12. Perubahan

848 127 5
                                    

"Perubahan yang jelas mampu menjadi pertanda suatu hal." Maska

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🐺🦁

Tiga hari berlalu setelah kejadian dimana Jovan dan David bertengkar. Jovan sama sekali tidak keluar apartemennya, bahkan ia sangat susah dihubungi. Kane dan Brian sempat dibuat khawatir dengan keadaan Jovan.

Tidak hanya keduanya, semua warga sekolah yang mengenal pemuda itu juga menanyakan kabarnya. Keduanya hanya menjawab bahwa Jovan sedang istirahat. Padahal mereka juga tidak tahu dengan keadaaan Jovan sendiri. Ketika keduanya datang ke apartemen, Jovan sama sekali tidak membukakan pintu, bahkan terkesan tidak ada penghuni.

Pagi ini SMA Taruna Bangsa sudah cukup ramai karena murid-murid telah banyak yang datang. Keramian ditambah dengan kedatangan seorang pemuda yang beberapa hari lalu menghebohkan kantin. Mereka terkejut dan heran dengan Jovan.

Pemuda itu merubah warna rambutnya, padahal warna hitam legam sudah menjadi ciri khas Jovan sendiri. Kini ia memberikan warna abu-abu dengan ujungnya berwarna putih salju.

Jovan berjalan santai dikoridor, melewati orang-orang yang tengah menatapnya heran. Dia sendiri tidak peduli, tetap berjalan dengan senyum manis. Beberapa anak menyapanya dan bertanya kabar, ia pun menjawab dengan riang. Seolah tidak terjadi sesuatu.

"Apa kabar, Jo?"

"Selalu baik."

"Kemana ae, Jo?"

"Hibernasi, dirumah."

"Ada apa nih, kok ganti warna rambut?"

"Bosen elah itu mulu, sekali-kali bergaya."

Begitulah perbincangan singkat mereka. Sekolah memang tidak melarang gaya rambut, tetapi tatap saja hal itu mengherankan. Seorang Jovan yang selalu menolak merubah gaya pakaian bahkan rambutnya, sekarang merubahnya. Dalam benak masing-masing pasti terjadi sesuatu.

Ketika sampai dikelas Jovan dihujani berbagai pertanyaan dari dua sahabatnya. Brian terus bertanya banyak hal sedangkan Kane hanya bertanya sekali lalu diam menatap datar. Sepertinya pemuda itu marah, atau kesal, atau entahlah.

"Ck, udah napa. Kek wartawan ae lo." Kesal Jovan.

Brian diam, ia justru menatap Jovan tajam. "Rambut lo, kenapa?" Tanyanya, baru sadar akan hal itu.


"Gak kenapa-napa, pengen ganti aja," jawabnya cuek.

"Perasaan, lo gak suka pakek warna rambut deh?"

Jovan diam sesaat, ia lalu tersenyum kikuk.
"Nyoba aja elah, ternyata bagus."

Brian pun diam karena bel masuk berbunyi. Ketiganya diam dengan fikiran masing-masing.

Beberapa orang menyadari dan tau, bahwa menganti gaya rambut atau memberi warna bisa jadi orang itu memiliki perasaan tertentu. Warna yang meraka pakai biasanya mengambarkan suasana hati mereka, bahkan kondisi mereka. Namun terkadang ketentuan warna bukan berati kondisi mereka. Memberi warna berani dan terkesan bahagia, bukan berati mereka bahagia.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Where stories live. Discover now