,nyesal gue temenan sama lo." Luna kesal mendengar omongan Rena.

"Habisnya lo kalo lagi dospan ngajar selalu tidur,kayak gue dong melek. Apalagi tu dosen adem banget lagi mukanya hari ni,tapi gara-gara Lo wajahnya berubah garang tadi. Lo marathon drakor lagi ya?" Tebak Rena spontan.

Luna nyengir mendengar tebakan Rena yang seratus persen benar.

"Iya,gue nonton sampe jam lima pagi." Jawab Luna sambil meringis melihat Rena sudah siap menceramahinya.

"Aluna Safitri...kalo Lo mau nonton drakor gak harus habis dalam semalam. Lo bisa lanjutin lagi besok malam ,maksa banget sih kalo nonton."Ceramah Rena panjang lebar.

"Gue bukannya gak mau tapi ceritanya itu buat gue penasaran pengen nonton terus. Kalo lo mau salahin jangan gue dong,tu salahin aja yang buat drakornya kok bisa sampe gue penasaran gitu." Balas Luna tanpa merasa bersalah.

Rena sampai bengong mendengar omongan luna. Ini yang gila gue atau Luna sih. Masak luna nyuruh gue marahin yang buat drakor.

"Emang sinting lo,tobat gue punya sahabat macam lo lun." Ujar Rena tak perduli lagi dengan Luna.

Rena pun beranjak memanggil mang Ujang, perutnya tiba-tiba lapar karena meladenin sahabatnya Luna.

***

Tok tok tok...

Luna mengetuk pintu ruangan dospan. Setelah mendengar kata masuk dari dalam,Luna pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ini bukan kali pertama Luna masuk ke ruangan ini,dalam Minggu ini saja Luna sudah tiga kali masuk kemari. Tapi memang Luna nya aja yang gak pernah bosan buat dengerin ceramah dosennya itu.

Gimana bisa bosan,tu dospan alias dosen tampan incaran seluruh mahasiswi kampus Modal Bangsa ini,punya ketampanan yang luar biasa.

Hidung mancung,rahang yang tegas dan badannya yang tegap dengan tinggi proposional membuat itu dosen terkenal di kalangan cewek-cewek kampus. Gak cuma mahasiswi,dosen perempuan yang masih jomblo pun gak luput buat cari perhatian sama tu dosen.

Sekarang disinilah gue,dalam satu ruangan yang sama dengan dosen tampan itu,duduk berhadapan dengannya yang memandang gue datar, seakan gue adalah terdakwa yang siap untuk di eksekusi kapan saja.

Ditatap seperti itu membuat Luna minder sendiri, wajahnya yang lebih glowing dibanding Luna membuat Luna merasa seperti dayang-dayangnya seorang raja.

'Ah... dosennya laki-laki tapi gue yang perempuan bisa kalah sama tu dosen. Kulitnya putih banget,mulus lagi,gue yang cewek aja gak mulus kek gitu,padahal gue sering kesalon nemenin bunda.' Gumamnya dalam hati.

"Aluna Safitri... Mahasiswi semester delapan yang suka tidur dikelas. Ini ketiga kalinya kamu masuk ke ruangan saya dalam minggu ini." Ucap dospan sambil menatap intens Luna.

"Sebenarnya kamu niat atau tidak mengikuti mata kuliah saya. Kenapa kamu selalu tidur di saat saya sedang mengajar dikelas?" Tanyanya.

"Maaf pak,semalam saya bergadang nonton drakor lagi." Jawab Luna pelan.

"Lagi? Selalu alasan yang sama. Saya gak mau tau, hentikan kebiasaan buruk itu atau kamu harus mengulang mata kuliah saya." Tegas dospan tersebut.

"Apa kamu tidak malu dengan teman-teman kamu yang lain jika kamu harus mengulang lagi tahun depan?" Cercar sang dosen.

"Baik pak,maaf saya gak akan tidur lagi dikelas." Ucap Luna menampilkan wajah menyesalnya.

Dospan tersebut hanya mendengus kasar. Selalu wajah itu yang ditunjukkan kalau Luna sudah meminta maaf, membuat orang lain merasa bersalah karena telah menegurnya. Tapi itu tak berlaku untuknya. Sungguh ia sudah sangat kenal dengan perilaku mahasiswi yang satu ini.

"Jangan tampilkan wajah seperti itu pada saya,karena saya tetap akan menghukum kamu." Ucapnya tegas.

"Kamu buat ringkasan,temanya yang tadi saya jelaskan dikelas. Dan kirim ke email saya!" Lanjut dospan tersebut.

"Tapi pak,tadi saya tidur jadi gak tau bapak jelasin tentang apa." Cicit Luna pelan.

"Berani kamu membantah!! Saya tidak peduli,itu resiko kamu,siapa suruh kamu tidur saat jam belajar berlangsung." Ucapnya kejam dan tak berperikemanusiaan.

Luna tak menjawab,dia menyumpah serapah dospan tersebut dalam hatinya.

"Saya tau kamu pasti sedang menyumpahi saya dalam hati. Tapi saya gak mau tau,tugas itu saya tunggu paling telat besok pagi." Ujarnya tak ingin dibantah.

Luna sampai kaget mendengar dospan tau kalo dia sedang menyumpahinya. Tak menunggu lama lagi Luna langsung berpamitan untuk pergi.

"Untung tampan." Ujar Luna pelan nyaris tak terdengar, setelah keluar dari ruangan itu.

Dosen Tampanku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang