27. Tua Sialan

501 88 4
                                    

"Ingat, dia berada dalam genggaman ku sekarang. Tidak akan ada satupun orang yang akan menyakitinya." Leon
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🐺🦁

Dua pemuda tengah saling menatap dengan bertanya satu sama lain. Berada dalam kelas yang bising karena guru tidak hadir. Kedua melirik salah satu pemuda yang sedari tadi tidur didekat mereka.

Brian bertanya perihal Jovan pada Kane dengan kode. Kane sendiri hanya mengangkat bahu tak tau.

"Sakit lagi?" Brian pada akhirnya membuka suara setelah lelah mengode.

Kane hanya menggeleng tak tau.
"Tanya aja."

Brian mengangguk dan beralih pada Jovan.
"Jo, lo sakit?" Ia sedikit mengguncangkan bahu Jovan.

Jovan yang terusik terbangun. Ia mengangkat kepalanya dan memandang Brian malas.
"Apa?" Suaranya terkesan serak dan berat kali ini, mungkin efek bangun tidur.

"Kenapa? Gak enak badan lo?"

Jovan menggeleng, ia menguap sambil melihat keadaan kelas.
"Semalem gak bisa tidur, sekarang ngantuk."

Kedua sahabatnya hanya mengangguk. Mereka lega Jovan baik-baik saja.

"Tidur di UKS aja, tar gua izinin."

Jovan menggeleng lagi, menolak usulan Brian. Ia melirik jam tangan milik Kane. Sebentar lagi jam istirahat, ia lapar tak mungkin pergi ke sana.
"Benar lagi bel."

Brian dengan cepat melihat jam tangannya. Kepalanya mengangguk dengan apa yang Jovan katakan.

Ketiganya pun diam menunggu Bel. Jovan yang melamun tentang masalah semalam. Sedangkan dua pemuda lainnya sibuk dengan Handphone masing-masing.

Tak berselang lama bel istirahat berbunyi. Ketiganya tak langsung pergi. Mereka menunggu jalan menuju kantin sepi. Awal bel, koridor menuju kantin selalu padat akan manusia kelaparan. Mereka tak mau berdesak-desakan.

10 menit berlalu, ketiganya beranjak menuju kantin. Baru saja tiba dan akan mencari tempat, mereka disapa Dion yang tengah duduk bersama yang lain. Ketiganya pun bergabung, sebelum itu mereka berpencar membeli makanan terlebih dahulu.

Brian dan Kane kembali lebih awal. Mereka berbincang-bincang membahas hal yang tidak begitu penting.

Pemuda surai abu-abu merah itu tidak berniat makan. Ia terus melihat sang serigala yang tengah mengantri makanan sambil membawa segelas air putih itu.

Mata elang Leon menyorot tajam Jovan. Ia tak membiarkannya lolos dari penglihatannya sedetik pun. Hingga salah satu tangannya dibawah meja terkepal melihat Jovan hampir saja terjatuh karena terdorong murid lain. Ia masih diam melihatnya, sampai Jovan kembali kemeja mereka.

"Bahas apaan sih?" Jovan bertanya sambil memasukkan sesuap nasi kedalam mulut.

Mereka yang tengah bercerita tertawa entah karena apa. Jovan sendiri tak peduli dan melanjutkan makan. Sesekali ia melirik Leon didepannya yang terus menatapnya tajam.

Ia berfikir kali ini ada salah apa lagi dia. Minum obat sudah, makan juga sedang dihadapannya. Lalu kenapa Leon begitu seperti marah padanya. Ingin bertanya Jovan terlalu malas juga.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Where stories live. Discover now