20. Perlahan Ada Rasa

714 90 8
                                    


"Saling menjaga dan melindungi itulah kami. Kita, keluarga yang lahir karena adanya perintah. Perintah yang mengharuskan kita bersama." LiZuWa

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

🦁🦁

Langit sore dinegara ini begitu indah. Jingga menghiasi angkasa. Jovan tak ingin meninggalkan negara kelahirannya. Namun tak ada pilihan lain. Ia harus kembali.

Nico mengantar dua pemuda itu kebandara. Sebelum itu mereka pergi ke tempat penitipan hewan. Dimana Zio dititipkan disana. Nico sendiri heran, bila kucing itu dibawa dan hanya dititipkan kenapa tak dititipkan disana?

Entahlah itu semua permintaan Jovan. Pemuda itu selalu membawa Zio kemana pun ia pergi. Walaupun kedua terpisah sesaat, yang pasti mereka tatap dalam satu wilayah.

Nico memberi wejengan pada Jovan agar berhati-hati. Dia tak akan tau kapan orang itu akan bertindak kembali. Ia juga menyuruh Jovan menjaga kesehatannya.

Tanpa keduanya tau Nico menyelipkan sebuah buku di tas ransel milik Leon. Leon sendiri tak menyadari, ia fokus membawa barangnya.

Pukul 16.00 keduanya terbang meninggalkan negara ini. Tak ada yang tau apa yang terjadi setelah keduanya pergi.

¤¤¤

Tepat pukul 07.00 pesawat mendarat dibandara. Keduanya segera pulang ke apartemen Jovan.

Leon tak langsung pulang, ia malah duduk santai didepan televisi. Tak ada kegiatan, ia hanya bersantai. Sebelum nantinya akan ada ribuan pertanyaan menyerangnya.

Jovan datang membawa dua gelas minuman. Ia duduk disamping Leon, ikut pula menonton tv.

"Lo gak, balik?"

Leon hanya menggeleng.
"Nanti."

Jovan tak peduli dan beralih mengambil laptopnya. Pemuda itu fokus mengecek sebuah data dan sinyal aneh. Ia terkekeh melihat jejak pelacakan yang seseorang lakukan. Leon menatapnya dengan alis berkerut.

"Lihat, ortu lo khawatir. Mending pulang sono." Ia menujukkan laptopnya yang terlihat jejak pelacakan milik keluarga Branson.

Jovan tak habis fikir, Leon memiliki keluarga yang selalu menyayanginya. Namun pemuda itu enggan menerimanya.

"Lo itu aneh, keluarga sayang banget malah disia-siain. Harusnya lo bersyukur, gak semua orang bisa dapat apa yang lo dapat. Contohnya gua, dari kecil hidup tanpa yang namanya keluarga yang sesungguhnya," papar Jovan.

Leon mengangguk kecil. Ia beranjak dari duduknya, pergi ke dalam kamar mengambil barangnya. Setelah itu ia mendekat pada Jovan kembali.

"Gua pulang, jaga diri baik-baik. Jangan lupa minum obat."

Jovan mengangguk dan tersenyum manis. Leon mengusap surai putih itu sesaat. Setelah itu berlalu pergi keluar apartemen.

Sepeninggalan Leon, ia terdiam. Bukan sedih karena Leon pergi, tetapi ada hal lain yang membuatnya khawatir. Bila ia membawa Leon masuk kedalam masalahnya, ia takut membuat pemuda itu terluka nantinya.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Where stories live. Discover now