Bab 15

30.8K 1.7K 15
                                    

Typo bertebaran,



Happy reading ☺️

Alan berjalan keluar dari kampus,tadi saat sedang mengajar,dia mendapat kabar kalau sahabatnya Rendra sedang menunggunya didepan kampus untuk menemuinya.

Sudah 8 tahun sejak terakhir mereka bertemu saat prom night sekolahnya dulu. Alan penasaran bagaimana kabar Rendra selama di London.

Yaa Rendra melanjutkan kuliahnya di London sedangkan Alan di Amerika. Selama itu mereka tak pernah saling berkomunikasi, makanya tadi saat ada nomor baru yang menghubunginya,Alan heran tapi langsung mengakatnya dan Alan tak percaya Rendra menghubunginya.

"Hai bro!!! Sapa Alan saat melihat Rendra seperti memperhatikan sesuatu.

Rendra terkejut melihat Alan sudah di depan matanya. Padahal tadi dia melihat seseorang yang mirip dengan wanita masa lalunya.

"Hai... Alan Dimitri. Bagaimana Lo bisa tau kalo ini gue? Rendra heran Alan bisa dengan mudah mengenalnya.

"Lo gak banyak berubah,wajah lo masih tetap kalah tampan sama gue." Ucap Alan tertawa.

"Gimana kalau kita ngobrol di luar aja. Gue ada waktu istirahat satu jam ni." Ajak Alan pada Rendra, yang di iyakan Rendra.

Setelah menempuh jalan selama lima menit, disinilah mereka di cafenya Alan.

"Gimana kabar lo sekeluarga?" Tanya Rendra pada Alan.

"Alhamdulillah kita semua sehat. Lo pulang bareng mami sama papi atau sendiri."

"Semuanya pada pulang. Perusahaan di London udah di urus sama uncle Jordan dan..."

"Dan yang disini udah di warisi buat Lo." Potong Alan.

"Hahahaha...lo tau aja. Gue dah jadi CEO nih." Pamer Rendra pada Alan yang tertawa melihat kenarsisan sahabatnya.

"Makanya gue ajak lo kemari,biar lo bisa traktirin gue." Balas Alan lagi.

"Gak usah belagak kayak orang miskin deh lo,gue tau lo sudah sukses sekarang jadi dosen dan pengusaha kuliner." Balas Rendra terkekeh.

Tawa mereka membuat banyak orang mengalihkan pandangannya menuju mereka. Apalagi yang tertawa adalah dua pria tampan. Banyak hawa yang menatap mereka dengan pandangan memuja.

"Lan kayaknya kita masih seperti dulu, selalu jadi pusat perhatian cewek." Rendra melirik sekitarannya banyak kaum hawa yang memandang mereka menarik.

"Gimana kalo kita cari satu-satu buat nemenin kita ke club' malam ini." Tawar Rendra pada Alan yang di jawab dengusan oleh Alan.

"Lo emang gak berubah ya. Lo lupa sama yang udah Lo lakuin dulu?" Alan mengingatkan Rendra tentang peristiwa yang terjadi saat mereka mengadakan prom night di club  malam dulu.

Tiba-tiba wajah Rendra berubah sedih.
"Gue masih belum move on sama kejadian itu. Bahkan gue pulang kemari buat nyari keberadaan dia Lan." Ujarnya sendu.

"Lo beneran mau nyari dia?" Yang di jawab anggukkan kepala Rendra.

"Gue dukung keputusan lo,kalau Lo butuh bantuan gue,bilang aja. Oke!" Ucap Alan sambil menepuk pundak Rendra.

"Gimana dengan orang tua lo,mereka udah tau tentang itu?" Lanjut Alan bertanya pada Rendra.

"Udah,gue udah ceritain semuanya. Bokap marah banget,gue di hajar gak ada ampun. Trus nyokap juga sedih banget dan ini juga salah satu alasan kedua orang tua gue balik kemari." Jelas Rendra lirih.

"Gue kira lo gak mau balik lagi kemari,udah kecantol bule London." Alan mengalihkan pembicaraan supaya Rendra gak tambah sedih mengingat masa lalunya.

"Yaa gak lah..gue masih belum move on dari Renata. Lo sendiri gimana,udah jumpa belum sama pawang lo?" Rendra balik bertanya pada Alan.

"Lagi proses bro,doain aja ntar lagi dia mau nerima gue." Jawab Alan santai.

"Maksud lo ntar lagi itu kapan?"

"Mungkin beberapa jam kedepan dan sorry gue gak bisa lama-lama. Soalnya gue ada janji sama doi. Dia mau ngasih gue jawabannya hari ini dan Lo sekarang wajib nganterin gue balik ke kampus." Alan bersiap untuk balik lagi ke kampus.

"Lo utang cerita sama gue Lan." Ujar Rendra saat di mobil.

"Lo juga,dulu gue gak tau Lo pacaran sampai ada peristiwa itu,Lo baru mau cerita sama gue. Tapi orangnya sampai sekarang gue malah gak tau. Cuma tau nama doang." Balas Alan tak mau kalah.

"Jadi kita seri dong!!" Ucap Rendra tertawa dan menular ke Alan.

"Thanks udah mau anterin gue balik." Ucap Alan tersenyum.

"Sama-sama,gue balik dulu. Dan gue tunggu cerita Lo hari ini." Rendra pun pergi dan Alan berjalan kembali ke ruangannya.

Seperti biasa banyak mahasiswi yang menegurnya dan menyapanya. Ada juga yang terang-terangan menggodanya,tapi Alan hanya memasang wajah datar tanpa senyum. Tak memperdulikan orang disekitarnya.

***

Saat hampir sampai di ruangan nya Alan melihat Aluna yang sedang bersendekap tangan berdiri di depan ruangannya.

Alan pun mempercepat langkahnya agar cepat sampai. Apalagi Luna sudah menunggunya entah sejak kapan.

"Maaf lun,saya baru saja dari luar." Ucap Alan merasa bersalah.

Luna mengalihkan pandangannya menuju Alan. Dia menatap Alan tajam, padahal kemarin Alan berkata untuk keruangannya saja karena ada yang harus dipelajari tapi dia sendiri yang sekarang gak ada di tempat.

Tak ada jawaban dari Luna,membuat Alan sadar akan kesalahannya. Tapi Alan tetap membuka pintu dan menyuruh Luna masuk,untung saja Luna masih mendengarkannya.

Sampai di dalam Luna duduk di sofa panjang,dia menunggu Alan yang sedang sibuk mengeluarkan minuman dan beberapa cemilan dari kulkas mini yang ada di ruang tersebut.

"Katanya gak keluar kemana-mana karena ada banyak berkas yang harus di pelajari. Tapi buktinya saya datang ruangan kekunci." Luna membuka suaranya saat Alan duduk disampingnya namun masih tetap ada jarak.

Alan tau Luna sedang menyindirnya,tapi dia harus tetap tenang. Menghadapi gadis yang lagi tensi harus dengan kesabaran,tips dari papa Bryan.

"Tadi ada teman lama saya datang dari london. Jadi gak mungkin kan gak saya temui, apalagi dia juga sahabat saya sewaktu SMA. Kita udah 8 tahun gak jumpa jadi tadi surprise juga sewaktu dia datang menemui saya." Alan menjelaskan semuanya,takut Luna salah paham.

"Sahabatnya perempuan?" Tanya Luna dengan wajah tajam dan curiga.

"Bukan!! Dia laki-laki." Jawab Alan cepat.

Mendengar jawaban Alan,Luna bisa bernafas lega. Paling tidak dia tak harus resah karena Alan punya sahabat perempuan.

"Boleh saya tau jawaban kamu?" Alan sejak tadi gugup menunggu jawaban luna. Tapi dia berhasil menutupinya.

"Maaf.."

Mendengar kata maaf dari Luna membuat Alan langsung lemas seketika.

"Gak papa kalau kamu belum bisa menerima saya." Alan berkata lirih nyaris berbisik sangking lemasnya karena merasa ditolak oleh Luna.

"Jangan potong omongan saya kalau gak mau saya tolak!!" Ucap Luna tajam dan membuat Alan kincep seketika.

"Maaf..karena saya akan sering ngerepotin bapak kedepannya,karena saya gak mau nerima bapak jadi pacar saya. Tapi jadi calon suami saya. Apa bapak juga setuju dengan keputusan saya?"

Alan tercengang mendengar ucapan Luna,gak mau jadi pacar tapi jadi calon suaminya. Bahkan kalo Luna mau,dia bisa saja mengajak Luna untuk ke KUA saat ini juga.

Sangking bahagianya Alan tak menjawab pertanyaan Luna,dia langsung menarik tangan Luna dan memeluknya erat.

"Iya saya mau jadi calon suami kamu, terimakasih karena telah menerima saya." Ucapnya masih memeluk Luna erat.

"Tapi saya mau mengajukan beberapa syarat." Ucap Luna yang membuat Alan tak rela melepaskan pelukannya.

"Syarat??" Tanya Alan lagi ingin memastikan ucapan Luna.

Dan Luna dengan entengnya mengangguk sambil tersenyum lebar.



Jangan lupa vote dan coment nya dong,biar author semangat up nya!!!

Trims😘

Dosen Tampanku (End)Where stories live. Discover now