21. Perlahan Kembali

621 93 0
                                    

"Janji kita tetap sama. Tidak akan membiarkan mu terus terpuruk dan terluka." GeTer

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🐺🦁

Deru kendaraan bermotor itu memasuki sebuah rumah yang cukup besar. Halamannya luas, penuh dengan bunga-bunga.

Dua kendaraan itu berhenti di halaman samping. Jovan turun dari motor dan membuka helmnya. Dua pemuda yang lain juga melakukan hal yang sama. Bedanya mereka terburu-buru karena ingin memberi ceramah pada Jovan.

Namun sayang, Jovan lebih dulu masuk kedalam rumah itu tanpa sungkan. Ia tak langsung mencari hal lain atau apa. Yang ia tuju dirumah ini adalah kamarnya.

Rumah ini adalah tempat untuk anggota berkumpul. Semua memiliki kamar masing-masing. Jovan sendiri memiliki kamar dilantai dua.

Setelah sampai, ia dengan segera menganti seragamnya. Lalu merebahkan dirinya pada ranjang. Tubuhnya benar-benar lalah, ditambah ia lupa membawa obat. Lagi pula itu bukan salahnya, dua setan itu langsung saja membawanya.

Jovan tertidur dengan pulas, hingga tidak menyadari seseorang masuk kedalam kamarnya. Pemuda dengan setelan kantor itu mendekat dengan tenang.

Ia mengusap surai putih itu lembut. Wajah damai saat tertidur membuatnya tenang. Namun masih ada rasa khawatir disana. Jovan terlihat pucat, hal itu membuatnya segera beranjak dari sana.

Ia turun kelantai bawah, tepatnya diruang tamu. Disana, semua telah berkumpul. Mereka menatapnya bertanya.

"Ger, pergi ke apartemen Jovan dengan mobil. Abil obatnya, juga Zio."

Mendengar perintah, Gerry dengan segara berdiri. Namun ia tak mau pergi sendiri, jadi menyeret Jordan ikut dengannya. Jordan yang diseter terus mengumpat disepanjang jalan. Sepeninggal keduanya, mereka terdiam dan saling menatap.

"Kondisinya semakin buruk." Gara, atau Garangga. Pemuda dengan setelan jas itu membuka suara. Ia menyenderkan tubuhnya pada sofa.

Semua terdiam, merasakan kekhawatiran yang sama. Mereka tak mau pemuda itu sakit. Namun hingga sekarang, masih tak bisa menemukan obat yang tepat untuk Jovan.

"Kita harus bergerak cepat," Two menyahut. Semua mengangguk, mereka akan lebih semangat lagi.

"Bagaimana dengan teror itu?" Four bertanya.

"Di dalam teror kiriman tidak ada petunjuk, ia hanya bermain-main." Three menatap semua serius. Itu yang dirinya dapatkan dari kesaksian korban.

"Memang, tetapi itu hanya milik Gerry dan Jordan. Masih ada satu paket lagi bukan?" Four melirik semua orang sinis. Dan ya benar. Orang itu mengirim tiga paket teror. Dua berada di Gerry dan Jordan. Lalu sisanya berada dianggota yang masih belum ada jawaban pasti.


"Jovan?" Semua mengangguk kompak.

Ketika salah satu dari mereka akan membuka suara, ia terdiam sama dengan yang lain. Mereka melihat seorang pemuda turun dengan wajah bantalnya.

Pemuda itu hanya melihat sekilas mereka, lalu terus berjalan menuju dapur. Semua pasang mata tak lepas darinya bahkan ketika ia telah hilang di balik pintu.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें