"Eh ada artis jalang," kata Wibi mengejek.

"Masih punya muka lo ternyata," kata Jony.

"Kalo gue sih, udah pasti bunuh diri." kata Aldi.

Sedangkan Aldo hanya diam entah lah mungkin dia percaya dengan kabar itu.

"Udah kak, jangan kaya gitu kasihan Ainelis," kata Ayu lembut.

"Gue heran kanapa ada orang yang gak tau malu yah?" tanya Hasan cetus.

Entah kenapa saat Clara mendengar suara Hasan hatinya seperti dicubit. Namun Clara berusaha menetralkan emosinya. Lalu Clara mengangkat sebelah alisnya dan melihat kearah Hasan.

"Mau gue idup, mau gue mati dan mau gue ngapain pun, gak ada kaitannya sama idup lo orang." Clara bicara dengan nada rendah, namun masih bisa di dengar mereka. Bahkan suara Clara terdengar lebih berat dan penuh tekanan.

"Dan juga... emg kita kenal? gue gak pernah kenal orang bodoh, tetapi gue juga percaya lo tau siapa gue, mau main hm?" kata Clara santai.

Skakmat!

Mereka hanya diam, mereka juga tidak nyangka walau sudah dihina Clara justru seperti tidak ada masalah. Membuat Ayu dan Bella geram, namun gerakannya tidak luput dari pandangan dua orang yang peka terhadap situasi.

Sedangkan inti Scorpion menegang mereka lupa seperti apa Clara, kejadian dimana saat dulu Clara diculik dan akan diperkosa justru berkahir menjadi pulau darah. Tawa dan tatapan itu masih segar dalam ingatan mereka.

Tidak mendapat respon dari mereka Clara hanya tersenyum miring dan hendak melewati mereka namun terhenti.

"Non Clara!" teriak seseorang dibelakang Clara, membuat Clara menoleh dan menatap tajam orang itu hinga orang itu sadar atas kesalahannya.

"Eh, maksudnya Clara dipanggil keruang kepala sekolah," kata orang itu.

"Emang ada apa pak Eddy?" tanya Bella lembut namun terdengar menjijikkan.

Dia penasaran kenapa salah satu guru killer ini terlihat gugup tadi saat ditatap Clara.
Pak Eddy yang mendengar Bella bertanya hanya melirik. Pak Eddy guru terkenal galak selalu membawa penggaris saat menghukum murid.

"Bukan urusanmu. Kalian pergi kekelas masing-masing, bel masuk 2 menit lagi," kata pak Eddy.

"Kalau begitu mohon pimpin jalan," kata Clara formal dan dingin.

"Saya antar." Pak Eddy tersenyum dan Clara hanya mengangguk.

Mereka syok dengan perubahan sikap pak Eddy 'ada apa dengannya?' pikirnya dan mereka pun menuju kelasnya masing-masing dengan perasaan berkecamuk saat setelah Clara dan pak Eddy pergi.

Sesampainya diruangan kepala sekolah pak Eddy langsung membukan pintu untuk Clara. Clara hanya acuh dan msuk. Didalam ada beberapa guru yang juga menunggu. Clara dipersilahkan duduk dikursi kebesaran kepala sekolah dan Clara menggenggam tangannya diatas meja dengan mentap mereka datar dan tajam.

Sedangkan kepala sekolah duduk bersama dengan guru yang lain disofa Clara tau kenapa dia dipanggil kesini.

"To the poin," kata Clara dingin.

i'm ClaraWhere stories live. Discover now