Bab 3

35.2K 2.1K 25
                                    


"Aluna!!! Bangun Aluna!!!"

Lina mamanya Aluna terus berteriak memanggil anaknya. Sejak tadi dirinya menggedor pintu kamar putri semata wayangnya itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 tapi Luna belum juga bangun dari tidurnya.

"Alunaaa!!!"jeritnya lagi.

Tak lama bunyi pintu terbuka membuat Lina menghentikan teriakannya.

"Ada apa sih ma, pagi-pagi udah teriak, kasian tetangga lagi pada tidur." Ujar Luna yang masih setengah mengantuk. Memang tak tau diri nih anak, rasanya pengen di masukkan kembali ke perutnya dan di tukar sama anak yang lain.

"Gak usah mikirin tetangga,mereka dah pada bangun semua,kamu pikir ini jam berapa? Tuh liat sebentar lagi kamu masuk kuliah,dan jam segini kamu baru bangun. Bener-bener deh pusing mama sama kamu." Cerocos Lina sambil memperlihatkan jam yang tertempel apik di dinding.

"Astaghfirullah ma!! Kok gak bangunin aku sih. Setengah jam lagi dospan masuk lagi,gila!!" Aluna langsung ngacir kemar mandi,dia membersihkan tubuhnya dengan cepat, setelah itu buru-buru berbenah merapikan alakadarnya saja.

Anjir gue harus cepat, sepuluh menit lagi jam pertama dimulai. Jadi Luna memilih mengendarai motor maticnya.

Akhirnya luna telat juga,padahal tadi dia ngebut tapi karena ada demo buruh,jadinya Luna harus mencari jalan lain yang pasti lebih jauh untuk menuju ke kampus.

Sampai di depan kelas Luna ragu untuk mengetuk pintu,tapi ada sedikit rasa takut dengan ancaman dospan kemarin. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kelasnya.

***

Alan sendiri setelah memberikan tugas,dia pun mengabsen muridnya satu persatu,tapi saat di nomor absen ke lima,dia memangil nama Aluna Safitri tidak ada yang menjawab. Padahal dia sudah mengulang dua kali tapi tak juga ada jawaban.

"Aluna Safitri!" Panggil Alan untuk yang ketiga kalinya.

"Belum datang pak!" Teriak seorang mahasiswa.

"Telat mungkin pak," sahut seorang lagi.

"Ketiduran di kantin kali pak," sambung yang lain lagi.

Alan menggaruk alisnya pelan,selalu seperti itu,kalo bukan ketiduran di kelasnya pasti telat itu anak.

Hingga terdengar suara ketukan pintu,dan terlihatlah mahasiswi yang baru saja menjadi pembicaraan semua murid di kelas.

Luna berjalan pelan menuju meja dosennya itu. Melihat dari air muka sang dosen,pasti ini akan berakhir tragis.

"Maaf pak saya telat"cicit Luna pelan.

"Kenapa lagi kali ini Aluna??"tanya Alan menatap nya tajam. Ia sebenarnya sudah lelah dengan mahasiswi yang satu ini.

"Tadi ada demo di jalan,jadi saya harus putar lagi cari jalan lain ke kampus." Aluna menundukkan wajahnya tak berani menatap mata tajam dosennya itu.

"Apa saya berada di lantai,makanya sejak tadi kamu berbicara dengan wajah menunduk menatap lantai?" Tanya Alan lagi masih dengan tatapan tajamnya.

"Maaf pak." Jawab Aluna memberanikan diri menatap Alan.

Deg..deg..deg!!

Jantung mereka sama-sama berdetak cepat. Aluna menatap mata tajam sang dosen,terlihat ketegasan di mata Alan namun ada pancaran keteduhan disana, membuatnya betah berlama-lama menatap mata itu.

Begitupun dengan Alan,dia menatap mata teduh Aluna,disana terlihat sedikit rasa takut. Mata jernih Luna membuat Alan tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Aaaaaakhh!!"

Dosen Tampanku (End)Where stories live. Discover now